Gejolak dan Prahara

Melihat kehadiran Harun, Semua Anak buahnya terkejut termasuk Eanto. Mereka tidak menyangka jika Harun pulang hari ini.

“Boss Harun sudah datang, bagaimana ini? Pasti dia akan menyalahkan kita dan tidak akan mau mengerti tentang alasan perginya Hilman!” Ucap Anak buahnya pada Wanto merasa ketakutan.

“Aku mengerti kekhawatiranmu itu! Semoga saja strategi kita ini berhasil membuatnya mau untuk mengerti, berdoalah!” Jawab Wanto menegaskan padanya.

Wanto sangat sewot mendengar kedatangan Harun. Bagi Wanto kedatangan Harun itu menjadi ancaman besar bagi dirinya, karena Hilman sudah tidak ada.

"Datangnya Harun membuat kepalaku merasa pusing tujuh keliling. Bagaimana caranya agar dirinya bisa mempercayai alasanku tentang hilangnya Hilman dari tahanan?" Tanya Wanto lagi pada dirinya dengan pikiran bingung.

Wanto menelan ludahnya. Dia berusaha untuk meredam ketakutannya mendengar kepulangan Sang Majikan kejamnya itu.

"Kenapa Tuan diam saja? Bukankah Kita harus mempersiapkan segalanya untuk menyambut Boss Harun datang!" seru Anak buahnya pada Wanto dengan mengingatkannya.

Wanto tidak menghiraukan kata-kata Anak buahnya itu. Dia kini memandang ruang kosong yang dipakai untuk menahan Hilman. Lalu dengan suara berat, dia bicara pada Anak buahnya itu.

“Tentang rencana rekayasa kita nanti, Bagaimana? Apakah semuanya sudah siap?” Ucap Wanto pada Anak buahnya itu merasa penasaran.

Dengan cepat sambil memandangnya, Anak buahnya itu pun segera menjawabnya.

"Tampaknya persiapannya sudah kelar. Tinggal menunggu Harun datang dan tinggal melaksanakannya saja!" Ucap Anak buahnya dengan tegas menjelaskan kepadanya.

Wanto pun mengangguk dengan senyum pada mereka.

"Bagus!” Wanto memuji Anak buahnya itu.

Anak buahnya Wanto pun tersenyum dengan sangat lebar. Mereka pun segera meneruskan pekerjaanya kembali.

Pikiran pusing terus membayangi kemana Wanto pergi.

"Aku bingung pada Harun yang masih tetap kukuh dengan rencananya itu. Apa hebatnya rencananya itu? Hanya bikin pusing kepalaku saja. Jika Harun datang, Aku juga yang akan repot nantinya." Ucap Wanto pada Anak buahnya lagi merasa kebingungan.

Lantas Anak buahnya pun menimpali sambil menatap kepada Wanto.

"Kami juga tidak tahu apa yang ada di pikiran Boss Harun itu, Tapi kayaknya dia akan memanfaatkan Hilman sebagai tameng untuk membuat Mertuanya itu tunduk padanya, walaupun Anak itu menderita karena rencananya itu?!" Ucap Anak buahnya itu memberi masukan padanya.

"Itu benar! Dia sudah merasa yakin akan rencana itu berhasil!" Kata Wanto pada Anak buahnya itu.

Semua Anak buahnya termasuk Wanto menyalahkan dan menghina Harun. Mereka tidak senang dengan sikap arogannya itu yang penuh kebencian dan juga rasa jijik.

“Bila Si Brengsek Harun itu datang, segera kalian mengambil posisi sesuai rencana kita, Mengerti!” Ucap Wanto pada mereka.

Mereka pun mengangguk pada Wanto mengerti.

“Kami mengerti dan siap melaksanakannya, Tuan!” Jawab mereka serentak.

Harun bagaikan seorang sampah yang bahkan tidak layak untuk sekedar ditatap, karena saking ambisius dan arogannya itu.

********

Di kediaman Harun.

Namun tidak dengan Mirna, Wanita cantik dengan kulit putih mutiara itu tersenyum dengan sangat lebar saat melihat Suaminya Harun pulang dari tugas luar negerinya. Dia sangat senang sekali melihat kehadiran suaminya di waktu yang tepat.

"Sayang, kamu sudah pulang? Kenapa tidak menghubungiku?" tanya Istrinya Mirna dengan sangat ceria untuk merayunya.

"Iya, aku pulang hari ini. Aku sengaja tidak mengabarkanmu karena aku tidak mau merepotkanmu. Aku bisa pulang sendiri," jawab Suaminya Harun sambil tersenyum dengan lebar.

Dengan wajah masih dipenuhi oleh rasa penasaran, Mirna menatap Suaminya Harun. Dia lalu mengatakan pada Suaminya akan maksud rencananya itu.

"Kamu harus tahu diri. Kamu itu seorang Pemimpin Perusahaan jadi sudah selayaknya harus mementingkan Perusahaan dan wibawamu!” Ucap Mirna pada Harun seakan mengingatkannya..

Harun seolah tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Istrinya itu Mirna.

"Apa yang kau katakan itu? Sungguh Aku tidak mengerti?" Ucap Harun dengan merasa bingung.

Meskipun Harun sudah menduganya, ini pasti tentang rencananya itu, namun Harun memiliki keyakinan yang sangat besar untuk bisa mendapatkan kepercayaan lagi dari Mertuanya itu.

“Ini tentang rencanamu dengan secarik kertas dan tahanan itu!” Jawab Mirna menjelaskan padanya.

Sontak saja Harun merasa kaget dibuatnya, dia tertawa terbahak-bahak mendengar Mirna berkata tentang rencananya itu.

“Hahahaha…? Jadi Kamu sudah tahu bahwa Aku menahan Hilman untuk memuluskan rencanaku itu?" Tanya Harun sambil tertawa puas.

Mirna sangat ingin menceritakan semuanya pada Suaminya tentang tahanan itu Hilman, tapi lantaran takut Harun marah lalu dia urungkan. Kemudian dia mengangguk pada Suaminya itu.

“Ya, Aku sudah tahu semuanya tentang itu!” Jawab Mirna menjelaskan padanya.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Mirna pada dirinya, Amarah Harun seolah- olah muncul ke permukaan, Dia tidak mengerti maksud dari keingintahuan Istrinya itu.

"Sudahlah Mirna. Jangan menyelidiki Aku seperti ini terus. Aku ini Suamimu tidak pantas untuk kamu curigai, dan lagi rencanaku itu hanya untuk membuat Ayahmu percaya lagi padaku!" Ucap Harun pada Istrinya Mirna dengan menahan emosinya itu.

Saat ini Harun merasa yakin kalau dia akan berhasil dengan rencana yang digagasnya, Dia lantas mengatakan pada Istrinya itu Mirna dan melarangnya.

"Sudah kamu diam! Jangan ikut campur urusanku. Aku tidak akan mungkin bisa hidup dengan tenang jika kepercayaan Ayahmu itu belum aku dapatkan sepenuhnya!" Ucap Harun dengan suara yang ditekan, mencoba mengontrol emosinya.

Mirna sudah menasehati tapi tetap tidak bisa berbuat apa-apa karena sosok Harun menyuruh dia untuk diam dan menurut saja. 

Pada akhirnya Mirnal hanya bisa diam karena percuma karena Suaminua itu tidak akan mau mendengar dan lagi dia enggan untuk berselisih paham dengannya.

Tapi mulut Mirna merasa gatal ingin mengutarakan masalah Hilman pada Suaminya itu, agar dia mau melepaskan Hilman dan tidak menjadikannya alat untuk mendapatkan kepercayaan dari Ayahnya itu.

"Mulutku terasa gatal sekali, tidak bisa berpura-pura lagi padamu. Aku Minta tolong lepaskan Hilnan dari tanganmu itu, jangan membuat masalah baru, pikirkan jika Ayahku tahu Kamu menahan seseorang hanya demi kepercayaan darinya, habislah Kamu!” Ucap Mirna pada Suaminya Harun dengan begitu keras menasehatinya.

Mendengar nasehat keras dari Istrinya itu, Harun merasa dikuliti tubuhnya oleh pisau tajam yang menghujam tanpa ampun. Dengan rasa amarahnya dia pun bicara.

"Apa? Melepaskan Hilman? Yang selama ini Aku cari? Asal Kamu tahu, memburu dan menangkap Hilman itu tidak mudah, butuh waktu dan perjuangan panjang, lantas Kamu seenaknya menyuruhku untuk melepaskannya, enak saja!" Bentak Suaminys Harun pada Mirna dengan rasa emosi di dalam dadanya itu.

Mendengar ucapan marah Harun itu membuat Mirna merasa kecewa terhadapnya, lantas dengan rasa benci dan wajah cemberut Dia pun mengatakan pada Suaminya itu.

"Kamu ini sedang bermimpi? Masalahmu itu tentang perilakumu yang salah, itu bisa diselesaikan dengan menyesali dan merubahnya? Sepertinya akal sehatmu sudah hilang!" Kata Mirna sambil menyinggungnya.

Harun menggenggam kedua telapak tangan dengan sangat kerasnya. Emosi sudah memuncak memenuhi tubuhnya. Dia harus menahannya agar tidak meledak.

"Anak kecil saja tau bagaimana jika seseorang melakukan kesalahan pasti harus merubah perilakunya yang buruk itu menjadi baik, mending jika Ayahku menerima, tapi jika tidak…?" Lanjut Mirna merasa jengkel pada Suaminya itu.

Darah Harun semakin mendidih. Wajahnya sudah sangat merah sekali saat ini.

Mirna belum puas menasehati Suaminya itu yang keras kepala. Dia pun kemudian berkata lagi padanya.

"Kamu tahu, bahwa aku sudah mengetahui semua rencanamu itu. Dan harus di ingat bahwa Kamu itu tidak bisa berbuat apa-apa tanpa Aku, Harun!" Ucap Mirna lagi dengan geramnya.

Kali ini Harun tidak bisa lagi menahan diri. Amarahnya semakin meletup-letup ketika mendengar istrinya terus bicara untuk membatalkan rencana serta melepaskan Hilman dari genggamannya itu.

“Jangan coba- coba bicara sombong padaku, Mirna! Aku bisa saja berlaku kejam pada Istriku sendiri, ingat itu!” Bentak Harun pada Istrinya Mirna merasa harga dirinya terusik.

Mendengar ancaman Harun, lantas Mirna menjawab sambil nyinyir pada Suaminya itu.

“Kamu mengancamku, Harun?” Jawab Mirna balik bertanya padanya sambil nyinyir pada Suaminya itu Harun.

“Cih!”

Harun bergegas menghampiri Istrinya Mirna dengan amarah yang meluap-luap dalam dirinya dan tanpa bisa dikendalikan, lantas Harun pun langsung tanhangannya menunjuk  persis di depan wajah Istrinya itu.

“Kamu sudah berani- beraninya kurang ajar pada Suamimu sendiri, Aku akan ingat selalu kesombongan dirimu padaku ini, Mirna!” Ucap Harun dengan garangnya itu.

Lalu umpatan dan hinaan kasar Harun terlontar keluar dari mulut busuknya itu pada Mirna.

“Dasar wanita sombong!...

“Wanita tidak punya adab!...

“Wanita tidak punya otak!...

“Dasar wanita rendah!...

Yang membuat perasaan hati Istrinya Mirna terasa perih dan merasakan kesakitan dalam lubuk hatinya itu.

"Sudah cukup hinaanmu itu kepadaku! Dengarkan Aku, Harun! Jika Aku mau, dengan semudah membalikkan tangan, Aku bisa langsung menghancurkanmu sekarang juga!” Ancaman Mirna pada Suaminya Harun  dengan sangat murkanya itu.

Harun seolah tidak menghiraukan Mirna mengancamnya, dia lantas bergegas berjalan ke kamarnya, meninggalkan Istrinya Mirna seorang diri dengan ratapan tangisnya itu.

Mirna menangis dengan kerasnya, dia bersimpuh di lantai sambil memegangi keningnya yang terasa pusing tujuh keliling akibat hinaan keras dari Harun Suaminya itu, karena Dia menolak menerima nasehat dari dirinya itu.

Episodes
1 Mirna geram mengetahuinya
2 Bingung, Terperanjat Melihatnya
3 Takut dan Kekhawatiran
4 Jalan Pelarian
5 Gejolak dan Prahara
6 Rekayasa dan Sandiwara di mulai
7 Drama Rekayasa yang tidak bergeming
8 Congkak dan Keangkuhan
9 Ternyata Dia hamil
10 Karenanya, terbebaskan juga
11 Cerita Paman Hartono
12 Mulai masuk pengaruhnya
13 Hangus terbakar, bikin semakin dendam membara
14 Ibu tersayang datang
15 Berulah di depan Mama
16 Pencarian kembali lagi
17 Pengejaran tidak berdasar
18 Siapa Orang itu?
19 Terombang- ambing kemungkinan
20 Kejam, Hanya mimpi
21 Saling berstrategi
22 Seakan tegang, Saling Curiga
23 Dibuat Kebingungan
24 Prasangka dan kekhawatiran
25 Tanpa di duga, Dia datang
26 Keresahan hingga Dia datang
27 Geliat Ambisi yang semakin dalam
28 Pengaruh kuat bikin resah
29 Menjemput karena kakhawatiran
30 Terperanjat dan terkejut
31 Kebingungan yang terjawab
32 Dia mulai Berstrategi
33 Boss Ku Orang Gila
34 Semua Kebahagiaan seolah meninggalkannya
35 Hilman menceritakan kisahnya
36 Akal bulus di Otaknya
37 Tipu Muslihatnya berhasil
38 Kasus Penggelapan Mobil mewah
39 Layaknya Bola, ditendang kesana- kemari
40 Rasa penasaran yang besar
41 Orang Tua itu mengusirnya
42 Kalung Naga dan tanda Hitam ditubuhnya
43 Perasaan sedih dan terharu
44 Bertemu juga, seolah tidak percaya
45 Kosong, Geledah semuanya!
46 Keresahan dan Cemas
47 Api menghanguskan Villa kenangan itu
48 Derita dan Ancaman
49 Kebenaran Firasat
50 Saling Perhatian dua Sahabat, pilu
51 Mimpi, Membingungkan
52 Rahasia bikin bingung
53 Strategi Paman Willy
54 Gelisahnya Paman Hartono
55 Senyum senang Harun
56 Bingung akan maksudnya
57 Rasa takut dan Ambisi
58 Hasrat Ketakutan
59 Salah paham Hilman
60 Keresahan karena perpisahan
61 Ayah Brian merasa khawatir
62 Dia memberitahukannya
63 Pencarian semakin gencar
64 Pulang juga rupanya
65 Akhirnya Ayah mengerti juga
66 Rencana pergi untuk Ambisi dan niatnya
67 Amarah menusuk hati
68 Perwira Polisi itu Khawatir
69 Curahan rasa kecewa
70 Murka tidak bertepi
71 Ancaman bodoh
72 GERR!
73 Akhirnya terusir juga
74 Terpana, Maafnya Ambarita
75 Pesan Paman dan kekhawatiran Bayu
76 Kembali pulang
77 Kesakitan dan kegamangan akan kehancuran
78 Terperanjat hampir tidak percaya
79 Perasaan sakit hati yang terpendam terkuak keluar
80 Geram, tidak bertemu
81 Amarah tak bisa ditahan
82 Tidak disangka-sangka, hati serasa terbang
83 Bagai terbang, Enak tenan!
84 Hati saling tertaut, gusar
85 Ganjalan hati yang tak bisa dikendalikan
86 Rasa Khawatir dan siasat Harun
87 Bersedih, Dia keguguran
88 Dibebaskan oleh Mereka
89 Kabar pilu Wanto
90 Amarah benci Yohana
91 Keributan di Ruang Pasien
92 Bertengkar lalu mengusirnya
93 Dendam
94 Masalah membuat gusar
95 Kebingungan
96 Sedih dan rasa kecewa
97 Kepiluan nan dalam
98 Sedikit depresi
99 Dendam tak kunjung hilang
100 Bayu tersinggung
101 Kantuk yang tidak bisa ditahan
102 Mimpi Billy
103 Sang Bidadari membangunkanku
104 Bayu tertangkap
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Mirna geram mengetahuinya
2
Bingung, Terperanjat Melihatnya
3
Takut dan Kekhawatiran
4
Jalan Pelarian
5
Gejolak dan Prahara
6
Rekayasa dan Sandiwara di mulai
7
Drama Rekayasa yang tidak bergeming
8
Congkak dan Keangkuhan
9
Ternyata Dia hamil
10
Karenanya, terbebaskan juga
11
Cerita Paman Hartono
12
Mulai masuk pengaruhnya
13
Hangus terbakar, bikin semakin dendam membara
14
Ibu tersayang datang
15
Berulah di depan Mama
16
Pencarian kembali lagi
17
Pengejaran tidak berdasar
18
Siapa Orang itu?
19
Terombang- ambing kemungkinan
20
Kejam, Hanya mimpi
21
Saling berstrategi
22
Seakan tegang, Saling Curiga
23
Dibuat Kebingungan
24
Prasangka dan kekhawatiran
25
Tanpa di duga, Dia datang
26
Keresahan hingga Dia datang
27
Geliat Ambisi yang semakin dalam
28
Pengaruh kuat bikin resah
29
Menjemput karena kakhawatiran
30
Terperanjat dan terkejut
31
Kebingungan yang terjawab
32
Dia mulai Berstrategi
33
Boss Ku Orang Gila
34
Semua Kebahagiaan seolah meninggalkannya
35
Hilman menceritakan kisahnya
36
Akal bulus di Otaknya
37
Tipu Muslihatnya berhasil
38
Kasus Penggelapan Mobil mewah
39
Layaknya Bola, ditendang kesana- kemari
40
Rasa penasaran yang besar
41
Orang Tua itu mengusirnya
42
Kalung Naga dan tanda Hitam ditubuhnya
43
Perasaan sedih dan terharu
44
Bertemu juga, seolah tidak percaya
45
Kosong, Geledah semuanya!
46
Keresahan dan Cemas
47
Api menghanguskan Villa kenangan itu
48
Derita dan Ancaman
49
Kebenaran Firasat
50
Saling Perhatian dua Sahabat, pilu
51
Mimpi, Membingungkan
52
Rahasia bikin bingung
53
Strategi Paman Willy
54
Gelisahnya Paman Hartono
55
Senyum senang Harun
56
Bingung akan maksudnya
57
Rasa takut dan Ambisi
58
Hasrat Ketakutan
59
Salah paham Hilman
60
Keresahan karena perpisahan
61
Ayah Brian merasa khawatir
62
Dia memberitahukannya
63
Pencarian semakin gencar
64
Pulang juga rupanya
65
Akhirnya Ayah mengerti juga
66
Rencana pergi untuk Ambisi dan niatnya
67
Amarah menusuk hati
68
Perwira Polisi itu Khawatir
69
Curahan rasa kecewa
70
Murka tidak bertepi
71
Ancaman bodoh
72
GERR!
73
Akhirnya terusir juga
74
Terpana, Maafnya Ambarita
75
Pesan Paman dan kekhawatiran Bayu
76
Kembali pulang
77
Kesakitan dan kegamangan akan kehancuran
78
Terperanjat hampir tidak percaya
79
Perasaan sakit hati yang terpendam terkuak keluar
80
Geram, tidak bertemu
81
Amarah tak bisa ditahan
82
Tidak disangka-sangka, hati serasa terbang
83
Bagai terbang, Enak tenan!
84
Hati saling tertaut, gusar
85
Ganjalan hati yang tak bisa dikendalikan
86
Rasa Khawatir dan siasat Harun
87
Bersedih, Dia keguguran
88
Dibebaskan oleh Mereka
89
Kabar pilu Wanto
90
Amarah benci Yohana
91
Keributan di Ruang Pasien
92
Bertengkar lalu mengusirnya
93
Dendam
94
Masalah membuat gusar
95
Kebingungan
96
Sedih dan rasa kecewa
97
Kepiluan nan dalam
98
Sedikit depresi
99
Dendam tak kunjung hilang
100
Bayu tersinggung
101
Kantuk yang tidak bisa ditahan
102
Mimpi Billy
103
Sang Bidadari membangunkanku
104
Bayu tertangkap

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!