Empat

"Ya, ndak masalah, tho, kalau mau langsung tidur bareng nanti malam. Tapi harus dihalalkan dulu. Bukankah begitu, Dik Mirza," tutur Kyai Umar, di luar dugaan semua orang.

"Eh, enggak-enggak! Dina tadi keceplosan, Pakdhe!" Gadis yang mengenakan pasmina dengan asal dan tanpa peniti itu pun menutup mulutnya sendiri, setelah menyadari apa yang barusan dia katakan.

"Halah ... keceplosan apa emang niat? Beda tipis, loh, itu. 'Kan, enggak ada yang tahu isi hatimu, Dik." Aksa kembali memancing perdebatan dengan sang adik.

"Serius, Abang! Mana ada Dina punya niat seperti itu!"

Benar saja, putri bungsu Papa Mirza itu langsung cemberut pada sang abang. Sementara Aksa terkekeh senang karena berhasil membuat sang adik menjadi keki.

"Mam! Abang Aksa, tuh, rese banget!" Medina pun mengadukan sang abang pada mamanya, hingga membuat Hamam yang mendengar tersenyum dalam hati.

'Benar-benar masih bocil ternyata dia.'

"Bang Aksa ... sudah, jangan gangguin adikmu terus!"

"Iya, Mam."

Obrolan pun berlanjut dengan penuh kehangatan. Medina tak lagi melancarkan protesnya. Akan tetapi tatapannya yang tertuju pada Hamam, menyiratkan permusuhan. Entah apa yang direncanakan oleh gadis belia itu, hanya Medina sendiri yang tahu.

Hari berlalu. Sejak kedatangan orang tuanya ke pesantren, Medina menjadi tidak tenang. Dia yang awalnya setuju untuk mondok karena hendak menghindari para lelaki dewasa yang dijodohkan oleh sang papa, kini justru terjebak perjodohan dengan putra kyainya.

"Aku harus ngapain, ya, agar Kang Hamam jadi ilfil padaku. Semua sudah kukatakan jika aku ini orangnya jorok, tapi sepertinya Kang Hamam tidak percaya. Huh ... dasar, nyebelin! Jadi malas ngaji 'kan, kalau gini ceritanya." Medina bermonolog sembari menatap dirinya pada pantulan cermin kecil yang menempel di dinding.

Kebetulan, saat ini dia sedang sendirian di kamar karena teman-temannya sedang mengaji kitab di serambi masjid. Medina sengaja bolos mengaji karena mood-nya sedang buruk dan memang sengaja hendak menghindar dari Hamam yang pasti juga berada di sana.

Ya, Hamam memang rajin ikut mengaji bersama para santri. Sehingga kebanyakan para santri, tahunya Hamam sama seperti mereka. Hanya pengurus pondok putra saja yang tahu, siapa Hamam, dan pemuda itu sudah mewanti-wanti pada mereka semua agar tidak membuka jati dirinya.

'Sebaiknya, aku hubungi Viko agar dia ke sini sekarang. Aku yakin, saat ini dia masih berlibur di tempat tantenya.' Gadis cantik itu segera menyambar hijab instan lalu memakainya sambil berjalan keluar dari kamar.

Satu tujuan Medina, yaitu ke kamar pengurus pondok putri untuk meminjam ponselnya yang dititipkan pada pengurus. Ya, para santri memang diizinkan membawa ponsel, tetapi harus dikumpulkan pada pengurus pondok. Satu bulan sekali, ponsel mereka baru dibagikan untuk keperluan komunikasi dengan keluarga.

Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, Medina segera menghubungi salah seorang kekasihnya. Gadis yang selalu ceria itu pun tersenyum lega, setelah berbalas pesan dengan Viko. Setelah mengembalikan ponselnya pada pengurus, Medina segera bersiap untuk keluar dari pesantren menemui sang kekasih.

"Bagaimana caranya, ya, aku keluar dari pondok, tapi tidak ada yang mengetahui?"

Dari tempat jemuran yang berada di lantai paling atas, Medina memindai keadaan di sekitar pondok. Gadis itu pun tersenyum ketika melihat ke arah halaman belakang. Buru-buru Medina turun lalu berjalan mengendap-endap bak pencuri, menuju halaman belakang yang kebetulan lampu penerangannya remang-remang.

"Aku pasti bisa manjat dinding ini. Kebetulan, permukaan dinding ini tidak rata," kata Medina seraya meraba dinding yang menjadi pagar pembatas tersebut.

"Anggap saja, ini seperti wall climbing, Din. Bismillah ...." Medina menyemangati diri sendiri sembari mengangkat tinggi sarung yang dia kenakan lalu mulai memanjat.

"Baru kali ini, aku dengar ada pencuri yang menyebut asma Allah sebelum memulai aksinya."

Suara yang sudah familiar di rungu gadis cantik itu, membuat Medina terkejut, dan refleks melepaskan pegangan tangannya. Seketika, terdengar benda jatuh yang cukup keras.

bersambung ...

🌹🌹🌹

Moon maap... semalam mau up enggak boleh sama Gus Hamam 😄

Sebagai gantinya, aku up di pagi buta, dan InsyaAllah double up (kali ini enggak boong 🙏☺)

Terpopuler

Comments

MR

MR

ahahahha ....dasar dina,...
itu mah pencuri sholehah mungkin Gus 😂😂😂

2024-05-26

1

Aprisya

Aprisya

tuh pasti sakittttt🤭🤭🤔🤔

2024-05-14

2

zian al abasy

zian al abasy

ya Allah dina ...ad"ajh tngkhnya🤗🤦‍♂

2024-05-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!