Bab 3 Kematian Kakeknya Lisa

Bukan tidak mungkin perasaan sangat terpukul setau Lisa tadi masih bisa bertemu dan baik baik saja, tetapi sekarang kakeknya sudah tiada dalam waktu yang sangat singkat.

bu Kasna berjalan mendekati putrinya, dan akan coba menenangkan putrinya yang larut dalam kesedihan.

"Sudah ya Nduk.. kamu yang sabar, mungkin ini sudah waktunya kakekmu pergi meninggalkan kita, kita harus ikhlas melepas kepergian kakek, Iklas ya Nduk." bu Kasna berucap sambil mengusap punggung Lisa dengan pelan.

"Tapi bu kenapa kakek pergi secepat ini ninggalin kita, Kenapa.?? ucap Lisa seraya terisak tangis.

bu Kasna menarik tubuh Lisa dan memegang wajahnya seraya berkata.

"Dengarkan ibu Nduk.. orang meninggal itu semua hak, semua makhluk ciptaan Tuhan yang ada di seluruh alam semesta ini akan kembali jika sudah waktunya, termasuk kita, karna sesungguhnya kita semua milik Allah, hanya kepadanya kita kembali, atas kehendaknya kita hidup di dunia ini."

bu Kasna nampak berusaha menasehati putrinya karna ia tau bahwa putrinya itu sangat menyanyangi kakeknya.

Semenjak Lisa masih kecil hampir setiap hari ia bersama kakeknya jika ditinggal ibunya bekerja.

"Jodoh, kematian dan rejeki itu semua rahasia besar yang ada di tangan Tuhan yang Maha Esa, kita semua tidak akan pernah tau di antara itu semua mana yang akan datang duluan, jadi kamu yang sabar ya Nduk.. ini sudah takdir Alllah, mungkin Allah sayang sama kakek, sampai sampai kakekmu di panggil duluan kehadapan nya."

"Iya bu.. jika ini takdir kita harus kehilangan kakek, insyaallah, Lisa Ikhlas." Lisa berucap seraya mengusap sisa air mata yang membasahi pipinya.

Semua orang yang ada di sekitar tempat itu mereka semua menjadi terharu melihat kejadian itu, bahkan sebagian dari mereka juga ikut menangis.

Terlihat Dinda yang sudah sampai ia di depan rumahnya Lisa ia nampak terkejut saat melihat ada banyak orang di depan rumah maupun di dalam. ia menjadi heran dengan itu semua.

"Ada apa ini ya kok rame? semoga ini bukan pertanda buruk. guman Dinda setelah mematikan mesin motornya, ia merasa bimbang dan kebingungan ketika melihat sekumpulan orang yang berada di depan rumah.

Dinda langsung turun dari motornya dan berlari kecil menuju ke dalam.

Langkahnya terhenti saat sampai di samping pintu, ia merasa tekejut melihat kerumunan orang yang mengelilingi Jenazah.

"Benar dugaanku ini tidak seburuk dengan apa yang aku bayangkan, jadi ini alasannya Lisa menangis tadi.? guman Dinda sambil memandangi Lisa yang tengah memeluk Jenazah kakeknya. ia perlahan melangkahkan kakinya menghampiri Lisa dan ibunya.

"Maaf bu jika menganggu, saya kesini hanya ingin mengembalikan ini, tadi HP nya Lisa ketinggalan dirumah saya."

Dinda langsung menyerahkan HP nya Lisa pada ibunya.

"Iya Nduk.. makasih sudah mau nganterin kesini."

bu Kasna menerima HP itu seraya mengusap air matanya.

"Iya bu sama sama." ucap Dinda sambil tersenyum ke arah bu Kasna.

Ia diam sejenak sambil memperhatikan Lisa yang nampak menangis seraya memeluk jenazah kakeknya. ia jadi ikut bersedih tak terasa air matanya luruh, ia tak kuasa menahan air matanya, Dinda begitu terharu melihat hal menyedihkan itu.

"Ya Allah berikanlah ketabahan dan hidayah untuk mereka, kuat kan lah hati Lisa dan ibunya tuk Ikhlas menerima takdir darimu, berilah mereka kesehatan ya Allah." Guman Dinda di dalam hatinya sambil mengusap air matanya.

Setelah itu pun sebagian orang yang ada di sana mengangkat jezanajah mbak Sukim untuk di mandikan, mereka terlihat sangat kompak ikut membantu dan mengurus jenazah mbah Sukim.

Singkat cerita.. Kini jenasah mbah Sukim pun telah selesai dikebumikan, selama proses pemakaman berjalan dengan lancar tanpa ada ganguan apapun.

Para warga yang tadinya ikut membantu memakamkan jenazah mbah Sukim kini mereka semua pun sudah pulang, hanya menyisakan bu Kasna dan Lisa saja yang masih berada di pemakaman.

Terlihat, Lisa menangis pilu serasa memegang batu nisan yang tertulis nama kakeknya, ia merasa sangat sedih dari hatinya yang paling dalam sebenarnya ia belum ikhlas sepenuhnya melepas kepergian kakeknya.

"Lisa.. ayo nak kita pulang, biarkan kakekmu beristirahat dengan tenang di alam sana, ayo Nduk kita pulang." bu Kasna berucap sambil mengusap sisa air mata yang sempat membasahi pipinya.

"Lisa masih mau disini bu, Lisa gak mau pulang, ibu kalau mau pulang duluan aja. jangan paksa aku ibu, pokonya Lisa masih mau disini."

"Yasudah nak jika itu kemauanmu ibu gak akan maksa, ibu pulang dulu."

Bu Kasna hanya pasrah ia tidak bisa berbuat banyak jika itu sudah kemauan putrinya, dengan berat hati perlahan bu Kasna melangkahkan kakinya pergi meninggalkan putrinya yang tidak mau ikut pulang dengannya.

"Jadi ini sebabnya kakek memberikan cincin itu sama Lisa, kenapa harus pergi kek kenapa..? guman Lisa yang terus meracau seorang diri, tak henti hentinya ia terus menangis air matanya luruh hingga berjatuhan di atas gundukan tanah.

"Baik lah jika ini sudah takdir dari Allah, Lisa Ikhlas Lillaahi Ta'ala melepas kepergian kakek, Lisa akan menjaga cincin pemberian kakek sesui janji Lisa, apapun yang terjadi Lisa akan terus menjaga cincin itu sampai kapanpun."

"Lisa pulang dulu ya kek, kakek yang tenang ya di alam sana, aku sayang kakek." Lisa berucap sembari bangkit dan mengusap sisa air matanya, setelah itu ia pun beranjak pergi dari pemakaman kakeknya.

°°°°°°

Sore hari pun telah berlalu.. kini digantikan oleh sang bulan yang menyinari dunia.

Di malam harinya.. terlihat di ruang tamu yang tidak terlalu lebar di adakan lah acara tahlilan guna mendoakan almarhum mbah Sukim yang telah berpulang kehadapan sang Maha Kuasa. ruang tamu yang terlihat sederhana itu dipenuhi oleh lautan manusia para warga dan tetangga bu Kasna yang juga ikut mendoakan almarhum mbah Sukim. bacaan ayat ayat suci alquran menggema di seluruh ruangan.

Setelah selesai acara tahlilan, Lisa nampak berjalan menuju kamarnya, sedangkan bu Kasna masih menetapkan di ruang tamu dan berbincang bincang dengan orang orang yang masih berada disana.

Lisa terlihat duduk di samping jendela kamarnya, tatapan kosong menatap ke arah luar jendela. bayang bayang wajah kakeknya masih teringat jelas melekat di penaknya.

"Semua yang telah pergi tidak akan pernah kembali, hanya menyisahkan kenangan indah, sama halnya dengan kakek, berat rasanya tapi mau gimana lagi ini semua sudah takdir Allah." guman Lisa ia hanya termenung sambil menyandarkan kepalanya ke samping jendela.

"Yasudah lah tidak ada yang harus disesali semua sudah terlanjur terjadi, yang terpenting sekarang aku harus menepati perintah kakek sesuai dengan janjiku" gumannya lagi.

Episodes
1 Bab 1 Warisan khodam Raja kera Dari Kakek
2 Bab 2 Kabar Duka
3 Bab 3 Kematian Kakeknya Lisa
4 Bab 4 Kemunculan Sang Raja Kera
5 Bab 5 Kerajaan Gaib
6 Bab 6 Awal Pertemuan
7 Bab 7 Perkenalan
8 Bab 8 Pergi Ke Hutan larangan & Mencari Energi Gaib
9 Bab 9 Ular Berkepala Dua
10 Bab 10 Kebangkitan Sang Sukma
11 Bab 11 Di Sekolah
12 Bab 12 Kedekatan Lisa Dan Reno
13 Bab 13 Troma Masalalu
14 Bab 14 Perihal Tentang Hilangnya Kakaknya Dinda Yang Masih Menjadi Misteri
15 Bab 15 Bentrok Dengan Geng Motor
16 Bab 16 Menyerang Kerajaan Gaib
17 Bab 17 Berusaha Membantu
18 Bab 18 Kekalahan Raja Iblis
19 Bab 19 Kemusnahan Kerajaan Gaib
20 Bab 20 Mendapatkan Kekuatan Baru
21 Bab 21 Mimpi Bertemu Kakek
22 Bab 22 Latihan Awal
23 Bab 23 Pertama Kali Mendapatkan Jurus
24 Bab 24 Menanyakan Prihal Tentang Mbak Devi
25 Bab 25 Rencana Licik Raden Wijaya
26 Bab 26 Mengajak Kencan
27 Bab 27 Membantu Orang Dijalan
28 Bab 28 Penyerangan Para Jin Dirumah Lisa
29 Bab 29 Mencari Pedang Mustika Raja
30 Bab 30 Pertarungan Lisa Melawan Genderuwo
31 Bab 31 Mendapatkan Pedang Mustika Raja
32 Bab 32 Terungkap Rahasia Besar Tentang Kematian Ayahnya Lisa
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35 Pemilik Pedang Mustika Raja Sesungguhnya
36 Bab 36
37 Bab 37 Nasip Buruk Menimpa Rafa & Dinda
38 Bab 38 Memiliki Hubungan Pertemanan Di Masalalu
39 Bab 39 Dirumah Sakit
40 Bab 40 Menyerang Raden Wijaya
41 Bab 41 Pertarungan Sengit
42 Bab 42 Puncak Kemarahan Lisa & Kekalahan Raden Wijaya
43 Bab 43 Pembalasan Dendam Rafa
44 Bab 44
45 Bab 45 Usaha Awal Berjualan Kue
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48 Bertemu Dengan Mantan
49 Bab Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51 Tamat
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Bab 1 Warisan khodam Raja kera Dari Kakek
2
Bab 2 Kabar Duka
3
Bab 3 Kematian Kakeknya Lisa
4
Bab 4 Kemunculan Sang Raja Kera
5
Bab 5 Kerajaan Gaib
6
Bab 6 Awal Pertemuan
7
Bab 7 Perkenalan
8
Bab 8 Pergi Ke Hutan larangan & Mencari Energi Gaib
9
Bab 9 Ular Berkepala Dua
10
Bab 10 Kebangkitan Sang Sukma
11
Bab 11 Di Sekolah
12
Bab 12 Kedekatan Lisa Dan Reno
13
Bab 13 Troma Masalalu
14
Bab 14 Perihal Tentang Hilangnya Kakaknya Dinda Yang Masih Menjadi Misteri
15
Bab 15 Bentrok Dengan Geng Motor
16
Bab 16 Menyerang Kerajaan Gaib
17
Bab 17 Berusaha Membantu
18
Bab 18 Kekalahan Raja Iblis
19
Bab 19 Kemusnahan Kerajaan Gaib
20
Bab 20 Mendapatkan Kekuatan Baru
21
Bab 21 Mimpi Bertemu Kakek
22
Bab 22 Latihan Awal
23
Bab 23 Pertama Kali Mendapatkan Jurus
24
Bab 24 Menanyakan Prihal Tentang Mbak Devi
25
Bab 25 Rencana Licik Raden Wijaya
26
Bab 26 Mengajak Kencan
27
Bab 27 Membantu Orang Dijalan
28
Bab 28 Penyerangan Para Jin Dirumah Lisa
29
Bab 29 Mencari Pedang Mustika Raja
30
Bab 30 Pertarungan Lisa Melawan Genderuwo
31
Bab 31 Mendapatkan Pedang Mustika Raja
32
Bab 32 Terungkap Rahasia Besar Tentang Kematian Ayahnya Lisa
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35 Pemilik Pedang Mustika Raja Sesungguhnya
36
Bab 36
37
Bab 37 Nasip Buruk Menimpa Rafa & Dinda
38
Bab 38 Memiliki Hubungan Pertemanan Di Masalalu
39
Bab 39 Dirumah Sakit
40
Bab 40 Menyerang Raden Wijaya
41
Bab 41 Pertarungan Sengit
42
Bab 42 Puncak Kemarahan Lisa & Kekalahan Raden Wijaya
43
Bab 43 Pembalasan Dendam Rafa
44
Bab 44
45
Bab 45 Usaha Awal Berjualan Kue
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48 Bertemu Dengan Mantan
49
Bab Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51 Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!