Keesokan harinya, Anna sudah mulai bekerja. Dia ditempatkan sebagai sekretaris di kantor itu, untung saja dulunya Anna melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang kuliah. Kini berbekal ilmu yang dia miliki dirinya bisa menjabat sebagai seorang sekretaris.
Hari pertama bekerja yang membuat gadis malas seperti Anna harus bersikap profesional. Dia menghilangkan kemalasannya agar bisa terus berada di kantor tersebut, pekerjaannya saat ini mungkin akan melelahkan tetapi Anna ingat tujuan awalnya yaitu menghasilkan uang dan menutup mulut bibinya.
"Selamat pagi, Tuan." Anna berada di ruangan milik Jhonny.
"Katakan apa saja jadwal saya hari ini."
"Baik, Tuan. Pertama, pukul sepuluh pagi, Anda harus hadir di cafe Cemara karena akan mengadakan meeting dengan klien dari Hongkong. Setelah itu, Anda diminta untuk meninjau lokasi pembangunan yang sudah 70% jadi. Lalu, ada meeting penting di room sekitar pukul tiga sore. Itu jadwal Anda hari ini, Tuan. Apa ada yang bisa saya bantu lagi?"
Jhon memberikan dua buah map pada Anna. ''Kau harus mempelajari proposal itu, berhubung kau karyawan baru, jadi kau harus mempelajari beberapa tugas yang menjadi kewajibanmu."
"Baik, Tuan. Saya akan mempelajarinya, terima kasih karena sudah mempercayai saya untuk menjadi Sekertaris Anda."
"Hm." Jhon mengangguk.
Anna pun berpamitan untuk pergi dari ruangan bosnya, dia membawa berkas yang tadi Jhon berikan. Setelah sampai di meja, Anna membuka map itu. Dia membacanya dengan teliti, saat meeting nanti pasti dia yang harus menjelaskan pada klien tentang kerjasama mereka.
"Cukup sulit, tapi aku akan mencobanya." ucap Anna setelah selesai membaca berkas yang ada.
Waktu berjalan dengan cepat, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi dan kini Anna juga Jhon telah berada di cafe Cemara. Mereka sedang menunggu klien dari Hongkong yang mungkin akan terlambat beberapa menit akibat macetnya perjalanan.
Anna terlihat sangat gugup, dan ekspresi itu diperhatikan oleh Jhon.
"Kau tidak perlu setegang itu. Cobalah rileks, percaya jika kau bisa melakukan semuanya."
"Terima kasih, Tuan." Anna hanya bisa menjawab seadanya.
Tak lama kemudian, datanglah dua orang yang bisa dipastikan jika itu adalah klien mereka. Setelah bertegur sapa, kedua orang itu langsung duduk dan meminta penjelasan tentang keuntungan kerjasama serta keunggulan perusahaan JAY Group. Anna membuka pembicaraan tentang kerjasama, dia terlihat sangat lancar dalam pembawaan dan tenang menyampaikannya.
Beberapa saat kemudian, klien dari Hongkong itu memahami perkataan Anna, tanpa berpikir panjang, mereka menyetujui kerjasama itu. Tentu saja hal tersebut membuat Jhonny senang.
"Terima kasih, Tuan Mark. Mungkin saja kita bisa menjadi partner bisnis yang sama-sama menguntungkan."
"Terima kasih kembali, Tuan Abray. Senang bisa bekerjasama dengan Anda, saya harap kerjasama ini bisa berjalan dengan lancar tanpa masalah apa pun."
"Tentu saja, Tuan. Anda tidak perlu risau."
Semuanya bersulang minuman untuk merayakan hari jadi kerjasama mereka. Setelah itu, Tuan Mark dan sekertarisnya berpamitan untuk kembali karena masih banyak urusan yang harus mereka selesaikan.
Setelah kliennya pergi, Anna baru bisa bernapas dengan lega. Dia menyandarkan tubuhnya di kursi sambil menghela napas.
"Ada apa denganmu, Anna?"
"Akhirnya semua berjalan lancar, Tuan. Jujur tadi saya sangat gugup karena baru pertama kali menjelaskan sesuatu yang sangat penting di depan orang besar seperti Tuan Mark." ucap Anna penuh kejujuran.
Jhon tertawa pelan, dia menggeleng mendengar penuturan polos dari Anna.
"Baiklah, masih banyak yang harus kita kerjakan. Saat ini kita akan pergi meninjau lokasi." Jhonny pergi terlebih dahulu meninggalkan Anna. Gadis itu pun membuntuti sang bos dari belakang.
*******
Menempuh jarak sekitar satu setengah jam membuat Anna sangat letih, baru hari pertama bekerja dia sudah merasakan kelelahan seperti ini. Pada akhirnya mereka sampai di tempat tujuan, karena perusahaan Jhon bergerak di bidang property, maka mereka kali ini meninjau tempat pembuatan villa.
Keduanya turun dari mobil, seperti biasanya, Jhon berjalan mendahului Anna. Demi menjaga keselamatan, pria itu memakai helm proyek terlebih dahulu sebelum memasuki lokasi, begitupun dengan Anna.
"Selamat datang, Tuan. Anda bisa melihat sendiri bagaimana hasil kerja kami, dan saya perkirakan mungkin dua Minggu atau satu bulan lagi villa ini sudah bisa di huni."
Jhon mengangguk. ''Sangat rapi dan sesuai keinginan saya.'' pria itu meminta tambahan beberapa hal pada sang mandor proyek, seperti kolam renang di belakang dan tempat olahraga khusus agar para penghuni Villa tidak perlu repot-repot keluar dari area tersebut.
Anna yang sedang melihat-lihat pembangunan hanya berdecak kagum, gedung itu sangat indah dan besar, Anna berpikir berapa rupiah yang Jhon habiskan untuk pembangunan villa tersebut.
"Tapi, apakah semua itu uang Tuan Jhon sendiri? Bisa saja dari hasil kerjasama. Ck, sudahlah! Kenapa aku harus pusing memikirkannya?'' Anna berbicara sendiri dan tanpa sengaja dia menginjak sesuatu hingga terpeleset.
Bruk
"Aw!" teriak Anna kencang membuat semua mata tertuju padanya.
Jhon yang kala itu masih sibuk berbicara dengan mandor proyek langsung berlari menghampiri Anna. Meskipun Anna adalah bawahannya, tetapi Jhon tidak pernah membedakan hal itu.
"An, mengapa bisa—" Jhon melihat lutut Anna yang berdarah akibat benturan batu.
"Ssh,'' Anna mendesis pelan merasakan perih di area kakinya. Dia tersenyum tipis. "Tuan, Anda jangan khawatir, ini tidak —" ucapan Anna terputus dan berganti teriakan karena Jhon mengangkat tubuh Anna.
"T—tuan, kenapa Anda—"
"Sudahlah, tidak perlu banyak bicara. Kau tau, kakimu ini terluka, maka dari itu harus segera diobati. Apa kau ingin kakimu ini busuk akibat infeksi?"
Anna menggeleng cepat, dia terdiam sambil melingkarkan kedua tangannya di leher Jhon. Gadis itu diam-diam memperhatikan wajah Jhon dari dekat. Sungguh tampan dan penuh wibawa.
'Ya ampun, apa yang kau pikirkan wahai gadis bodoh?' batin Anna dalam hati memaki dirinya sendiri karena sudah berani mengagumi atasannya.
Jhon membawa Anna ke sebuah pondok kecil yang tak jauh dari proyek pembangunan. Tempat itu biasanya dijadikan sebagai peristirahatan para pekerja.
"Tunggu disini! Saya akan mengambil kotak obat terlebih dahulu." Jhon pergi meninggalkan Anna tanpa menunggu jawaban dari gadis tersebut.
"Dia sangat baik, perhatian, dan tidak gengsi sama sekali meskipun aku ini hanyalah bawahannya." ucap Anna terpikat akan kebaikan Jhonny.
Tak lama kemudian, Jhonny pun kembali dengan membawa kotak obat yang selalu tersedia di dalam mobilnya. Pria itu membuka kotak tersebut dan mengeluarkan alkohol serta kapas. Saat Jhon ingin membersihkan luka yang ada di kaki Anna, gadis itu pun melarangnya.
"Jangan, Tuan! Biar saya saja, saya akan mengobatinya sendiri. Terima kasih karena Tuan sudah membantu saya, dan maaf jika saya merepotkan Anda."
Jhon meletakkan kapas di tangan Anna. ''Kau tidak perlu meminta maaf, ini sebuah musibah dan kita tidak tahu kapan datangnya."
Anna tersenyum tipis, dia mulai mengobati lukanya sementara Jhon kembali menemui sang mandor proyek. Setelah Jhon pergi, Anna mengipas kakinya yang terluka agar tidak terasa perih.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments