Episode 4 Askara dan Zeva saling canggung.

Tok-tok-tok-tok.

"Masuk!" sahut Dokter Ardi yang ada di ruangannya dan Askara masih ada di sana yang berbicara dengan Dokter Ardi.

Krekkkkk.

Pintu terbuka dan kepala Zeva yang masuk terlebih dahulu yang melihat kedalam. Apa yang di takutkan Zeva menjadi kenyataan. Jika Askara ada di sana.

"Masuklah Dokter Zeva!" titah Dokter Ardi. Zeva dengan gugup langsung masuk kedalam ruangan tersebut.

Zeva berdiri di antara 2 Dokter senior itu dengan Zeva menundukkan kepala dengan sopan.

"Benar dia masih ada di sini dan aku tidak bisa menghindar. Kenapa aku tidak di panggil saat dia sudah tidak ada di sini," batin Zeva yang semakin gugup.

"Duduk lah Dokter Zeva!" titah Dokter Ardi mempersilahkan.

Zeva menganggukkan kepala. Lalu langsung duduk dengan kegugupan yang tidak bisa di kendalikan. Apalagi Askara terus melihat Zeva.

"Dokter Askara, Dokter Zeva ini masih terbilang masih sangat muda yang baru bergabung di rumah sakit ini. Beliau juga masih belum banyak pengalaman dan belum mendapat izin operasi. Tetapi Dokter Zeva memiliki pengetahuan yang sangat bagus dalam dunia kedokteran yang membuat rumah sakit ini mempertimbangkan Dokter Zeva untuk bergabung di rumah sakit ini," jelas Dokter Ardi yang juga memberikan pujian pada Zeva.

Askara mengangguk saja yang memperhatikan Zeva yang sama sekali tidak melihat dirinya.

"Begitu rupanya," sahut Askara yang menanggapi dengan singkat.

"Zeva Dokter Askara adalah Dokter specialis bedah dan jam operasi sudah tidak terhitung dan kami meminta Dokter Askara yang selama 3 tahun berada di Milan untuk kembali ke Indonesia untuk memberikan bimbingan pada kamu dan juga teman-teman kamu," ucap Dokter Ardi.

"Jadi selama ini dia tidak di Jakarta dan berada di Milan," batin Zeva yang baru mengetahui hal tersebut.

"Jadi saya minta sama kamu untuk bisa bekerja sama dengan Dokter Askara," ucap Dokter Ardi dengan harapan yang besar.

"Iya Dokter," sahut Zeva yang menjawab dengan singkat.

"Oh iya Dokter Zeva. Dokter Alvin bilang kamu yang mengambil ahli atas otopsi pasien?" tanya Dokter Ardi. Zeva menganggukkan kepala.

"Kalau begitu kamu cepat keluarkan hasil otopsi pasien. Agar pihak berwajib bisa melanjutkan kasus tersebut," titah Dokter Ardi

"Iya Dokter saya akan serahkan secepatnya," jawab Zeva.

"Dokter Zeva tidak ada salahnya kamu serahkan pada Dokter Askara terlebih dahulu. Agar bisa melihat hasil pekerjaan kamu," perkataan Dokter Ardi membuat Zeva kaget dengan jantungnya yang berdebar kencang dan wajah Zeva yang mendadak panik.

"Ada apa Zeva?" tanya Dokter Ardi yang tidak melihat respon Zeva.

"Hmmm. Begini Dokter untuk hasil otopsinya, belum saya rekap dan masih berada di dalam file jadi saya. Jadi saya belum bisa memberikan pada siapa-siapa," jawab Zeva gugup yang berbicara seperti ada yang di tutupinya.

"Apa ini sudah tidak terlalu lama Dokter Zeva yang sampai lebih 1 Minggu. Ini akan menjadi masalah. Jika kamu menunda-nunda hasil otopsi itu," tegur Dokter Ardi.

"Secepatnya akan saya berikan," sahut Zeva menyakinkan Dokter senior itu.

"Bisa saya melihat foto pasien saat kamu sudah selesai mengotopsi. Biasanya Dokter yang membedahnya akan mengambil foto selesai di otopsi," sahut Askara yang baru mengeluarkan suara.

"Ada kok!" sahut Zeva dengan tangan yang bergetar mengambil ponselnya dan memperlihatkan pada Askara foto Imelda. Askara pun melihat dengan teliti.

"Ini sudah selesai di otopsi?" tanya Askara.

"Iya," jawab Zeva.

"Kamu pertama melakukan di mana?" tanya Askara.

"Di bagian tengah dada," jawab Zeva yang begitu gugup. Namun menundukkan kepala, sementara Askara memperhatikan Zeva yang merasa ada sesuatu yang di sembunyikan Zeva.

"Ya sudah Dokter Zeva, saya percayakan semua kepada kamu dan serahkan pada mereka hasil otopsi itu," tegas Dokter Ardi.

"Baik Dokter. Kalau begitu saya permisi dulu," ucap Zeva tampak buru-buru sekali. Dokter Ardi mengangguk. Zeva menghela nafasnya lalu keluar dari ruangan tersebut.

"Bidang akademik kedokteran nya sangat bagus. Mudah menghafal materi," puji Dokter Ardi setelah Zeva pergi.

"Lalu apa prakteknya juga seimbang?" tanya Askara.

"Hmmm, seharusnya. Orang yang menguasai akademik. Praktek jauh lebih baik. Karena kebanyakan Dokter lebih menyukai praktek dibandingkan materi," jawab Dokter Ardi. Namun Askara melihat banyak keraguan dari Zeva.

"Tapi kenapa aku melihat tidak seperti itu," batin Askara mencurigai sesuatu.

********

Zeva dan Inggit berjalan berdua di koridor rumah sakit.

"Zeva kamu tahu tidak Dokter yang baru bergabung di rumah sakit kita?" tanya Inggit.

"Hmmmm!" Zeva hanya menjawab dengan deheman saja.

"Zeva Dokter itu terlihat sangat tampan dan ternyata begitu galak. Dia sangat tegas dan aku sudah beberapa kali mendapatinya yang marah pada Dokter coast," ucap Inggit.

"Masa sih," sahut Zeva yang pasti kurang setuju. Karena dia sebelumnya mengenal Askara.

"Memang iya Zeva," sahut Inggit.

"Perasaan dulu nggak gitu. Dulu dia sangat ramah dan baik, bahkan begitu lembut," batin Zeva walau mencoba lupa dengan perilaku Askara tetapi tetap saja ingat.

"Aissss untuk apa juga aku mengingat hal itu sangat tidak penting," batin Zeva dengan menggoyang-goyangkan kepala.

"Tuh lihat!" Inggit tiba-tiba menunjuk yang memperlihatkan Askara yang berhadapan dengan 3 Dokter coast.

"Kamu lihat dia bagaimana!" Inggit dan Zeva sama-sama menghentikan langkah mereka. Dari kejauhan terlihat Askara marah-marah.

"Jika ini yang bisa kalian lakukan selama 2 bulan menjadi coast. Bagaimana mungkin kalian bisa menjadi Dokter!" tegas Askara. 3 orang itu sampai menundukkan kepala yang tidak berani dengan Askara.

"Sangat keterlaluan kalian semua. Kalian itu hanya membuat malu saja. Jika tidak siap menjadi Dokter. Maka jangan menjadi Dokter! percuma, uang dan waktu kalian semua habis hanya untuk hal seperti ini," tegas Askara yang sangat seram kalau marah.

"Benar aku bilang kan. Dia itu pemarah," ucap Inggit yang bisik-bisik mengajak Zeva bergosip.

"Ya memang ini baru pertama kali aku melihat dia serius seperti ini dan sampai marah, dulu dia tidak pernah seperti itu," batin Zeva.

"Astaga Zeva kenapa kamu masih mengingat tentang dulu. Sudahlah Zeva hal itu tidak penting, terserah kepribadiannya mau seperti apa, berubah atau tidak itu bukan urusanmu," Zeva kembali membuyarkan lamunannya.

Inggit melotot saat Askara menoleh kearahnya dan Zeva.

"Zeva ayo pergi!" ajak Inggit dengan buru-buru menarik tangan Zeva dan Zeva mengikut saja. Walau dia sempat kaget yang di tarik cepat saat masih melamun. Askara hanya melihat kepergian Zeva dan Inggit.

"Kalian bisa kembali!" titah Askara.

"Baik Dokter," sahut yang lainnya dengan serentak dan mereka semua pergi.

Hahhhhhhhh.

"Kenapa dokter-dokter sekarang selalu main-main. Hanya ingin gelar. Namun tidak pernah bisa berusaha untuk memberikan yang terbaik sangat memalukan," gerutu Askara dengan menghela nafasnya.

*********

Zeva berjalan buru-buru di koridor rumah sakit seperti ada hal darurat.

Dratttt Dratttt Dratttt.

Ponsel Zeva berdering membuat Zeva merogoh saku jas Dokternya sembari berjalan dan tidak melihat jalan.

"Siapa yang menelpon!" gerutu Zeva yang kesulitan mengambil ponselnya.

Brukkk.

Sampai akhirnya Zeva menabrak tubuh kekar dan hampir membuatnya jatuh kebelakang dan untung saja pemilik tubuh itu menahan Zeva dengan memegang kedua bahu Zeva yang membuat Zeva melihat kearah orang tersebut.

Bersambung

Episodes
1 Episode 1 Dokter Aneh
2 Episode 2 Otopsi
3 Episode 3 Bertemu kembali.
4 Episode 4 Askara dan Zeva saling canggung.
5 Episode 5 Penyelamat
6 Episode 6 Di marahi Askara membuatnya menangis.
7 Episode 7 Kita melakukan bersama
8 Episode 8 Bersama di ruang otopsi.
9 Episode 9 Zeva dan Askara.
10 Episode 10 Pelukan Askara.
11 Episode 11 pertemuan menegangkan.
12 Episode 12 Anak itu
13 Episode 13 Ternyata Laras pelakunya.
14 Episode 14 Menghindari
15 Episode 15 Menjemput anak
16 Episode 16 Zeva yang di salahkan.
17 Episode 17 Hadiah untuk Zeva
18 Episode 18 Menampar Zeva
19 Episode 19 Ungkapan hati yang tertahan.
20 Episode 20 Penegasan Zeva.
21 Episode 21 Lagi-lagi dia yang ada.
22 Episode 22 Keberanian Zeva pada Askara.
23 Episode 23 Hampir saja
24 Episode 24. Jadi makan bersama.
25 Episode 25 Askara dan Zeva m
26 Episode 26 Zeva yang sangat lemah.
27 Episode 27 Penegasan Askara.
28 Episode 28 Askara dan Zeva 1 ruangan
29 Episode 29 Askara dan Zeva semakin manis.
30 Episode 30 godaan tipis-tipis Askara
31 Episode 31 Jahil
32 Episode 32 Askara dan Zeva
33 Episode 33 Perasaan
34 Episode 34 Sama-sama gengsi
35 Episode 35 Askara ada-ada saja.
36 Episode 36 Insiden
37 Episode 37 Dia selalu ada.
38 Episode 38 Askara dan Zeva
39 Episode 39 Momen Aksa dan Zeva.
40 Episode 40 Kita semakin dekat
41 Episode 41 Zeva selalu di rayakan.
42 Episode 42 makan malam romantis.
43 Episode 43. Keluarga kembali.
44 Episode 44 Merasa ada yang aneh
45 Episode 45 Rasa curiga
46 Episode 46 tuntutan Zeva.
47 Episode 47 ucapan Laras
48 Episode 48 Rasanya capek.
49 Episode 49 Pasangan romantis.
50 Episode 50 Kesabaran habis.
51 Episode 51 Askara yang terjebak.
52 Episode 52 Terbongkar.
53 Episode 53 Sakit yang luar biasa.
54 Episode 54 Akhir segalanya.
55 Episode 55 Sama-sama hancur.
56 Episode 56 Lebih baik pergi.
57 Episode 57 Insiden
58 Episode 58 Kritis.
59 Episode 59 Kebenaran yang sebenarnya.
60 Episode 60 Kronologis.
61 Episode 61 Penegasan Zavier.
62 Episode 62 Bangun
63 Episode 63 Tidak ada tempat.
64 Episode 64 Rora dan Zeva.
65 Episode 65 Tidak ingin kalah.
66 Episode 66 Posisi sulit.
67 Episode 67 Pilihan
68 Episode 68 Ini Jalan Kita
69 Episode 69 Siapa Yang Salah.
70 Episode 70 Tempat Baru.
71 Episode 71 Siapa dia yang menyebalkan itu
72 Episode 72 debat yang panjang.
73 Episode 73 Kedekatan.
74 Episode 74 Pertemuan itu.
75 Episode 75 Pertemuanmu itu.
76 Episode 76 ungkapan
77 Episode 77 Permintaan maaf.
78 Episode 78 Keinginan.
79 Episode 79 Kita masih tetap saling mencintai.
80 Episode 80 Romantis.
81 Bab 81 Selesai.
82 Untuk Pembaca
83 1.
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Episode 1 Dokter Aneh
2
Episode 2 Otopsi
3
Episode 3 Bertemu kembali.
4
Episode 4 Askara dan Zeva saling canggung.
5
Episode 5 Penyelamat
6
Episode 6 Di marahi Askara membuatnya menangis.
7
Episode 7 Kita melakukan bersama
8
Episode 8 Bersama di ruang otopsi.
9
Episode 9 Zeva dan Askara.
10
Episode 10 Pelukan Askara.
11
Episode 11 pertemuan menegangkan.
12
Episode 12 Anak itu
13
Episode 13 Ternyata Laras pelakunya.
14
Episode 14 Menghindari
15
Episode 15 Menjemput anak
16
Episode 16 Zeva yang di salahkan.
17
Episode 17 Hadiah untuk Zeva
18
Episode 18 Menampar Zeva
19
Episode 19 Ungkapan hati yang tertahan.
20
Episode 20 Penegasan Zeva.
21
Episode 21 Lagi-lagi dia yang ada.
22
Episode 22 Keberanian Zeva pada Askara.
23
Episode 23 Hampir saja
24
Episode 24. Jadi makan bersama.
25
Episode 25 Askara dan Zeva m
26
Episode 26 Zeva yang sangat lemah.
27
Episode 27 Penegasan Askara.
28
Episode 28 Askara dan Zeva 1 ruangan
29
Episode 29 Askara dan Zeva semakin manis.
30
Episode 30 godaan tipis-tipis Askara
31
Episode 31 Jahil
32
Episode 32 Askara dan Zeva
33
Episode 33 Perasaan
34
Episode 34 Sama-sama gengsi
35
Episode 35 Askara ada-ada saja.
36
Episode 36 Insiden
37
Episode 37 Dia selalu ada.
38
Episode 38 Askara dan Zeva
39
Episode 39 Momen Aksa dan Zeva.
40
Episode 40 Kita semakin dekat
41
Episode 41 Zeva selalu di rayakan.
42
Episode 42 makan malam romantis.
43
Episode 43. Keluarga kembali.
44
Episode 44 Merasa ada yang aneh
45
Episode 45 Rasa curiga
46
Episode 46 tuntutan Zeva.
47
Episode 47 ucapan Laras
48
Episode 48 Rasanya capek.
49
Episode 49 Pasangan romantis.
50
Episode 50 Kesabaran habis.
51
Episode 51 Askara yang terjebak.
52
Episode 52 Terbongkar.
53
Episode 53 Sakit yang luar biasa.
54
Episode 54 Akhir segalanya.
55
Episode 55 Sama-sama hancur.
56
Episode 56 Lebih baik pergi.
57
Episode 57 Insiden
58
Episode 58 Kritis.
59
Episode 59 Kebenaran yang sebenarnya.
60
Episode 60 Kronologis.
61
Episode 61 Penegasan Zavier.
62
Episode 62 Bangun
63
Episode 63 Tidak ada tempat.
64
Episode 64 Rora dan Zeva.
65
Episode 65 Tidak ingin kalah.
66
Episode 66 Posisi sulit.
67
Episode 67 Pilihan
68
Episode 68 Ini Jalan Kita
69
Episode 69 Siapa Yang Salah.
70
Episode 70 Tempat Baru.
71
Episode 71 Siapa dia yang menyebalkan itu
72
Episode 72 debat yang panjang.
73
Episode 73 Kedekatan.
74
Episode 74 Pertemuan itu.
75
Episode 75 Pertemuanmu itu.
76
Episode 76 ungkapan
77
Episode 77 Permintaan maaf.
78
Episode 78 Keinginan.
79
Episode 79 Kita masih tetap saling mencintai.
80
Episode 80 Romantis.
81
Bab 81 Selesai.
82
Untuk Pembaca
83
1.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!