Mereka terus bertengkar hingga pengawal Rendy membuat Ariel pulang dengan wajah yang penuh luka. Ia pulang ke rumah Alvin, tempat di mana adiknya berada sekarang.
Tok, tok, tok, suara ketukan membuat Arlinda yang semula fokus memasukkan peluru ke semua senjatanya jadi teralihkan, ia sudah memprediksi bahwa itu adalah kakaknya.
" Kak, kakak kenapa? " Tanya detektif muda itu dengan panik melihat keadaan kakaknya.
" Kakak gapapa kok, kamu sementara di sini dulu ya. " Ariel membalasnya dengan tenang dan senyuman yang tulus.
" Iya kak, ayo masuk, Linda obatin lukanya. " Ia tak tega melihat kakaknya babak belur tapi masih bisa tersenyum, ia langsung membawa Ariel masuk dan mengobati luka tersebut dengan cepat.
" Eh Ariel, lo kenapa? Kok gitu muka lo? " Tanya Alvin yang masih memakai handuk di pinggangnya.
" Udah tau, orang habis di keroyok juga. " Jawab Arlinda yang masih menatap layar handphone nya.
" Sorry Lin, aku ganti dulu, makan malam udah siap, kalian makan dulu aja ya. " Kata Alvin yang langsung meninggalkan mereka.
Mereka semua makan malam dengan tenang, meskipun bahaya menanti mereka di luar sana. Arlinda dilarang keluar dari rumah tersebut oleh kakaknya. Ariel sendiri membuat surat ijin untuk Arlinda dengan alasan liburan ke luar negeri selama hampir 2 minggu yang nanti nya akan di serahkan ke kepolisian tersebut. Arlinda juga tidak ingin ada tangan hukum di dalam masalahnya. Hanya dengan pistol, ia dapat menghindari iblis tersebut.
Setelah makan malam selesai, mereka semua pun tidur. Keesokan harinya, Linda sendirian si rumah tersebut, kakaknya masih harus bekerja, Alvin pun masih harus kuliah. Mungkin Arlinda akan menikmati liburan yang di katakan oleh kakaknya itu di sini. Rumah Alvin mempunya lantai 2 yang berisikan 4 kamar dengan masing-masing kamar mandi, 1 perpustakaan, juga 1 tempat untuk gym. Di belakang rumah tersebut, terdapat kolam renang dan di samping rumah ada taman yang dulunya tempat mereka main jika Arlinda pergi ke rumah Alvin.
Di lantai bawah hanya ada 3 kamar juga dengan kamar mandi masing-masing. Khusus untuk kamar Alvin, ada ruang tersembunyi di balik lemarinya, ruang tersebut di gunakan Alvin ketika ingin bermain dengan seseorang, maksudku perang komputer. Ia adalah salah satu hacker yang terkenal dengan kemampuannya. Dengan fasilitas yang memadai ia bisa jadi hacker terkenal.
Kini Arlinda sendirian di rumah besar tersebut. Ia sudah membuat rencana untuk dua minggu ke depan. Hari ini menurut rencananya, ia akan beradu dengan dapur , tepatnya dia akan membuat kue ulang tahunnya sendiri. Sekarang hari ulang tahunnya, ia tidak akan lupa dengan hari tersebut. Ariel dan Alvin pun sudah menyiapkan hadiah sebelum mereka berangkat. Karena Arlinda belum bangun, jadi mereka menulis surat yang isinya tempat hadiah untuk Arlinda. Alvin menuliskan di surat tersebut bahwa hadiah untuk Arlinda adalah pistol yang selama ini ia impikan. Alvin juga sudah mengisinya dengan peluru. Setelah mengetahui keberadaan bendanya, ia langsung berlari kembali ke kamarnya untuk pistolnya itu.
" Makasih Vin, kamu memang tau apa yang ku butuhkan untuk saat ini. " Dia memeluk hadiah tersebut dengan erat.
Di saat Arlinda masih memeluk hadiahnya, terdengar suara ketukan dari luar. Ia langsung memasukkan kembali hadiahnya ke dalam tempat semula. Kemudian ia turun menuju ke tempat suara tersebut berada. Dan...
" Arlinda Saraswati, adik seorang bajingan yang bernama Ariel. Hai istriku, aku kembali untuk menjemputmu, ayo pulang ke rumahmu yang sebenarnya. " Rendy yang mengucapkan kata-kata tersebut dengan lembut justru membuat Arlinda tersungkur ke belakang dengan ekspresi wajah yang penuh dengan kepanikan.
" Kak Rendy? Kak aku bukan istri kakak, kakak salah, hikss. " Tak lama, Arlinda pun menangis saat menekankan semua apa yang dia ucapkan.
" Kau istriku bodoh! Dan kau lupa, panggil aku tuan! Aku bukan kak Rendy yang dulu kau kenal! Aku berubah sejak kakak bajinganmu itu membuat adikku tewas! " Rendy mengangkat dan mencengkram dagu Arlinda hingga menampakkan wajahnya yang sudah basah akibat air matanya.
" Bawa dia, seret kalau perlu, bawa dia ke markas sekarang! " Perintah itu pun langsung dilaksanakan oleh pengawalnya. Arlinda di seret hingga lututnya terluka, ia tak mau berdiri, bukan tak mau tapi tak sanggup untuk berdiri.
" Kakak, hikss, kak tolong aku, hikss. " Teriakan tersebut tak akan terdengar oleh siapapun. Rumah Alvin jauh dari kerumunan.
" Percuma kau berteriak, sampai kapanpun tak akan ada orang yang mendengarmu bodoh! " Tawa jahatnya pun mulai keluar.
" Ikat dia! Jangan sampai dia kabur, aku akan sampai di sana dalam 5 menit. " Pengawal beserta Arlinda yang sudah di ikat kuat langsung di bawa ke mobil menuju markas.
Sementara, Rendy masih harus ke rumahnya mengambil sesuatu. Ia berniat untuk benar-benar menyiksa Arlinda. Ia membawa sebuah pistol yang biasa digunakan oleh pihak berwajib saat bertugas, tentunya dengan cara ilegal. Kemudian dia kembali menuju markasnya.
Di sana, di tempat yang sama, di kursi yang sama, Arlinda di ikat. Juga dia di suntikkan obat bius sewaktu di mobil. Ia memberontak hingga suruhan Rendy kewalahan menghadapinya, dan hanya ada satu cara agar mereka sampai di markas sebelum Rendy, ya membuat Arlinda tak sadar.
" Hai sayang, aku kembali. Kangen yaa? " Rendy membelai lembut pipi gadisnya. Apa? Gadisnya? Ya mereka memang sah dalam agama. Rendy tidak mau terikat sepenuhnya dengan Arlinda. Setelah puas menyiksa Arlinda, ia akan melepaskannya begitu saja.
" Enghh, ka-kakak, aku di mana? " Lenguhan yang di dengar Rendy langsung membuatnya menyunggingkan bibirnya.
" Ini altar pernikahan kita sayang, kau tidak ingat? " Goda Rendy yang dengan sengaja ingin membuat emosi Arlinda berkobar.
" Kak, aku bukan istrimu! Lepaskan aku kak! " Arlinda mulai memberontak sesuai ekspektasi Rendy, ya ini lah yang di inginkan Rendy. Melihat adik bajingan tersebut tersiksa, sama seperti adik kesayangannya.
" Aku juga tidak ingin menjadi suamimu bodoh! Apalagi menyentuhmu, jangan harap kau bisa mendapatkan perlakuan yang sama seperti istri lainnya! " Peringatan yang di berikan Rendy berhasil membuat Arlinda meluncurkan beberapa tetes air mata.
"Sekarang dengarkan aku, aku tahu ini hari ulang tahunmu, aku punya hadiah spesial untukmu, " Mengalihkan topik, ia kini tengah berkutat di tembok kosong yang tertutup kain hitam di hadapan Linda, mempersiapkan semuanya dengan matang hingga akhirnya ia keluar dari ruangan sempit itu dan menarik sebuah tali di pojokan ke bawah hingga kain hitam besar itu pun ikut tertarik ke atas menampilkan tiga buah target untuk menembak tertata rapi di tembok dengan paku di setiap sisinya.
"Nah, sudah siap, ini hadiahmu nona Arlinda yang terhormat, ini pistolnya, kalau kau tidak mau ya sudah, kakakmu akan tertembak besok hingga ia tidak akan bisa bangun dari tidurnya, " Setelah meletakkan pistol di paha Linda, ia berkata sembari memutar Linda yang masih ketar-ketir memikirkan apa yang pria gila ini katakan baru saja kepadanya, "pilihan ada ditanganmu nona. " Sambungnya dengan berbisik di telinga sang hawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Eivhita As'syafi Walean
mengsedih😿
2021-04-24
1
Raindu21
semangat
2020-08-12
0