Isabell terus tertawa kecil di antara suapan es krimnya, tampak begitu bahagia. Rara menatapnya dengan penuh kelembutan. Gadis kecil itu seperti membawa cahaya tersendiri dalam hidupnya. Namun, kebahagiaan itu seketika terhenti oleh suara berat yang memenuhi udara.
"ISABELL!"
Seruan itu membuat suasana taman mendadak hening. Burung-burung yang bertengger di dahan pohon pun seakan terdiam. Isabell menegang, tatapan riangnya langsung berubah ketakutan. Perlahan, tubuh mungilnya beringsut mendekati Rara, bersembunyi di balik gamis wanita itu.
Rara mengangkat kepalanya sedikit, matanya menangkap sosok pria tinggi yang melangkah tegap ke arah mereka. Setelan jas hitam yang rapi membungkus tubuhnya dengan sempurna, memberikan kesan dominasi yang kuat. Rahangnya mengeras, tatapan matanya tajam seakan ingin menembus siapapun yang berani menentangnya.
"Siapa yang menyuruhmu makan makanan seperti ini, Isabell?" suaranya terdengar dingin, penuh ketidaksetujuan.
Kedua pengasuh Isabell langsung menunduk, ekspresi mereka penuh kecemasan.
Isabell semakin bersembunyi di balik Rara, tubuhnya sedikit bergetar. Rara menghela napas dan menenangkan diri sebelum berbicara. "Tuan, tolong jangan membentak Isabell seperti itu."
Pria itu menatapnya dengan tajam, seakan heran dengan keberanian Rara. "Apa hakmu berbicara seperti itu padaku?" suaranya penuh wibawa.
Rara tetap tenang. "Maaf, Tuan. Saya memang tidak punya hak. Tapi lihatlah, Isabell ketakutan karena suara Anda."
Rangga Wijaya menatapnya dalam diam. Ada sesuatu dalam nada suara Rara yang membuatnya terpaku sesaat.
Isabell akhirnya memberanikan diri untuk keluar dari persembunyiannya. Dengan mata berkaca-kaca, ia berkata dengan suara pelan, "Daddy, jangan marahin Mami..."
Rangga tertegun. "Mami?"
Isabell mengangguk polos. "Mami baik, Daddy. Abel suka sama Mami…"
Ekspresi Rangga berubah. Ada campuran keterkejutan, kemarahan, dan kebingungan dalam tatapannya.
"Dia orang asing, Isabell," ucapnya, suaranya lebih rendah, mencoba mengendalikan emosinya.
Namun Isabell tidak mundur. "Tapi Mami baik! Abel yang minta Mami jadi Mami Abel!"
Kata-kata itu membungkam Rangga. Sementara itu, kedua pengasuh Isabell hanya bisa menunduk dalam ketakutan.
Rangga akhirnya kembali berdiri, menatap Rara dengan tajam. "Kau! Jangan mencuci otak putriku. Jangan coba-coba bermain-main dengannya."
Rara tersenyum kecil di balik cadarnya. "Selain galak, ternyata Anda lucu juga ya, Tuan."
Rangga mendelik, tampak semakin kesal.
"Bagaimana saya bisa mencuci otak Isabell sementara yang selalu bersamanya adalah Anda?" lanjut Rara dengan nada santai.
Rangga mengepalkan tangannya, berusaha menahan emosi.
Namun sebelum ia bisa berkata lebih jauh, Isabell kembali berlari ke arah Rara. "Mami! Abel boleh minta nomor Mami?" tanyanya dengan wajah penuh harapan.
Rara tersenyum, mengambil selembar kertas dan menuliskan nomornya. Namun sebelum kertas itu sampai ke tangan Isabell, Rangga dengan cepat meraihnya dan merobeknya di depan mata putrinya.
"Daddy!!" tangis Isabell pecah.
"Cepat bawa dia ke mobil!" perintah Rangga pada pengasuhnya.
Mbak Ningsih dan rekannya dengan hati-hati menggendong Isabell, berusaha menenangkan gadis kecil yang kini menangis histeris.
Rara hanya bisa menatap punggung kecil yang semakin menjauh darinya. Tanpa sadar, sudut matanya menghangat. Ia mengedipkan matanya beberapa kali, berusaha menahan air mata yang hampir jatuh.
"Kau!" suara Rangga kembali terdengar, penuh ketegasan.
Rara tetap menunduk, bersiap menerima omelan berikutnya.
"Jangan pernah muncul di sekitar putriku lagi!" ancamnya.
Rara menghela napas panjang. "Tuan, saya tahu Anda mencintai putri Anda. Tapi jangan berpikir Anda satu-satunya orang yang paling menderita di dunia ini."
Rangga terdiam.
"Lihatlah putri Anda," lanjut Rara. "Dia juga merasakan kehilangan. Dia juga butuh kasih sayang. Jika Anda terus menolaknya seperti ini, apakah Anda yakin tidak akan kehilangannya juga?"
Kata-kata itu menghantam Rangga tepat di hatinya.
Untuk pertama kalinya, pria itu tidak bisa membalas. Tidak bisa menyangkal.
Karena jauh di lubuk hatinya, ia tahu Rara benar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments