Memang aneh Dokter yang tidak punya nyali dan darah saja kalau sudah kebanyakan akan takut dan membuat tubuhnya lemas. Tidak tahu bagaimana ceritanya Zeva bisa lulus kedokteran.
"Kau benar-benar sangat menyeramkan!"
Tiba-tiba angin kencang datang dan kain penutup wajah dari mayat tersebut terbuka.
"Aaaaaaaaa!" teriak Zeva ketika melihat jelas wanita yang sudah kepalanya dijahit dan wajahnya terlihat pucat membiru.
"Aaaaaaaa!" Zeva kembali berteriak dan langsung buru-buru keluar dari kamar mayat tersebut dengan berlari kencang.
Bruk. Karena tidak melihat jalan Zeva bertabrakan dengan salah satu Dokter.
"Zeva!" sahut Alvin yang memegang kedua bahu Zeva dan Zeva yang terlihat begitu pucat dan penuh dengan rasa ketakutan.
"Kamu kenapa sih?" tanya Alvin heran.
"Aku baru saja dari kamar mayat dan aku baru melihat mayat," jawab Zeva dengan panik yang tubuhnya bergetar dengan dahinya yang sudah berkeringat.
"Ha-ha-ha-ha-ha-ha!" Alvin tertawa kecil yang membuat Zeva heran dengan mengkerutkan dahinya.
"Why! Apa yang lucu?" tangan Zeva.
"Astaga Zeva. Namanya juga kamu baru dari kamar mayat. Ya jelas lah kamu melihat mayat. Kamu itu lucu sekali, aneh tau," ejek Alvin geleng-geleng kepala. Zeva yang malah kesal yang di tertawakan.
"Kamu itu juga seperti tidak pernah melihat mayat saja sampai teriak-teriak seperti ini dan heboh yang untung saja tidak membuat satu rumah sakit ikut heboh seperti kamu," ucap Alvin.
"Dokter juga manusia. Jadi pasti ada takutnya. Kamu kayak nggak aja, sudah merasa paling berani aja," kesal Zeva dengan wajah sewotnya.
"Ya nggak separah kamu juga. Bisa-bisanya teriak-teriak di rumah sakit dengan seragam kamu itu. Apa nggak malu dengan seragam kamu hah!" ucap Alvin geleng-geleng dengan mengejek Zeva. Zeva hanya diam saja dengan wajah kesalnya.
"Sudahlah kamu itu jangan aneh-aneh dan membuat keributan. Kamu harus cepat menyiapkan proses otopsi. Pihak keluarga dan Polisi akan meminta hasil itu," ucap Alvin mengingatkan.
"Iya," sahut Zeva yang menjawab cepat dan dengan terpaksa.
"Ya sudah aku pergi dulu. Di kamar mayat memang ada mayatnya, jika tidak ada mayat baru namanya hal yang aneh," ledek Alvin yang langsung pergi yang masih merasa lucu dengan Zeva.
"Aku juga tahu!" kesal Zeva.
Mata Zeva menoleh ke belakang dan melihat ke arah pintu kamar mayat yang pintunya masih terbuka. Zeva mengedikkan bahunya yang merasa ngeri dan langsung pergi dengan buru-buru. Perasaan Zeva sudah seperti di kejar hantu saja yang sejak tadi terus saja meriang ketakutan dan merasa begitu horor.
**********
Rumah sakit Cipta karya beberapa hari ini terus saja di datangi Polisi dan banyak awak media yang juga datang yang pasti untuk mencari informasi mengenai model terkenal yang menjadi tranding topik belakangan ini. Karena kematiannya menjadi misteri dan pertanyaan masyarakat yang penuh dengan dugaan.
Zeva baru saja tiba di rumah sakit yang masih berada di dalam mobilnya yang mematikan mesin mobilnya melihat di depan rumah sakit dipenuhi dengan orang-orang yang ingin mencari informasi.
"Pagi-pagi seperti ini wartawan sudah begitu banyak!" ucap Zeva menghela nafas. Zeva mengambil tasnya lalu keluar dari dalam mobilnya.
"Zeva!" langkah Zeva terhenti ketika ada memanggilnya dan Zeva menoleh ke belakang.
"Inggit," sahut Zeva.
"Zeva ada yang mencari kamu," ucap Inggit.
"Siapa?"
"Polisi," jawab Inggit.
"Untuk apa mencariku?" tanya Zeva heran dengan dahinya mengkerut.
"Apalagi. Jika bukan untuk meminta hasil otopsi korban Imelda," jawab Inggit.
"Oh itu," sahut Zeva
"Kamu sudah melakukan otopsi kan?" tanya Inggit.
"Iya," jawab Zeva dengan cepat.
"Ya sudah kalau begitu ayo masuk!" ajak Inggit. Zeva menganggukkan kepalanya.
**********
"Dokter Zeva!" langkah Zeva terhenti ketika seseorang memanggilnya. Seorang pria yang bertubuh profesional yang melangkah menghampiri Zeva.
"Apa aku pernah bertemu dengannya?" batin Zeva melihat pria itu semakin dekat dengannya yang merasa tidak asing bagi Zeva.
"Saya Firman dari pihak kepolisian!" pria itu menunjukkan kartu identitasnya yang di kalungkan di lehernya.
"Iya. Ada apa?" tanya Zeva datar.
"Saya ingin meminta hasil dari otopsi pasien bernama Imelda Carlonia!" jawab Firman langsung to the point.
"Hasil otopsinya belum keluar dan harus menunggu beberapa hari lagi," ucap Zeva.
"Butuh berapa lama saya mendapatkan hasil otopsi pasien?" tanya Firman.
"Secepatnya!" jawab Zeva singkat.
"Apa ada kejanggalan yang anda temukan?" tanya Firman.
"Hasil otopsi belum keluar. Jadi pertanyaan tuan belum bisa saya jawab," ucap Zeva.
"Tapi bukannya anda seorang Dokter. Anda harus tahu bukan jika ada sesuatu kecurigaan tanpa harus menunggu hasil otopsi," ucap Firman yang terlihat mengintimidasi dan sangat memaksa Zeva.
"Apa maksud kamu. Kamu meragukan saya sebagai seorang Dokter. Jika saya mengatakan hasil otopsi belum keluar dan artinya belum keluar dan anda tidak perlu banyak tanya lagi. Jika ingin menyelidiki kasus kematian dari model tersebut Anda bisa selidiki sendiri dengan tim anda dan jangan melibatkan rumah sakit dan juga hasil otopsi," tegas Zeva marah-marah yang tidak suka dengan cara bicara Firman.
"Saya hanya bertanya saja dan anda tidak perlu marah-marah seperti ini. Lagi pula kenapa bisa rumah sakit ini memliki Dokter yang kurang memiliki etika seperti kamu dan memberikan tanggung jawab atas masalah ini kepada kamu," sinis Firman yang membuat Zeva semakin kesal dengan matanya terbuka lebar dan tangannya yang terkepal.
"Apa maksud dari perkataan kamu. Kamu pikir saya ini Dokter abal-abal yang tidak bejus hah!" kesal Zeva yang merasa tersinggung.
"Tidak perlu marah. Saya akan terus meminta hasil otopsi korban dan bukan omongan yang saya inginkan," ucap Firman yang langsung berlalu dari hadapan Zeva.
Namun langkah Firman terhenti ketika 2 langkah di depan Zeva.
"Perasaan dia baru memakai seragam sekolah dan sekarang sudah berganti memakai seragam Dokter," ucap Firman yang membuat Zeva bingung dan Firman kembali melanjutkan langkahnya.
"Apa maksud mu hey!" teriak Zeva. Firman melanjutkan langkah kakinya tidak memperdulikan teriakan dari Zeva yang penuh dengan rasa penasaran.
"Apa dia mengenalku?" tanya Zeva.
"Argggg masa bodo! Jika ingin hasil otopsi cepat keluar seharusnya dia saja yang melakukannya dan jangan seenaknya jidat berbicara," gerutu Zeva dengan kesal.
**********
Zeva, Inggit dan Alvin sedang makan siang di rumah sakit.
"Zeva kamu tahu tidak. Jika model yang tewas yang diduga bunuh diri itu ternyata bukan bunuh diri melainkan ada dugaan pembunuhan," ucap Inggit memulai pembicaraan.
"Tahu dari mana kamu?" tanya Zeva.
"Benarkah!" sahut Zeva. Inggit mengangguk.
"Zeva kamu cepat keluarkan hasil otopsi pasien. Soalnya mayatnya harus di kubur," tegas Alvin.
"Ya jika memang keluarganya ingin menguburkan mayatnya, Ya di kuburkan saja. Hasil otopsi juga akan keluar dengan cepat," sahut Zeva santai.
"Kamu yakin tidak akan ada masalah setelah mayatnya sudah dikembalikan kepada keluarganya?" tanya Inggit.
"Iya!" jawab Zeva yang mengaduk-aduk minumannya dengan sedotan.
"Ini otopsi pertama kamu Zeva dan kamu teliti bukan melakukannya?" tanya Alvin yang ingin memastikan.
"Iya, sesuai prosedur," jawab Zeva dengan santai dan tenang.
"Memang kamu tidak ikut Alvin dalam otopsi?" tanya Inggit.
"Sangat kebetulan aku menggantikan salah satu Dokter yang juga dengan kasus otopsi. Jadi aku serahkan pada Zeva," jawab Alvin.
"Kamu sendirian Zeva?" tanya Inggit yang tiba-tiba merasa ada sesuatu.
"Iya!" jawab Zeva.
"Kamu yakin sudah melakukannya dengan baik?" tanya Inggit yang meragukan sahabatnya. Karena memang dia sangat mengenal sahabatnya itu.
"Hmmm, iya!" jawab Zeva yang jika di tanya menjawab tanpa melihat teman-temannya.
"Kenapa aku ragu padamu Zeva. Bagaimana jika ada sesuatu Zeva!" batin Inggit yang malah terlihat khawatir.
Zeva memang terlihat tenang. Namun ketenangan itu yang membuat Inggit mencurigai sesuatu. Namun berusaha untuk berpikir positif.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Rafif rafi'i
q yg baru aja baca jg ikut merinding kayak km zev...
2024-04-29
0
Risdan Arpandi
zeva zeva
2024-04-28
1