"Hey, itu sangat pendek, kau mencoba untuk menggodaku? Sayang aku tak akan tergoda hanya dengan piyama seperti itu. " Lelaki dengan piyama yang sama dengan wanitanya kembali setelah mengganti pakaian dan saat ini tengah bersiap untuk tidur.
Tak ayal, pemuda ini menunggu respon dari wanitanya, namun yang di tunggu ternyata sudah lelap dalam tidurnya, terlihat dari ekspresinya bahwa ia benar-benar lelah akan apa yang terjadi hari ini.
" Baiklah, untuk hari ini akan kumaafkan. Besok akan kubawakan piyama yang lebih panjang untukmu, cepat sekali sudah tidur, awas saja kalau tidak bangun sebelum aku besok. " Sifat lembutnya mulai muncul ketika melihat seorang perempuan di depannya tidur di lantai tanpa alas apapun. Rendy mulai memejamkan matanya namun tidak berniat untuk tidur. Ia tidur membelakangi Linda. Ternyata pemuda ini masih menyimpan sedikit rasa kemanusiaan, ia berbalik dan berjalan menuju lemari untuk mengambil selimut serta bantal sofa untuk Linda. Dia membelai lembut pipi Linda lalu kembali ke ranjangnya tanpa membelakangi Linda. Ia terus memandangi wajah cantik Linda dari atas ranjangnya yang tengah tertidur itu.
Keesokan harinya, Linda yang tak terbiasa bangun pagi, dan ya kebiasaan tersebut masih berlanjut hingga sekarang. Mungkin dia sudah lupa akan dirinya yang berada di dalam rumah tuan mudanya bukan rumah Alvin maupun rumahnya sendiri.
Sebelum ini, Linda selalu bangun pukul 9 pagi, dan itu pun masih harus di bangunkan. Dia memang melaksanakan ibadahnya, setelah sholat, ia mengerjakan apa yang ia belum selesaikan di kantor. Sampai ketiduran dan akhirnya Ariel lah yang harus membangunkannya. Kalau tidak ada pekerjaan apapun, biasanya Linda akan langsung tidur sampai jam kerjanya tiba.
Dia harus bersedia menerima hukuman dari Rendy atas kelalaian sekaligus kebiasaannya. Mungkin karena semalam dia cukup kelelahan jadi hari ini ia tak bangun untuk memunaikan ibadahnya.
" Byurrr... " Suara air dari ember yang ditumpahkan ke Linda yang masih meringkuk di lantai dengan lingerie hitamnya. (anggap aja suara air yang di siram itu lhoo, heheh).
" A-ada apa kak? Eh maksudku tuan, tuan ada apa? " Linda mengeluarkan tenaganya untuk duduk dan membuka matanya yang masih terpejam.
" Ada apa? Apa maksudmu? Ini sudah jam 6 bod*h! Kan aku bilang bangun sebelum aku bangun! Itu artinya kau harus bangun jam 5! Kalau sampai besok kau tidak melaksanakan apa yang kuperintahkan, terima saja akibatnya. Sekarang ayo ikut aku ke kamar mandi! " Rendy menarik kasar tangan Linda yang kedinginan akibat air yang disiramkan Rendy ke tubuhnya menuju kamar mandi. Di sana, di lemparlah Linda ke bathub yang besar. Shower telah dinyalakan dengan mode air panas dan Rendy siap dengan senang hati mengguyur Linda sepuasnya.
" Tuan, aku mohon, ini sangat panas, hikss. " Ucap Linda yang menutupi badan indahnya dengan tangannya sambil menangis.
" Suruh siapa kau bangun telat hari ini? Hah?! " Rendy yang terus mengguyur Linda terlihat senang melihat ekspresi wanita yang sedang ketakutan berada di depannya.
" Maafkan aku tuan hikss aku akan bangun lebih awal besok hiks. " Rendy yang melihat Linda cukup tersiksa akan ulahnya pun menghentikan aksinya dan langsung meninggalkan Linda keluar menuju kamarnya. Linda masih berusaha berdiri untuk keluar dari bathub menuju lemari tempat bajunya berada. Sepanjang perjalanan dari kamar mandi menuju bathub, ia menggigil kedinginan sambil menangis.
Rendy melihat tubuh menggoda nan indah dari Linda membuatnya langsung menghampiri Linda yang masih sibuk mencari pakaian di dalam lemarinya.
Perlahan Rendy mulai memeluk tubuh Linda dari belakang. Linda kaget, tiba-tiba ada tangan yang memeluk pinggangnya. ia langsung menolehkan kepalanya ke belakang.
" Tuan, saya mohon, badan saya masih sakit. " Rintih Linda yang menyadarkan haluan Rendy tentang tubuhnya.
" Mana yang sakit? Saya obatin ya. " Rendy membalikkan tubuh Linda ke hadapannya. Kemudian memakaikan handuk ke tubuh bagian atas Linda dan menggiringnya ke tepi ranjangnya.
" Emm ga usah tuan, saya bisa sendiri. " Ucap Lia dengan senyum manisnya.
" Ini perintah, jangan membantah. " Titah Rendy yang kembali dengan sebuah salep di tangannya.
" Baik tuan. " Linda langsung menundukkan kepalanya seketika mendengar majikannya berkata dengan tegas kepadanya.
Rendy tahu mana bagian yang sakit, ia mengoleskan salep pada lengan, paha, kaki, punggung, dan lehernya serta bagian-bagian yang terlihat memerah oleh matanya.
Linda mengakui kalau majikannya ini memang tampan, apalagi jika dengan sikapnya yang sekarang, ia akan nyaman tinggal di sini kalau saja sikap majikannya terus seperti ini. Linda masih melihat Rendy yang dengan telaten mengoleskan salep pada kakinya, ia melihatnya dengan senyuman yang merekah.
Rendy beranjak ke bagian perut setelah melewati kaki dan paha Linda. Sedetik kemudian, ia menyadari bahwa gadisnya tengah melihat dirinya dengan senyuman yang manis. Matanya terus melirik ke arah Linda yang masih tersenyum melihat ketampanannya.
" Iya saya tau kalo saya tampan, jangan di lihat terus, nanti diabetes lho... " Goda Rendy yang membuat Linda menggigit bibir bawahnya dengan rasa malu yang mendalam ketika ketahuan melihat sang majikan dengan tampannya mengoleskan salep ke tubuhnya.
" Emm maaf pak... " Lagi-lagi Linda masih tersenyum dengan sikap manis majikannya barusan.
" Sudah, saya mau berangkat, segeralah pakai baju, aku tidak mau kamu sakit dan akhirnya tidak bisa melakukan semua perintahku, itu akan sangat menyusahkanku. " Rendy menghancurkan kesenangan Linda dengan kalimatnya.
" Baik tuan. " Linda dengan sedih melangkahkan kakinya menuju lemari untuk mengambil pakaiannya. Ia memakai pakaiannya saat Rendy telah meninggalkan kediamannya sendiri. Linda menatap dirinya di cermin dengan tatapan sedih seolah dia telah kehilangan harga dirinya.
Ia bingung harus melakukan apa di rumah ini. Ia tidak boleh melangkah keluar sedikit pun oleh majikannya. Dan ya ponselnya yang lama telah hilang di telan bumi. Linda memang mendapatkan ponsel yang lebih bagus dari sebelumnya, namun sayang, Rendy hanya mengijinkan ponsel itu untuk menyimpan kontaknya saja.
Ia punya ide untuk menelepon kakaknya. Ia mengingat berapa digit yang tertera dalam nomor tersebut. Perlahan, ia memikirkan, apa resikonya jika ia menelepon kakaknya lewat ponsel baru ini. Apakah Rendy akan tahu segala perbuatannya? Linda hanya memikirkan itu dalam benaknya, tanda tanya selalu muncul dalam otaknya setiap waktu.
" Sudahlah Linda, kita coba dulu, kalau tidak berhasil, huhhh kita hadapi konsekuensinya. " Hembusan nafas yang kasar keluar dari mulut Linda sambil mengetik nomor Ariel dalam ponselnya.
Tutttt, tuttttt, tutttt
Ponselnya hanya menunjukkan bahwa ia sebentar lagi akan tersambung dengan kakaknya. Setelah 3 menit mencoba, akhirnya Ariel mengangkat telepon tersebut yang menurutnya sangat mengganggu karena tidak ada nama yang tercantum dalan nomor telepon tersebut.
" Halo... " Suara Linda menggemakan telinga Ariel yang tengah pusing dengan keberadaan adik kecilnya.
" Mohon maaf pak, saya ada telepon sebentar, saya angkat dulu, Gio, silahkan gantikan saya sampai saya kembali ke ruangan ini. " Seakan tidak percaya dengan suara tersebut, Ariel mencoba untuk mendengarkannya dengan lebih detaik, ia pergi ke ruangannya dan meninggalkan rapat yang nantinya akan di tangani oleh Gio, asisten pribadinya.
" Coba katakan sekali lagi, Linda... " Dengan gugup, Ariel mengatakan hal tersebut.
" Halo kakak. " Linda pun begitu, ia sangat bahagia ketika mendengar suara kakaknya yang selama ini ia rindukan.
" Kamy di mana, bunnyku? " Tanya Ariel dengan air mata yang berlinang di pipinya.
" Aku di rumah kak Rendy kak, kakak jangan khawatir ya, Linda baik-baik saja kok di sini. " Tentu saja Linda tidak akan menceritakan penderitaan yang di alaminya selama berada di samping Rendy. Ia tidak mau emosi kakaknya bangkit lagi dengan satu kalimat yang keluar dari mulutnya.
" Tidak mungkin kau baik-baik saja. Baj*ngan itu sudah melakukan apa saja padamu? " Ariel tahu adiknya tidak akan semudah itu menceritakan masalahnya meskipun pada kakaknya sendiri.
" Sudahlah kak, aku takut nanti kak Rendy akan marah padaku kalau tahu bahwa aku meneleponmu menggunakan ponsel ini, aku akan menghubungimu lagi nanti kak. " Linda langsung memutus panggilan tersebut dengan tangisan yang pecah di pipinya.
" Linda, aku kan sudah bilang, jangan berani menelepon atau mengkontak siapapun kecuali aku di ponsel yang kuberikan. Kau memang keras kepala. "
Maaf ya temen-temen, author ga sempet buat update karena tugas masih numpuk. Sekali lagi maaf ya temen-temen🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Silvy Miranda Oktavianingsi
emmm 😓 alur ny sama ni
2022-09-17
0
Anggele
yg sabar y kk Linda kk tetap semangat ya
2021-05-25
0