Episode 5 Penyelamat

Askara. Lagi-lagi dia adalah Askara yang kembali membuat mereka berdua saling menatap dengan debaran jantung yang masih sama, di tambah debaran jantung Zeva yang tadi hampir jatuh. Sorot mata Zeva dan Askara yang menatap sangat dalam.

Mata mereka berdua yang tidak bisa bohong yang seperti ingin bicara banyak. Namun entah apa yang membuat mereka tidak bisa bicara. Mungkin karena masih sama-sama baru bertemu.

"Hati-hati!" ucap Askara dengan suara berat yang membuyarkan lamunan Zeva. Zeva langsung menyinggirkan kedua tangan Askara dari bahunya.

"Maaf!" sahut Zeva salah tingkah dan terlihat sangat gugup.

"Permisi!" sahut Zeva menundukkan kepala yang tidak ingin bicara. Namun saat melewati Askara. Kelingking jari Askara dan Zeva bersentuhan seolah ada niat untuk menahan yang sempat membuat langkah Zeva terhenti dengan perasaan yang semakin bergejolak. Zeva memejamkan matanya dan kembali melanjutkan langkah kakinya.

"Zeva!" lirih Askara yang sudah tidak dapat di dengar Zeva yang langkah Zeva sudah sampai 1 meter. Askara berbalik badan melihat Zeva yang sudah semakin jauh. Askara mental dengan nanar dan juga kembali membalikkan tubuh dan langsung pergi.

Zeva yang patah pada langkahnya tiba-tiba kepala Zeva menoleh ke belakang dan melihat Askara yang berjalan.

"Apa yang kau harapkan Zeva!" batin Zeva kembali melanjutkan langkah kaki itu dengan rasa kecewa yang terlihat di wajah Zeva.

**********

Pagi ini Zeva kembali berhadapan dengan Polisi yang ingin meminta hasil otopsi.

"Nona Zeva anda terus saja menunda untuk memberikan hasil otopsi kepada kami. Jika seperti ini terus. Kami bisa mencurigai anda jika anda terlibat atas kematian dari Nona Imelda Carlonia," tuduh Firman.

"Kamu bilang apa?" sahut Zeva dengan wajah kagetnya.

"Kami mencurigai anda atas kematiannya," jawab Firman.

"Jangan sembarangan kamu menuduh. Rumah sakit punya prosedur sendiri atas hasil otopsi. Jika saya bilang belum, maka belum!" tegas Zeva.

"Nona Zeva tolong profesional sebagai seorang Dokter dan jangan mempersulit pekerjaan kami. Kami sudah menunggu begitu lama. Anda terus saja mengulur waktu," tegas Firman yang semakin marah dengan Zeva yang bertele-tele.

"Saya sudah profesional dan jika tim kalian tidak sabar menunggu hasil otopsi pasien, jangan membawa mayatnya ke rumah sakit kami," tegas Zeva yang lama-lama ikut kesal.

"Apa-apaan ini. Apa sekarang rumah sakit ini punya peraturan harus pilih-pilih mayat siapa yang akan dibawa. Anda mencerminkan diri anda bukan sebagai seorang Dokter!" tegas Firman.

"Kamu jangan mengajari saya. Saya Dokter di sini dan lebih tahu apa yang harus saya lakukan dibandingkan kamu. Kamu justru membuat kesulitan dalam pekerjaan saya. Setiap hari datang ke rumah sakit dan mengganggu saya dengan mempertanyakan hal yang sama. Kamu pikir saya tidak punya pekerjaan dan hanya mengurusi masalah kamu saja hah!" oceh Zeva dengan mulutnya yang terus merocos.

"Kenapa Nona marah. Atau jangan-jangan anda sudah menerima suap dalam atas kematian dari nona Imelda Carlonia!" tuduh Firman yang membuat Zeva kaget.

"Apa katamu?" sahut Zeva yang semakin emosi.

"Anda seakan sengaja mengundur untuk memberikan hasil otopsi. Saya wajar curiga jika anda bukan hanya terlibat atas kematiannya. Tetapi mungkin saja sudah menerima suap agar otopsi nya tidak di keluarkan," tuduh Firman.

"Jaga bicaramu!" sentak Zeva yang benar-benar tersinggung dengan suaranya yang keras.

"Dokter Zeva!" tiba-tiba ada suara yang menegur Zeva dan Zeva mengendalikan diri yang melihat ke arah suara tersebut ternyata Ardi dan Askara. Zeva menghela nafas mencoba untuk tenang. Ardi dan Askara menghampiri Zeva dan Firman.

"Ada apa ini?"

"Kenapa ribut-ribut seperti ini?" tanya Dokter Ardi.

"Polisi ini benar-benar sangat memaksa dan mendesak saya. Dia sangat mengganggu dan juga membuat saya tidak nyaman, memberikan tuduhan palsu kepada saya," sahut Zeva yang membela diri.

"Maaf Dokter, kedatangan saya kemari bukan untuk mengganggu pekerjaan dari staf rumah sakit di sini. Tetapi Saya hanya meminta hasil otopsi dari Nona Imelda Carlonia! kasus harus terus dilanjutkan dan Dokter Zeva yang bertele-tele membuat kami kesulitan untuk melanjutkan kasus ini," jawab Firman.

"Otopsi, Dokter Zeva apa kamu belum memberikan hasil otopsi pasien?" tanya Dokter Ardi yang seperti baru mengetahui hal itu.

Zeva kesulitan menelan salivanya dan seketika panik. Mata Askara turun pada bawah tangan Zeva yang saling memencet jarinya seperti menyembunyikan sesuatu. Eksperesi wajah Zeva memang langsung berubah.

"Jadi bukan karena peraturan rumah sakit ini yang membuat saya kesulitan untuk mengambil hasil otopsi itu," sahut Firman dengan mendengus menatap sinis Zeva.

"Ada apa ini Dokter Zeva, jawablah pertanyaan saya," ucap Dokter Ardi dan Zeva masih diam yang merasa di pojokkan sementara Firman juga terus memperhatikan gerak-gerik Zeva.

"Dokter Zeva kamu jangan menyalahgunakan kode etik Dokter. Jangan sampai saya mempertimbangkan masalah ini," ucap Dokter Ardi menekan suaranya yang terlihat sangat serius. Karena tidak mendapatkan jawaban dari Zeva.

"Bagaimana ini," batin Zeva.

"Berikan hasil otopsinya sekarang juga!" titah Dokter Ardi. Zeva semakin panik mendapatkan perintah itu.

"Ayo cepat ambil!" desak Dokter Ardi.

"Ini hanya salah paham," sahut Askara tiba-tiba.

"Hasil otopsi ada pada saya," sahut Askara.

"Seperti yang Dokter katakan sebelumnya kepada Dokter Zeva. Beliau harus memberikan hasil otopsi pertama kepada saya untuk saya periksa dulu," jelas Askara singkat.

"Maaf tuan Firman. Anda bisa kembali datang besok dan saya akan memberikan otopsinya. Setiap rumah sakit memang selalu memiliki peraturan yang berbeda. Jadi mohon untuk mengerti dan kerja samanya," ucap Askara dengan tenang.

"Baiklah jika seperti itu. Oke saya akan kembali untuk mengambil apa yang saya minta," sahut Firman santai.

"Saya permisi!" ucap Firman pamit.

Firman yang ingin pergi berdiri sebentar di depan Askara.

"Dia jauh lebih dewasa saat dulu dan sekarang terkesan anak-anak!" ucap Firman menyunggingkan senyumnya menepuk bahu Askara. Lalu Firman pergi begitu saja.

"Dokter Zeva saya sangat berharap kejadian ini tidak akan terulang lagi. Kamu sebagai seorang Dokter harus bisa memposisikan diri kamu berbicara dengan baik kepada orang lain. Bukan ramah kepada pasien saja. Jaga sikap kamu dan jangan mempermalukan diri kamu dengan kepribadian kamu yang salah," tegur Dokter Ardi dengan memberikan peringatan.

Zeva hanya menganggukkan kepala yang kembali menunduk. Dokter Ardi pun langsung pergi dan hanya meninggalkan Askara dan Zeva.

"Ikut denganku!" titah Askara yang terlebih dahulu pergi meninggalkan Zeva.

"Aku selamat. Tapi aku yakin tidak akan selamat dengannya. Pasti akan lebih parah lagi,"batin Zeva yang memegang dadanya yang berdebar kencang yang tampak takut.

***********

Zeva dan Askara sudah berada di ruangan pribadi Askara. Zeva berdiri di depan Askara yang bersandar pada pinggir meja dengan setengah duduk dengan kedua tangan Askara di lipat di dadanya dan menatap Zeva yang sejak tadi menundukkan kepala yang menghindari tatapan darinya.

"Kamu melakukan otopsi sendiri?" tanya Askara. Zeva mengangguk.

"Tanpa ada Suster dan Dokter pendamping?" tanya Askara lagi.

"Iya!" jawab Zeva dengan bibir bergetar.

"Lalu kamu melakukan otopsi?" tanya Askara lagi. Zeva mengangguk ragu.

"Jangan ngaco kamu Zeva. Mana ada Dokter melakukan pembedahan sendiri. Mau kamu Dokter paling hebat, hal itu juga tidak akan bisa terjadi!" tegas Askara menekan suaranya dan Zeva memejamkan mata yang terlihat pasrah.

Bersambung

Episodes
1 Episode 1 Dokter Aneh
2 Episode 2 Otopsi
3 Episode 3 Bertemu kembali.
4 Episode 4 Askara dan Zeva saling canggung.
5 Episode 5 Penyelamat
6 Episode 6 Di marahi Askara membuatnya menangis.
7 Episode 7 Kita melakukan bersama
8 Episode 8 Bersama di ruang otopsi.
9 Episode 9 Zeva dan Askara.
10 Episode 10 Pelukan Askara.
11 Episode 11 pertemuan menegangkan.
12 Episode 12 Anak itu
13 Episode 13 Ternyata Laras pelakunya.
14 Episode 14 Menghindari
15 Episode 15 Menjemput anak
16 Episode 16 Zeva yang di salahkan.
17 Episode 17 Hadiah untuk Zeva
18 Episode 18 Menampar Zeva
19 Episode 19 Ungkapan hati yang tertahan.
20 Episode 20 Penegasan Zeva.
21 Episode 21 Lagi-lagi dia yang ada.
22 Episode 22 Keberanian Zeva pada Askara.
23 Episode 23 Hampir saja
24 Episode 24. Jadi makan bersama.
25 Episode 25 Askara dan Zeva m
26 Episode 26 Zeva yang sangat lemah.
27 Episode 27 Penegasan Askara.
28 Episode 28 Askara dan Zeva 1 ruangan
29 Episode 29 Askara dan Zeva semakin manis.
30 Episode 30 godaan tipis-tipis Askara
31 Episode 31 Jahil
32 Episode 32 Askara dan Zeva
33 Episode 33 Perasaan
34 Episode 34 Sama-sama gengsi
35 Episode 35 Askara ada-ada saja.
36 Episode 36 Insiden
37 Episode 37 Dia selalu ada.
38 Episode 38 Askara dan Zeva
39 Episode 39 Momen Aksa dan Zeva.
40 Episode 40 Kita semakin dekat
41 Episode 41 Zeva selalu di rayakan.
42 Episode 42 makan malam romantis.
43 Episode 43. Keluarga kembali.
44 Episode 44 Merasa ada yang aneh
45 Episode 45 Rasa curiga
46 Episode 46 tuntutan Zeva.
47 Episode 47 ucapan Laras
48 Episode 48 Rasanya capek.
49 Episode 49 Pasangan romantis.
50 Episode 50 Kesabaran habis.
51 Episode 51 Askara yang terjebak.
52 Episode 52 Terbongkar.
53 Episode 53 Sakit yang luar biasa.
54 Episode 54 Akhir segalanya.
55 Episode 55 Sama-sama hancur.
56 Episode 56 Lebih baik pergi.
57 Episode 57 Insiden
58 Episode 58 Kritis.
59 Episode 59 Kebenaran yang sebenarnya.
60 Episode 60 Kronologis.
61 Episode 61 Penegasan Zavier.
62 Episode 62 Bangun
63 Episode 63 Tidak ada tempat.
64 Episode 64 Rora dan Zeva.
65 Episode 65 Tidak ingin kalah.
66 Episode 66 Posisi sulit.
67 Episode 67 Pilihan
68 Episode 68 Ini Jalan Kita
69 Episode 69 Siapa Yang Salah.
70 Episode 70 Tempat Baru.
71 Episode 71 Siapa dia yang menyebalkan itu
72 Episode 72 debat yang panjang.
73 Episode 73 Kedekatan.
74 Episode 74 Pertemuan itu.
75 Episode 75 Pertemuanmu itu.
76 Episode 76 ungkapan
77 Episode 77 Permintaan maaf.
78 Episode 78 Keinginan.
79 Episode 79 Kita masih tetap saling mencintai.
80 Episode 80 Romantis.
81 Bab 81 Selesai.
82 Untuk Pembaca
83 1.
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Episode 1 Dokter Aneh
2
Episode 2 Otopsi
3
Episode 3 Bertemu kembali.
4
Episode 4 Askara dan Zeva saling canggung.
5
Episode 5 Penyelamat
6
Episode 6 Di marahi Askara membuatnya menangis.
7
Episode 7 Kita melakukan bersama
8
Episode 8 Bersama di ruang otopsi.
9
Episode 9 Zeva dan Askara.
10
Episode 10 Pelukan Askara.
11
Episode 11 pertemuan menegangkan.
12
Episode 12 Anak itu
13
Episode 13 Ternyata Laras pelakunya.
14
Episode 14 Menghindari
15
Episode 15 Menjemput anak
16
Episode 16 Zeva yang di salahkan.
17
Episode 17 Hadiah untuk Zeva
18
Episode 18 Menampar Zeva
19
Episode 19 Ungkapan hati yang tertahan.
20
Episode 20 Penegasan Zeva.
21
Episode 21 Lagi-lagi dia yang ada.
22
Episode 22 Keberanian Zeva pada Askara.
23
Episode 23 Hampir saja
24
Episode 24. Jadi makan bersama.
25
Episode 25 Askara dan Zeva m
26
Episode 26 Zeva yang sangat lemah.
27
Episode 27 Penegasan Askara.
28
Episode 28 Askara dan Zeva 1 ruangan
29
Episode 29 Askara dan Zeva semakin manis.
30
Episode 30 godaan tipis-tipis Askara
31
Episode 31 Jahil
32
Episode 32 Askara dan Zeva
33
Episode 33 Perasaan
34
Episode 34 Sama-sama gengsi
35
Episode 35 Askara ada-ada saja.
36
Episode 36 Insiden
37
Episode 37 Dia selalu ada.
38
Episode 38 Askara dan Zeva
39
Episode 39 Momen Aksa dan Zeva.
40
Episode 40 Kita semakin dekat
41
Episode 41 Zeva selalu di rayakan.
42
Episode 42 makan malam romantis.
43
Episode 43. Keluarga kembali.
44
Episode 44 Merasa ada yang aneh
45
Episode 45 Rasa curiga
46
Episode 46 tuntutan Zeva.
47
Episode 47 ucapan Laras
48
Episode 48 Rasanya capek.
49
Episode 49 Pasangan romantis.
50
Episode 50 Kesabaran habis.
51
Episode 51 Askara yang terjebak.
52
Episode 52 Terbongkar.
53
Episode 53 Sakit yang luar biasa.
54
Episode 54 Akhir segalanya.
55
Episode 55 Sama-sama hancur.
56
Episode 56 Lebih baik pergi.
57
Episode 57 Insiden
58
Episode 58 Kritis.
59
Episode 59 Kebenaran yang sebenarnya.
60
Episode 60 Kronologis.
61
Episode 61 Penegasan Zavier.
62
Episode 62 Bangun
63
Episode 63 Tidak ada tempat.
64
Episode 64 Rora dan Zeva.
65
Episode 65 Tidak ingin kalah.
66
Episode 66 Posisi sulit.
67
Episode 67 Pilihan
68
Episode 68 Ini Jalan Kita
69
Episode 69 Siapa Yang Salah.
70
Episode 70 Tempat Baru.
71
Episode 71 Siapa dia yang menyebalkan itu
72
Episode 72 debat yang panjang.
73
Episode 73 Kedekatan.
74
Episode 74 Pertemuan itu.
75
Episode 75 Pertemuanmu itu.
76
Episode 76 ungkapan
77
Episode 77 Permintaan maaf.
78
Episode 78 Keinginan.
79
Episode 79 Kita masih tetap saling mencintai.
80
Episode 80 Romantis.
81
Bab 81 Selesai.
82
Untuk Pembaca
83
1.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!