Bab3

Isabell terus tertawa kecil di antara suapan es krimnya, tampak begitu bahagia. Rara menatapnya dengan penuh kelembutan. Gadis kecil itu seperti membawa cahaya tersendiri dalam hidupnya. Namun, kebahagiaan itu seketika terhenti oleh suara berat yang memenuhi udara.

"ISABELL!"

Seruan itu membuat suasana taman mendadak hening. Burung-burung yang bertengger di dahan pohon pun seakan terdiam. Isabell menegang, tatapan riangnya langsung berubah ketakutan. Perlahan, tubuh mungilnya beringsut mendekati Rara, bersembunyi di balik gamis wanita itu.

Rara mengangkat kepalanya sedikit, matanya menangkap sosok pria tinggi yang melangkah tegap ke arah mereka. Setelan jas hitam yang rapi membungkus tubuhnya dengan sempurna, memberikan kesan dominasi yang kuat. Rahangnya mengeras, tatapan matanya tajam seakan ingin menembus siapapun yang berani menentangnya.

"Siapa yang menyuruhmu makan makanan seperti ini, Isabell?" suaranya terdengar dingin, penuh ketidaksetujuan.

Kedua pengasuh Isabell langsung menunduk, ekspresi mereka penuh kecemasan.

Isabell semakin bersembunyi di balik Rara, tubuhnya sedikit bergetar. Rara menghela napas dan menenangkan diri sebelum berbicara. "Tuan, tolong jangan membentak Isabell seperti itu."

Pria itu menatapnya dengan tajam, seakan heran dengan keberanian Rara. "Apa hakmu berbicara seperti itu padaku?" suaranya penuh wibawa.

Rara tetap tenang. "Maaf, Tuan. Saya memang tidak punya hak. Tapi lihatlah, Isabell ketakutan karena suara Anda."

Rangga Wijaya menatapnya dalam diam. Ada sesuatu dalam nada suara Rara yang membuatnya terpaku sesaat.

Isabell akhirnya memberanikan diri untuk keluar dari persembunyiannya. Dengan mata berkaca-kaca, ia berkata dengan suara pelan, "Daddy, jangan marahin Mami..."

Rangga tertegun. "Mami?"

Isabell mengangguk polos. "Mami baik, Daddy. Abel suka sama Mami…"

Ekspresi Rangga berubah. Ada campuran keterkejutan, kemarahan, dan kebingungan dalam tatapannya.

"Dia orang asing, Isabell," ucapnya, suaranya lebih rendah, mencoba mengendalikan emosinya.

Namun Isabell tidak mundur. "Tapi Mami baik! Abel yang minta Mami jadi Mami Abel!"

Kata-kata itu membungkam Rangga. Sementara itu, kedua pengasuh Isabell hanya bisa menunduk dalam ketakutan.

Rangga akhirnya kembali berdiri, menatap Rara dengan tajam. "Kau! Jangan mencuci otak putriku. Jangan coba-coba bermain-main dengannya."

Rara tersenyum kecil di balik cadarnya. "Selain galak, ternyata Anda lucu juga ya, Tuan."

Rangga mendelik, tampak semakin kesal.

"Bagaimana saya bisa mencuci otak Isabell sementara yang selalu bersamanya adalah Anda?" lanjut Rara dengan nada santai.

Rangga mengepalkan tangannya, berusaha menahan emosi.

Namun sebelum ia bisa berkata lebih jauh, Isabell kembali berlari ke arah Rara. "Mami! Abel boleh minta nomor Mami?" tanyanya dengan wajah penuh harapan.

Rara tersenyum, mengambil selembar kertas dan menuliskan nomornya. Namun sebelum kertas itu sampai ke tangan Isabell, Rangga dengan cepat meraihnya dan merobeknya di depan mata putrinya.

"Daddy!!" tangis Isabell pecah.

"Cepat bawa dia ke mobil!" perintah Rangga pada pengasuhnya.

Mbak Ningsih dan rekannya dengan hati-hati menggendong Isabell, berusaha menenangkan gadis kecil yang kini menangis histeris.

Rara hanya bisa menatap punggung kecil yang semakin menjauh darinya. Tanpa sadar, sudut matanya menghangat. Ia mengedipkan matanya beberapa kali, berusaha menahan air mata yang hampir jatuh.

"Kau!" suara Rangga kembali terdengar, penuh ketegasan.

Rara tetap menunduk, bersiap menerima omelan berikutnya.

"Jangan pernah muncul di sekitar putriku lagi!" ancamnya.

Rara menghela napas panjang. "Tuan, saya tahu Anda mencintai putri Anda. Tapi jangan berpikir Anda satu-satunya orang yang paling menderita di dunia ini."

Rangga terdiam.

"Lihatlah putri Anda," lanjut Rara. "Dia juga merasakan kehilangan. Dia juga butuh kasih sayang. Jika Anda terus menolaknya seperti ini, apakah Anda yakin tidak akan kehilangannya juga?"

Kata-kata itu menghantam Rangga tepat di hatinya.

Untuk pertama kalinya, pria itu tidak bisa membalas. Tidak bisa menyangkal.

Karena jauh di lubuk hatinya, ia tahu Rara benar.

Episodes
1 Bab1
2 Bab2
3 Bab3
4 Bab4
5 Bab5
6 Bab6
7 Bab7
8 Bab8
9 Bab9
10 Bab10
11 Bab11
12 Bab12
13 Bab13
14 Bab14
15 Bab15
16 Bab16
17 Bab17
18 Bab18
19 Bab19
20 Bab20
21 Bab21
22 Bab22
23 bab23
24 bab24
25 Bab zyn
26 Bab26
27 Bab27
28 Bab28
29 Bab29
30 Bab30
31 Bab31
32 Bab32
33 Bab33
34 Bab34
35 Bab35
36 Bab36
37 Bab37
38 Bab38
39 Bab39
40 bab40
41 Bab41
42 Bab42
43 Bab43
44 Bab44
45 Bab45
46 Bab46
47 Bab47
48 Bab48
49 Bab49
50 Bab50
51 Bab51
52 Bab52
53 Bab53
54 Bab54
55 Bab55
56 Bab56
57 Bab57
58 Bab58
59 Bab59
60 Bab60
61 Bab61
62 Bab62
63 Bab63
64 Bab64
65 Bab65
66 Bab66
67 Bab67
68 Bab68
69 Bab69
70 Bab70
71 Bab71
72 Bab72
73 Bab73
74 Bab74
75 Bab75
76 Bab76
77 Bab77
78 Bab78
79 Bab79
80 Bab80
81 Bab81
82 Bab82
83 Bab83
84 Bab84
85 Bab85
86 Bab86
87 Bab87
88 Bab88
89 Bab89
90 Bab90
91 Bab91
92 Bab92
93 Bab93
94 Bab94
95 Bab95
96 Bab96
97 Bab 97
98 Bab98
99 bab99
100 Bab100
101 Bab101
102 Bab102
103 103
104 104
105 Bab105
106 akhir
107 bab107
108 Bab 108
109 109
110 110
111 Bab111
112 Bab112
113 113
114 114
115 115
116 116
117 Bab117
118 118 Konformasi Amara dan Reza
119 Bab119 Pertarungan dalam bayangan
120 120 Kembali ke Indonesia
121 Bab121
122 Bab122
123 Bab 123
124 Bab124
125 Bab125
126 Bab126
127 Bab127
128 Bab128 Masa lalu yang Kembali
129 Bab129 Amara
130 Bab130
131 Bab131
132 Bab132
133 Bab133 Rangga dan Niko
134 Bab134
135 Bab135
Episodes

Updated 135 Episodes

1
Bab1
2
Bab2
3
Bab3
4
Bab4
5
Bab5
6
Bab6
7
Bab7
8
Bab8
9
Bab9
10
Bab10
11
Bab11
12
Bab12
13
Bab13
14
Bab14
15
Bab15
16
Bab16
17
Bab17
18
Bab18
19
Bab19
20
Bab20
21
Bab21
22
Bab22
23
bab23
24
bab24
25
Bab zyn
26
Bab26
27
Bab27
28
Bab28
29
Bab29
30
Bab30
31
Bab31
32
Bab32
33
Bab33
34
Bab34
35
Bab35
36
Bab36
37
Bab37
38
Bab38
39
Bab39
40
bab40
41
Bab41
42
Bab42
43
Bab43
44
Bab44
45
Bab45
46
Bab46
47
Bab47
48
Bab48
49
Bab49
50
Bab50
51
Bab51
52
Bab52
53
Bab53
54
Bab54
55
Bab55
56
Bab56
57
Bab57
58
Bab58
59
Bab59
60
Bab60
61
Bab61
62
Bab62
63
Bab63
64
Bab64
65
Bab65
66
Bab66
67
Bab67
68
Bab68
69
Bab69
70
Bab70
71
Bab71
72
Bab72
73
Bab73
74
Bab74
75
Bab75
76
Bab76
77
Bab77
78
Bab78
79
Bab79
80
Bab80
81
Bab81
82
Bab82
83
Bab83
84
Bab84
85
Bab85
86
Bab86
87
Bab87
88
Bab88
89
Bab89
90
Bab90
91
Bab91
92
Bab92
93
Bab93
94
Bab94
95
Bab95
96
Bab96
97
Bab 97
98
Bab98
99
bab99
100
Bab100
101
Bab101
102
Bab102
103
103
104
104
105
Bab105
106
akhir
107
bab107
108
Bab 108
109
109
110
110
111
Bab111
112
Bab112
113
113
114
114
115
115
116
116
117
Bab117
118
118 Konformasi Amara dan Reza
119
Bab119 Pertarungan dalam bayangan
120
120 Kembali ke Indonesia
121
Bab121
122
Bab122
123
Bab 123
124
Bab124
125
Bab125
126
Bab126
127
Bab127
128
Bab128 Masa lalu yang Kembali
129
Bab129 Amara
130
Bab130
131
Bab131
132
Bab132
133
Bab133 Rangga dan Niko
134
Bab134
135
Bab135

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!