"Pa, aku ikut mobil Papa ya ke kantor," kata Selia yang sudah selesai dengan sarapannya dan sudah siap pergi kekantor.
Biasanya ia akan berangkat dan pulang bekerja bersama dengan Harry namun pria itu sejak tadi tidak menyapanya dan terus mengabaikannya.
Papa Louis melirik jam di pergelangan tangannya kemudian menatap Selia.
"Maaf, Selia, Papa harus pergi ke Bogor sekarang. Kamu berangkat sama Harry aja ya," balas Papa Louis.
"Nggak! Selia akan berangkat kekantor sama aku," sahut Hiro cepat sebelum Harry menyetujuinya.
Hiro tidak akan membiarkan Selia dan Harry menghabiskan waktu bersama dan mengenang kebersamaan mereka. Sebisa mungkin Hiro akan mencegah hal itu terjadi agar perceraian mereka tetap berlanjut.
"Aku lebih baik pesan taksi, Pa, dari pada berangkat bersama Kak Hiro," kata Selia kemudian mengeluarkan ponselnya dari dalam tas.
Ia tidak ingin memberi kesempatan sedikitpun untuk Hiro bisa memiliki dirinya. Sebisa mungkin Selia akan menghindari pria itu dan melepaskan diri dari jeratan pria itu.
"Kamu akan terlambat bila naik taksi, Selia. Jadi sebaiknya kamu berangkat sama aku karena Harry nggak akan mau kamu tumpangi!" balas Hiro.
Harry mendorong kursi yang ia duduki kemudian bangkit dari duduknya. Benar apa kata Hiro bila Harry tidak mau ditumpangi oleh Selia. Pria itu langsung berangkat kekantor setelah berpamit pada kedua orang tuanya.
Harry tidak ingin melihat Selia dan Hiro berangkat bersama dan akan membuatnya kembali diingatkan dengan penghianatan wanita itu. Namun ia juga tidak bisa membiarkan Selia berangkat bersamanya yang akan membuatnya semakin sulit melepaskan wanita itu.
"Selia, sebaiknya kamu memang berangkat bersama Hiro. Kamu akan terlambat bila berangkat dengan taksi," kata Mama Mona sembari membereskan piring kotor bekas sarapan mereka.
"Nggak, Ma, aku nggak mau," balas Selia.
"Sel, Papa nggak bisa nganterin kamu jadi kamu berangkat sama Hiro ya. Papa pastikan Hiro nggak akan nyakitin kamu," kata Papa Louis meyakinkan Selia.
Selia menatap papa Louis sejenak kemudian melihat jam diponselnya. Waktunya sangat mepet bila ia berangkat dengan taksi dan ia akan terlambat sampai kantor. Pada akhirnya Selia menganggukkan kepala menyetujui perkataan ayah mertuanya itu.
Hiro menyeringai saat membukakan pintu mobil untuk Selia dan meminta sopir untuk menjalankan mobilnya. Ia hanya diam, duduk dikursi belakang bersama wanita itu dan tidak banyak mengatakan sesuatu namun ia sangat senang bisa menunjukan pada Harry kedekatan mereka.
Sementara Selia, wanita itu terus menatap jendela dan melihat jalanan mengabaikan Hiro yang sejak tadi menyeringai. Entah rencana apalagi yang akan pria itu lakukan untuk mencapai tujuannya namun Selia berharap Hiro tidak akan pernah bisa mencapainya.
Selia turun lebih dulu setelah mobil Hiro berhenti didepan kantor dan segera melangkah masuk.
Hiro menarik pinggang Selia saat melihat pintu lift terbuka dan keluarlah Harry dari dalam sana bersama sekretarisnya.
"Hiro, lepaskan tanganmu dari pinggangku," kata Selia melepaskan tangan Hiro di pinggangnya namun pria itu semakin mengeratkan rangkulannya.
Selia risih dengan perlakuan pria itu yang berbanding terbalik dengan sikap aslinya. Ia tidak mau Harry semakin memandang dirinya buruk dan membuat pria itu justru semakin membenci dirinya.
Harry melirik sekilas pada Selia yang dirangkul Hiro dan berjalan melewatinya tanpa mengatakan sepatah katapun.
Menarik nafas yang begitu sesak, wanita itu memejamkan mata dan menguatkan dirinya agar bisa melewati ini semua.
Sementara Hiro, pria itu tersenyum sinis dan meninggalkan Selia setelah Harry melewatinya. Ia tidak perduli dengan apa yang saat ini Selia rasakan karena yang ia inginkan hanyalah posisi CEO. Semakin cepat Selia dan Harry bercerai semakin cepat juga ia bisa menikahi wanita itu dan menjadi CEO.
*
*
Selia memperhatikan Hiro yang memasuki lift hendak pergi dari kantor untuk makan siang. Setelah pria itu hilang dari pandangannya ia mendatangi departement IT yang letaknyanya berada di lantai 4 kantor itu.
Ia sengaja mendatangi IT untuk meminta bantuan mereka mengecek CCTV rumah yang kemungkinan besar sudah dimanipulasi oleh Hiro.
Ia ingin sekali membuktikan pada Harry bila dirinya tidak bersalah dan tidak pernah menghianati pria itu apa lagi menyerahkan tubuhnya pada pria lain.
"Maaf, Bu, untuk mengecek CCTV rumah pak Louis kami harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari beliau. Apakah anda sudah meminta izin terlebih dahulu pada pak Louis?" tanya Asisten IT disana.
Selia menggelengkan kepala sebagai jawaban sebab ia memang belum meminta izin pada ayah mertuanya.
"Tapi saya akan coba meminta izin sekarang," kata Selia kemudian menghubungi papa Louis yang sedang berada di Bogor bersama mama Mona untuk melihat perkebunan disana.
Panggilan telfon Selia dijawab papa Louis dan wanita itu segera mengutarakan keinginannya.
"Iya, Selia, nggak apa-apa. Papa juga ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi sama kamu waktu itu," kata papa Louis disebrang telfon.
"Makasih izinnya, pa, aku akan menggunakan kesempatan itu sebaik mungkin," balas Selia lalu mematikan sambungan telfonnya.
Menatap Asisten IT tersebut, Selia mengacungkan jari jempol. Izin sudah didapatkan dan tim IT tinggal mengeceknya kerumah.
*
*
"Papa dan Mama ke Bogor, Harry lembur dan aku ada urusan. Jadi kamu akan sendirian di rumah," kata Hiro memberitahu Selia yang sedang menyandarkan tubuhnya dan terus menatap jalanan.
Selia terpaksa harus pulang bersama Hiro karena papa Louis yang memintanya. Pria paruh baya itu akan jauh lebih tenang bila Selia pulang bersama anaknya baik Harry maupun Hiro dari pada pulang menggunakan taksi.
"Selia kamu dengar 'kan aku bicara?" tanya Hiro yang duduk di sebelah Selia namun wanita itu mengabaikan dirinya.
Selia membenci Hiro. Membenci apapun tentang pria itu yang sudah merusak rumah tangganya. Sedikitpun ia tidak ingin berurusan dengan pria itu apa lagi menjalin hubungan baik dengannya.
"Selia!" panggil Hiro namun wanita itu masih enggan menatapnya.
Hiro menatap ke arah lain merasa kesal dengan Selia yang mengabaikan dirinya. Ia sudah berjanji pada sang ayah bila tidak akan menyakiti Selia. Pria itu memilih membuka tabletnya memeriksa email yang baru saja sekretarisnya kirimkan padanya.
Sebuah proposal dari perusahaan lain yang menginginkan kerjasama dengan perusahaannya. Pria itu tersenyum bangga pada dirinya sebab sudah menjadikan perusahaannya sebesar ini bahkan banyak perusahaan lain yang berebut ingin bekerja sama dengan perusahaannya.
"Kamu lihat, Selia, perusahaan lain bahkan mengirim proposal padaku meminta kerjasama dengan perusahaan kita," kata Hiro menunjukkan email di tabletnya pada Selia.
Selia melirik sekilas pada email yang Hiro tunjukkan padanya kemudian kembali membuang muka.
Ia akui Hiro memang pantas menjadi CEO karena prestasi yang telah pria itu capai sangat banyak bahkan sudah mengembangkan perusahaannya hingga sebesar ini.
Pantas saja pria itu sangat berambisi ingin menduduki posisi CEO dan merebutnya dari Harry. Akan tetapi bila dengan menikahi dirinya pria itu baru bisa menjadi CEO maka ia tidak mau.
*
*
Jangan lupa dukungannya ya.. 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
E-ra
Sebenernya apa sih maunya hiro kok selalu nyakitin selia
2024-05-06
1
dika edsel
iya zayang..iya zayang...,sayang sayang kepalamu cih mual rasanya saat hiro sok2an bucin sama amanda..!! lagakmu ro..ro..kayak udah cinta beneran aja sama amanda padahal blm tentu kalian nikah hi..hi..,janji tinggalah janji..,adik kandungnya saja dihianati apalagi kamu yg org luar..,sadar manda hiro tak sebaik itu,dan kamu akan jd korban hiro selanjutnya setelah selia dan harry..
2024-05-02
1