Takut dan Kekhawatiran

Terdengar ucapan Willy Komisaris polisi itu, yang tidak menduga bisa bertemu dengan Hilman yang dicarinya itu

"Aku tidak menyangka bisa bertemu disini, Hilman!" Ucap Kompol Willy dengan penuh amarah yang tertahan dalam batinnya itu.

Mendengar itu, Mirna menjadi semakin bingung. Dia bertanya-tanya kenapa Pamannya yang seorang perwira polisi itu mengenal sosok Hilman? Apa jangan-jangan ada hubungan kerabat atau pertemanan?

“Paman mengenalnya? Siapakah dia itu, Paman? Apa hubungannya Paman dengan Dia?" Tanya Mirna merasa sangat bingung.

Kompol Willy membalikan badannya dengan perlahan untuk menghadap Mirna.

"Percuma Aku memberitahumu, Mirna! Toh semua orang bisa mengenal siapa pun!" Ucap Kompol Willy memberi tahunya.

Mendengar jawaban yang seakan datar dan tidak memuaskannya, Mirna pun sedikit marah karenanya.

"Terserah, Mirna tidak perlu alasan Paman itu, sekarang Mirna hanya ingin menangkap curut itu dan memasukkannya ke dalam penjara, itu saja!" Ucap Mirna lagi pada Kompol Willy sambil cemberut.

Dengan wajah yang memendam emosi di hatinya, Kompol Willy lantas berkata,

"Untuk yang satu ini, biar Aku tangani sendiri dan jangan libatkan pihak lain!" Ucap Kompol Willy menegaskan.

Mirna disini bertambah bingung. Dia merasa tidak masuk akal jika Pamannya yang seorang komisaris polisi itu rela untuk menangani kasus ini sendiri.

“Apa maksud ucapan Paman itu? Mirna tidak mengerti?” Tanya Mirna penasaran.

Kompol Willy lalu menatap tajam Mirna seolah dirinya merasa tidak senang atas kecurigaan Mirna itu padanya.

"Apa Kamu meragukan, Paman? Untuk menangani seorang Anak ini bagiku mudah, Mirna!" Kompol Willy dengan ekspresi wajah yang membingungkan.

Merasa tersinggung, Mirna pun seolah tidak mau untuk memusingkan ucapan Pamannya itu.

"Terserah apa kata Paman, yang pasti Mirna ingin Paman menangkap dan memenjarakannya!" Jawab Mirna dengan kekhawatiran yang besar di dalam dirinya.

Mendengar itu, lantas Kompol Willy menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tidak mengerti dengan keinginan dari Mirna Putri Tuan Ambarita itu.

"Kamu ini putri dari seorang Kaya raya yang sangat disegani, sudah sepatutnya Kamu menjaga nama baik dari Orang Tuamu Itu, Mirna!” Ucap Kompol Willy dengan nada suara tinggi mengingatkannya.

Mendengar Kompol Willy bicara, semakin   bingung Mirna dibuatnya, dengan merasa penasaran, lantas Mirna pun menjawab.

"Dari ucapan Paman seolah- olah Mirna sedang berbuat sesuatu yang bisa merusak wibawa Orang Tua sendiri, begitu bukan maksud perkataan Paman itu?" Tanya Mirna dengan merasa tidak senangnya itu.

Dengan menggeleng- gelengkan kepalanya karena merasa tidak percaya akan semua ini, lantas Kompol Willy pun menjelaskan kepadanya.

"Dengan menangkap dan menahan seseorang, walaupun Dia hanya curut kecil, itu menurut Paman sudah tidak benar, Bayangkan jika Ayahmu itu tahu akan hal ini, maka hancurlah kalian semua!" Ucap Kompol Willy dengan nada suara tinggi, berusaha untuk meyakinkan.

Mirna sejenak terdiam, dalam hatinya sedang mengkaji ucapan Kompol Willy itu padanya. Lalu Terdengar Kompol Willy bicara lagi pada Mirna.

"Terserah mau mendengar atau tidak, yang jelas Aku sudah memberitahumu, Mirna!" Jawab Kompol Willy berusaha untuk mempengaruhinya.

Wanto dan para Anak buahnya di sana juga sangat bingung dengan sikap Kompol Willy. Mereka juga sama seperti Mirna yang tidak mengerti dengan pikiran Perwira Polisi itu.

Wanto yang sedari tadi hanya mendengar, kini mulai angkat bicara setelah apa yang diucapkan Perwira Polisi itu mengena di pikirannya.

Dia pun segera bicara dengan Mirna untuk memberi masukan kepadanya.

"Menurutku yang dikatakan Pamanmu itu benar, dengan alasan apapun Suamimu itu tetap salah membuat orang lain menderita hanya demi keinginan dan ambisinya, daripada nanti Ayahmu itu tahu, habislah Kita semua!" Ucap Wanto pada Mirna merasa khawatir.

Lalu dengan sedikit tegas, Kompol Willy lagi- lagi bicara yang membuat mereka tersudut.

"Apa kalian kira Tuan Ambarita itu bodoh? jangan- jangan dia sudah tahu akan hal ini, itu bukan mustahil?" Ucap Perwira Polisi Itu menakut- nakutinya.

Kebingungan Wanto juga menghinggapi diri Mirna. Dia bingung harus bagaimana?

"Apakah aku harus mengikuti sarannya atau meneruskan rencanaku itu, Wanto?” tanya Mirna pada Wanto ingin tahu.

Namun kemudian Mirna curiga apa sebenarnya maksud Pamannya itu untuk membawa Hilman bersamanya.

“Lalu dimana Paman akan menahan Hilman? jika memang tidak dipenjarakannya di kantor polisi?” Tanya Mirna merasa ingin tahu.

Kompol Willy tersenyum sinis pada Mirna, dan dengan wajah ditekuknya dia menjawabnya.

"Soal itu biar urusan Paman. Coba kalian pikir, jika ditahan di kantor polisi itu dengan mudah bisa dilacak oleh Suamimu, dan ujung- ujungnya pasti dengan mudah Ayahmu tahu juga soal ini, bisa berabe jadinya!" Jawab Kompol Willy pada Mirna dengan menyudutkannya.

Dengan ekspresi wajah yang menunjukan ketidaksukaan, Mirna bergumam di dalam hatinya.

"Gak salah lagi pasti Hilman ada hubungan kekerabatan dengan Paman!" Ucap Mirna dalam hati.

Apa yang terjadi membuat Hilman menjadi sangat resah. Niat hati ingin bebas dari Harun, tapi masalah baru seolah menghadangnya, kekecewaan terlihat jelas dari raut wajahnya itu.

"Suatu kebetulan atau bukan, Aku bertemu lagi dengan Komandan Polisi itu, dan anehnya dia itu adalah Paman dari Mirna!" Ucap Hilman dalam hatinya itu.

Dia sudah berlagak hebat dengan memanggil seorang perwira polisi, namun ternyata perwira polisi itu tidak membawa Hilman ke penjara kepolisian, tapi diamankan sendiri olehnya.

"Apa yang harus Aku lakukan? Tapi dari ucapannya itu tidak ada yang salah menurutku!” Ucap Mirna di dalam benaknya itu.

Karena tidak mau bertambah rumit, Wanto pun bicara lagi pada Mirna dengan sedikit tegas, Dia ingin menunjukan jika ucapan Kompol Willy itu memang benar.

“Harapanku jika Kompol Willy mau membawa Hilman, berarti satu masalah akan ketakutan terendus oleh Ayahmu itu teratasi, selanjutnya tinggal bagaimana menutupi dari Suamimu itu Harun!” Ucap Wanto pada Mirna dengan panjang lebar menjelaskan padanya.

Pikiran Mirna menerawang jauh, dia seolah mencari kebenaran untuk ditampakkannya atas masalah ini, tidak lama Mirna pun bicara lagi pada Pamannya itu.

"Baiklah, Mirna setuju Paman membawa pergi Hilman, walaupun hati ini menduga ada sesuatu antara Paman dan Dia!" Ucap Mirna resah.

Mendengar mulut Mirna bicara seperti itu, kembali Kompol Willy bicara lagi untuk meyakinkannya.

"Paman tidak peduli dengan dugaanmu itu, karena Paman tidak mau Kamu dihadapkan dengan masalah besar, yang nantinya berhadapan dengan Ayahmu sendiri, silahkan pikirkan sendiri, Paman tidak akan memaksamu!" Ucap Kompol Willy mencoba untuk meyakinkan lagi.

Hilman pun bingung dan bertanya- tanya tentang alasan Komandan Polisi itu ingin membawanya pergi.

“Aku sangat bingung karenanya, padahal Mirna menyuruhnya membawa Aku ke kantor polisi untuk dipenjarakan di sana, tapi dia tidak menyetujuinya, Apa dia sudah menggagas rencana untukku?” Begitu pikiran Hilman di dalam benaknya itu.

Tiba- tiba Wanto bicara untuk memaksa Mirna agar segera menyetujuinya lalu menyerahkan Hilman pada Kompol Willy itu.

"Cepatlah Kamu serahkan Hilman padanya, daripada nantinya mendapatkan masalah besar, yang akan membuat kita semua hancur!" Ucap Wanto pada Mirna memaksanya.

Mirna memandang Wanto seakan merasa ikut merasa apa yang dikhawatirkannya, lantas dengan tegasnya dia bicara langsung pada Pamannya itu.

“Segeralah bawa Hilman itu pergi, Paman! Mirna percaya Paman sangat mengkhawatirkan kami disini, Silahkan Paman!” Ucap keras Mirna pada Perwira Polisi itu menyetujuinya.

Lantas Kompol Willy segera memanggil dua Orang Anak buahnya itu yang berseragam lengkap, untuk membawa Hilman pergi dari tempat itu segera.

“Kalian berdua, Kemari!” Ucap Kompol Willy memanggil mereka.

Dengan sigapnya mereka berdua berlari ke arahnya sambil berkata.

“Siap! Ada apa, Dan!” Jawab mereka berdua serentak.

Langsung Kompol Willy bicara lagi pada mereka berdua.

“Kalian bawa Dia pergi dari sini, Cepat!” Ucap Perwira polisi itu menyuruhnya.

“Siap! Kami Laksanakan, Komandan!” Jawab mereka berdua sambil bergegas membawa Hilman keluar.

Setelah itu Kompol Willy pun langsung melangkahkan kakinya keluar ruangan di gudang itu dengan cepat. Dia tidak mau lama-lama berada di sana.

"Maaf, Paman pergi dulu! Nanti jika Suamimu bertanya jangan bilang Aku yang membawanya, carilah cara untuk menutupinya!" Ucap Kompol Willy pada Mirna memberitahu padanya.

Mirna mengangguk pada Kompol Willy mengerti.

Dengan sekonyong- konyong Wanto bertanya pada Perwira Polisi itu penasaran.

"Bagaimana nanti dengan nasib Kami ini, Paman?" Tanya Wanto dengan keras dan ingin tahu.

Meskipun suaranya begitu keras namun Kompol Willy sama sekali tidak menoleh atau menghentikan langkahnya. Dia tetap berjalan keluar karena dia sudah bicara dengan Mirna.

"Brengsek sekali Dia, berjalan seolah tidak mendengarku!" Ucap Wanto merasa kecewa kepadanya itu.

Wanto mengepalkan kedua telapak tangannya, pikirannya kini sedang pusing memikirkan akan nasib dari pertanyaan dan kecurigaan Harun kepadanya itu.

"Sialan! Aku seakan di ujung tanduk!" Ucap Wanto pada dirinya sendiri resah.

Setelah itu Wanto menoleh ke arah Mirna Dengan tatapan mata yang tajam dan penuh kekhawatiran.

“Aku harus bagaimana menghadapi Suamimu itu, Mirna?” Tanya Wanto merasa ketakutan.

Mirna melihat Wanto dengan gelisahnya, tapi seakan Dia tahu apa yang dipikirkan olehnya, dan tidak lama Mirna pun menjawabnya.

“Kamu gelisah lantaran takut pada Harun, Wanto? Sebab aku Aku tahu dari raut wajahmu itu. Dengarkan Aku, Harun itu Suamiku, jadi Aku tahu untuk membuat dia bertekuk lutut kepadaku. Jangan takut, Wanto!” Ucap Mirna menenangkannya.

Wanto menahan nafasnya mendengar apa yang dikatakan oleh Mirna. Memang benar Mirna bisa meluluhkan Harun, tapi Dia takut Suaminya berbuat dengan kejam kepada nya.

"Semoga saja Harun merubah rencananya itu, jadi Aku tidak merasa terganggu lagi, Aku lelah dengan semua ini!" Ucap Wanto mengeluh pada dirinya itu.

Sambil menatap tajam kedua mata Mirna, Wanto lantas berkata lagi kepadanya.

"Sudahlah yang terpenting sekarang ini, bagaimana caranya jika Harun bertanya tentang Hilman, kita bisa menjawabnya dan membuat Harun mengerti!" Ucap Wanto menegaskan padanya.

Saat ini Wanto dalam kekhawatiran yang mendalam, lantas Mirna merasa kasihan dan berkata padanya.

"Biarkan saja jika memang dia tidak mengerti dan marah- marah kepadamu, Wanto! Aku tahu dia tidak akan bisa untuk menjauhi Aku, sekarang putar otakmu bagaimana rekayasa yang Kamu buat agar Harun percaya, itu saja!” Ucap Mirna memberi masukan.

Setelah itu akhirnya Mirna pun pergi juga meninggalkan Wanto yang merasa ketakutan itu, untuk pulang kembali ke rumahnya.

"Mirna, berhentilah! Aku akan membuat Harun percaya sebisaku, tapi tolong hubungi Aku jika Suamimu itu ingin pergi untuk melihat tawanannya itu, agar nanti Aku dan Anak buahku bisa mempersiapkan skenario untuk Suamimu itu, mengerti!" Ucap Wanto pada Mirna merasa ketakutan.

Mirna tersenyum simpul pada Wanto yang sedang merasakan kekhawatiran yang mendalam itu.

"Tenang saja, aku ada dibelakangmu, Wanto!" Ucap Mirna dengan tersenyum.

*Apakah Harun akan Murka setelah tahu Hilman melarikan diri?..

Ikuti cerita selanjutnya! Jangan terlewatkan.

Episodes
1 Mirna geram mengetahuinya
2 Bingung, Terperanjat Melihatnya
3 Takut dan Kekhawatiran
4 Jalan Pelarian
5 Gejolak dan Prahara
6 Rekayasa dan Sandiwara di mulai
7 Drama Rekayasa yang tidak bergeming
8 Congkak dan Keangkuhan
9 Ternyata Dia hamil
10 Karenanya, terbebaskan juga
11 Cerita Paman Hartono
12 Mulai masuk pengaruhnya
13 Hangus terbakar, bikin semakin dendam membara
14 Ibu tersayang datang
15 Berulah di depan Mama
16 Pencarian kembali lagi
17 Pengejaran tidak berdasar
18 Siapa Orang itu?
19 Terombang- ambing kemungkinan
20 Kejam, Hanya mimpi
21 Saling berstrategi
22 Seakan tegang, Saling Curiga
23 Dibuat Kebingungan
24 Prasangka dan kekhawatiran
25 Tanpa di duga, Dia datang
26 Keresahan hingga Dia datang
27 Geliat Ambisi yang semakin dalam
28 Pengaruh kuat bikin resah
29 Menjemput karena kakhawatiran
30 Terperanjat dan terkejut
31 Kebingungan yang terjawab
32 Dia mulai Berstrategi
33 Boss Ku Orang Gila
34 Semua Kebahagiaan seolah meninggalkannya
35 Hilman menceritakan kisahnya
36 Akal bulus di Otaknya
37 Tipu Muslihatnya berhasil
38 Kasus Penggelapan Mobil mewah
39 Layaknya Bola, ditendang kesana- kemari
40 Rasa penasaran yang besar
41 Orang Tua itu mengusirnya
42 Kalung Naga dan tanda Hitam ditubuhnya
43 Perasaan sedih dan terharu
44 Bertemu juga, seolah tidak percaya
45 Kosong, Geledah semuanya!
46 Keresahan dan Cemas
47 Api menghanguskan Villa kenangan itu
48 Derita dan Ancaman
49 Kebenaran Firasat
50 Saling Perhatian dua Sahabat, pilu
51 Mimpi, Membingungkan
52 Rahasia bikin bingung
53 Strategi Paman Willy
54 Gelisahnya Paman Hartono
55 Senyum senang Harun
56 Bingung akan maksudnya
57 Rasa takut dan Ambisi
58 Hasrat Ketakutan
59 Salah paham Hilman
60 Keresahan karena perpisahan
61 Ayah Brian merasa khawatir
62 Dia memberitahukannya
63 Pencarian semakin gencar
64 Pulang juga rupanya
65 Akhirnya Ayah mengerti juga
66 Rencana pergi untuk Ambisi dan niatnya
67 Amarah menusuk hati
68 Perwira Polisi itu Khawatir
69 Curahan rasa kecewa
70 Murka tidak bertepi
71 Ancaman bodoh
72 GERR!
73 Akhirnya terusir juga
74 Terpana, Maafnya Ambarita
75 Pesan Paman dan kekhawatiran Bayu
76 Kembali pulang
77 Kesakitan dan kegamangan akan kehancuran
78 Terperanjat hampir tidak percaya
79 Perasaan sakit hati yang terpendam terkuak keluar
80 Geram, tidak bertemu
81 Amarah tak bisa ditahan
82 Tidak disangka-sangka, hati serasa terbang
83 Bagai terbang, Enak tenan!
84 Hati saling tertaut, gusar
85 Ganjalan hati yang tak bisa dikendalikan
86 Rasa Khawatir dan siasat Harun
87 Bersedih, Dia keguguran
88 Dibebaskan oleh Mereka
89 Kabar pilu Wanto
90 Amarah benci Yohana
91 Keributan di Ruang Pasien
92 Bertengkar lalu mengusirnya
93 Dendam
94 Masalah membuat gusar
95 Kebingungan
96 Sedih dan rasa kecewa
97 Kepiluan nan dalam
98 Sedikit depresi
99 Dendam tak kunjung hilang
100 Bayu tersinggung
101 Kantuk yang tidak bisa ditahan
102 Mimpi Billy
103 Sang Bidadari membangunkanku
104 Bayu tertangkap
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Mirna geram mengetahuinya
2
Bingung, Terperanjat Melihatnya
3
Takut dan Kekhawatiran
4
Jalan Pelarian
5
Gejolak dan Prahara
6
Rekayasa dan Sandiwara di mulai
7
Drama Rekayasa yang tidak bergeming
8
Congkak dan Keangkuhan
9
Ternyata Dia hamil
10
Karenanya, terbebaskan juga
11
Cerita Paman Hartono
12
Mulai masuk pengaruhnya
13
Hangus terbakar, bikin semakin dendam membara
14
Ibu tersayang datang
15
Berulah di depan Mama
16
Pencarian kembali lagi
17
Pengejaran tidak berdasar
18
Siapa Orang itu?
19
Terombang- ambing kemungkinan
20
Kejam, Hanya mimpi
21
Saling berstrategi
22
Seakan tegang, Saling Curiga
23
Dibuat Kebingungan
24
Prasangka dan kekhawatiran
25
Tanpa di duga, Dia datang
26
Keresahan hingga Dia datang
27
Geliat Ambisi yang semakin dalam
28
Pengaruh kuat bikin resah
29
Menjemput karena kakhawatiran
30
Terperanjat dan terkejut
31
Kebingungan yang terjawab
32
Dia mulai Berstrategi
33
Boss Ku Orang Gila
34
Semua Kebahagiaan seolah meninggalkannya
35
Hilman menceritakan kisahnya
36
Akal bulus di Otaknya
37
Tipu Muslihatnya berhasil
38
Kasus Penggelapan Mobil mewah
39
Layaknya Bola, ditendang kesana- kemari
40
Rasa penasaran yang besar
41
Orang Tua itu mengusirnya
42
Kalung Naga dan tanda Hitam ditubuhnya
43
Perasaan sedih dan terharu
44
Bertemu juga, seolah tidak percaya
45
Kosong, Geledah semuanya!
46
Keresahan dan Cemas
47
Api menghanguskan Villa kenangan itu
48
Derita dan Ancaman
49
Kebenaran Firasat
50
Saling Perhatian dua Sahabat, pilu
51
Mimpi, Membingungkan
52
Rahasia bikin bingung
53
Strategi Paman Willy
54
Gelisahnya Paman Hartono
55
Senyum senang Harun
56
Bingung akan maksudnya
57
Rasa takut dan Ambisi
58
Hasrat Ketakutan
59
Salah paham Hilman
60
Keresahan karena perpisahan
61
Ayah Brian merasa khawatir
62
Dia memberitahukannya
63
Pencarian semakin gencar
64
Pulang juga rupanya
65
Akhirnya Ayah mengerti juga
66
Rencana pergi untuk Ambisi dan niatnya
67
Amarah menusuk hati
68
Perwira Polisi itu Khawatir
69
Curahan rasa kecewa
70
Murka tidak bertepi
71
Ancaman bodoh
72
GERR!
73
Akhirnya terusir juga
74
Terpana, Maafnya Ambarita
75
Pesan Paman dan kekhawatiran Bayu
76
Kembali pulang
77
Kesakitan dan kegamangan akan kehancuran
78
Terperanjat hampir tidak percaya
79
Perasaan sakit hati yang terpendam terkuak keluar
80
Geram, tidak bertemu
81
Amarah tak bisa ditahan
82
Tidak disangka-sangka, hati serasa terbang
83
Bagai terbang, Enak tenan!
84
Hati saling tertaut, gusar
85
Ganjalan hati yang tak bisa dikendalikan
86
Rasa Khawatir dan siasat Harun
87
Bersedih, Dia keguguran
88
Dibebaskan oleh Mereka
89
Kabar pilu Wanto
90
Amarah benci Yohana
91
Keributan di Ruang Pasien
92
Bertengkar lalu mengusirnya
93
Dendam
94
Masalah membuat gusar
95
Kebingungan
96
Sedih dan rasa kecewa
97
Kepiluan nan dalam
98
Sedikit depresi
99
Dendam tak kunjung hilang
100
Bayu tersinggung
101
Kantuk yang tidak bisa ditahan
102
Mimpi Billy
103
Sang Bidadari membangunkanku
104
Bayu tertangkap

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!