Leo, pemuda itu tampak memandang sang kakak dengan tatapan kosongnya. Kegelisahan dan amarah yang bercampur menjadi satu menumpuk hingga menciptakan rasa panas di ubun-ubun.
Ia merasa kesal, marah, dan kecewa, melihat kakaknya terbaring lemah tak berdaya di sebuah ranjang ruangan kesehatan. Wajah ayunya yang seputih salju harus tertutupi sebuah luka lebam sialan itu.
“Mengapa mereka semua menghajarmu hingga kau mendapat luka seperti ini?" gumam Leo, jemarinya menelusuri setiap jengkal wajah ayu kakaknya.
Kakaknya ini cantik, bahkan sangat cantik. Pantas saja banyak para gadis yang merasa iri padanya. Namun, karena kepolosannya, terkadang yang membuat ia sendiri berada dalam bahaya.
Saat Leo tenggelam dalam pikirannya. Sebuah suara bising menyadarkannya dari lamunan.
“Leo ... bagaimana kondisi kakakmu?" suara bass, tapi terdengar tegas menyapa indera pendengaran Leo.
Leo mengalihkan pandangan, melihat seseorang yang sudah dianggapnya ayah itu, “Rektor, Anda ke mari?"
“Aku mendengar pembicaraan beberapa mahasiswa, jika kakakmu menjadi korban bullying, dan apa yang kalian lakukan pada gadis yang mem-bully kakakmu ... ah, maksudku apa yang Orion lakukan pada mereka, aku sudah mendengarnya. Aksinya sontak menjadi buah bibir beberapa mahasiswa dalam waktu sekejap," jelas Jupiter.
“Begitu, ya? Aku sudah berusaha mengingatkan supaya Kak Rion menghentikan apa yang ia lakukan pada gadis itu, kalau saja aku bersikap tak acuh pada mereka, aku yakin mereka sudah pindah alam," Leo masih memandang kakaknya. Menunggu sang kakak sadar dan memastikan bahwa kakaknya itu baik-baik saja.
“Anak itu memiliki insting membunuh yang tajam, kemampuan bertarungnya juga di atas rata-rata. Dia bisa melukai siapapun, jika ia atau orang terdekatnya merasa terancam," Jupiter memandang lurus ke arah jendela.
“Lalu bagaimana dengan Kak Rion?" Leo memandang Jupiter dengan penuh tanya.
“Aku tetap akan memberikan sanksi pada anak itu, karena orang tua dari mahasiswi itu juga pasti tidak terima jika anaknya masuk rumah sakit dengan kepala mereka yang bocor dan beberapa luka lebam, yang mereka dapatkan secara gratis dari Orion," jawab Jupiter lagi.
Leo menghela napas, “Aku tidak setuju, jika Anda menjatuhkan sanksi pada Kak Rion, aku juga ingin Anda menjatuhkan sanksi pada gadis itu, Rektor. Bagaimanapun juga, kakakku yang menjadi korban di sini!"
“Aku mengerti, Nak. Mereka pasti akan mendapatkan ganjaran atas perbuatan mereka juga," Jupiter menepuk pundak Leo.
Mata rusa Jupiter memandang gadis yang sudah dianggapnya sebagai anak sendiri, “Aku tidak tahu harus mulai dari mana, untuk menjelaskan semua ini pada ayahmu."
“Periksa rekaman CCTV. Kami pun juga tidak bisa menjelaskan bagaimana detailnya, tapi setidaknya ada mahasiswa yang menjadi saksi, jika masalah ini berbuntut panjang, siapa yang berani melawan Daddy, mungkin hanya Uncle Triton saja yang berani melawan Daddy secara terang-terangan," ucap Leo.
Jupiter tersenyum, yang dikatakan Leo ada benarnya, hanya Triton seorang yang bisa melawan sifat arogan seorang Rain Steve Jonathan.
“Jika aku ada di posisi Anda, bukan Daddy yang aku takutkan, tetapi Uncle. Mungkin benar Daddy akan marah, tetapi marahnya Daddy mungkin tak sebesar murka Uncle, karena di sini posisi Kak Rion adalah berusaha melindungi orang terdekatnya, Kak Rion akan diam jika tidak ada yang mengusiknya."
“Kenapa harus ada Rion dalam masalah ini, argh?!" Jupiter mengerang frustasi.
“Aku ingin Uncle menutup kasus penganiayaan yang dilakukan Kak Rion," pinta Leo.
“Tidak bisa begitu, aku akan tetap memberikan sanksi pada kakak sepupumu juga, aku tahu apa yang menjadi kebimbangan dalam hatimu, soal Cassie, bukankah masih ada kau dan yang lainnya untuk melindunginya?" Jupiter menebak sambil menatap dalam mata Leo.
Leo tersentak mendengar penuturan calon ayah mertuanya. Ya, meski ia terlihat tak peduli dengan kakak perempuannya di kampus, tetapi selama ini ia terus mengawasi kakaknya dari jauh.
Itulah sebabnya Leo berusaha keras untuk belajar, dan mengikuti kelas akselerasi, agar ia bisa terus di samping sang kakak dan melindunginya dari kejauhan.
“Kau adik yang baik. Masih mencemaskan kakakmu, meski kau tahu bahwa ada banyak orang yang menjaga kakakmu, tapi mereka tidak selamanya bisa terus menjaga Cassie. Begitu juga dengan Rion. Yang akan selalu menjaga Cassie adalah kau, Leo. Karena Cassie adalah saudaramu, kakak kandungmu," nasehat Jupiter.
Leo hanya terpaku, inilah tanggung jawab yang harus ia pikul sebagai anak laki-laki yang memiliki saudara perempuan.
“Kau harus menjadi laki-laki yang kuat, Leo. Jangan hanya mengandalkan Rion, dan yang lainnya. Kau harus bisa menjadi pelindung bagi perempuan yang berharga dalam hidupmu. Jika tidak, bagaimana bisa kau menjadi suami yang tangguh untuk Carina anakku, suatu hari nanti?"
Lagi dan lagi Leo tersentak dari pemikirannya, manik rusanya memandang manik rusa yang lain. Dilihatnya Jupiter tersenyum penuh arti.
“Aku percaya kau bisa sekuat Orion, dengan caramu sendiri, dan bila saatnya telah tiba, aku akan memutuskan apakah kau pantas menjadi pendamping Carina atau tidak ... nah, aku keluar dulu, jaga kakakmu!" nasehat Jupiter sambil berjalan keluar ruang kesehatan.
“Tunggu!" pekikan Leo menghentikan langkah kaki Jupiter. “Terima kasih sudah percaya padaku, Papa. Aku akan berusaha, untuk menjadi kuat!"
Jupiter hanya tersenyum, meski hal itu tidak dilihat oleh Leo karena posisinya yang membelakangi pemuda itu, dan melanjutkan langkahnya keluar dari ruang kesehatan.
Tidak jauh dari ruang kesehatan, Orion berdiri sambil bersandar penuh pada tembok. Ia menunggu Jupiter selesai bicara pada Leo.
“Menungguku?" tanya Jupiter.
“Aku bukanlah seorang pengecut yang langsung kabur, saat aku tahu, aku melakukan kesalahan," jawab Orion dengan mata terpejam.
“Kau gentleman seperti ayahmu," Jupiter memandang Orion sambil tersenyum bangga.
“Tak kusangka Uncle bisa bersikap seperti orang tua pada umumnya. Mengingat cerita dari Daddy yang mengatakan bahwa Uncle sedikit kekanakan, karena paling muda."
“Bagaimanapun juga, aku sudah menjadi orang tua, juga menjadi seorang ayah, Rion. Sudah sepatutnya begitu, aku akan berperan sebagai seorang ayah pada umumnya, menyesuaikan situasi," Jupiter berkata dengan bijak.
“Karena kau memang ayah kami saat sedang di kampus, Rektor," Orion membenarkan. Jupiter hanya terkekeh.
“Jadi, aku akan mendapatkan skorsing?" tanya Orion tanpa tedeng aling-aling.
“Ya, bagaimanapun juga, kekerasan di universitas itu tidak dibenarkan, Rion. Apalagi yang kau hajar adalah seorang wanita. Akan tetapi, bukan hanya kau saja, mereka juga mendapat skorsing. Yang membedakan mungkin masa skorsing-nya, aku mohon beri pengertian pada ayahmu," pesan Jupiter.
“Sepertinya Uncle takut sekali pada Daddy. Ya, aku tahu jika Daddy adalah orang yang tegas, tapi juga galak, tetapi apa Uncle harus setakut itu?"
“Kau hanya belum tahu bagaimana ayahmu jika benar-benar marah. Ia tak pernah menunjukkan pada anak dan istrinya, kemarahan yang sesungguhnya. Karena ia tak ingin kalian terluka," Jupiter menjelaskan, matanya menerawang jauh memandang langit lepas, kemudian meninggalkan Orion yang terpaku.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kembali di ruang kesehatan, manik serupa musang itu telah terbuka. Ia lantas mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.
“Putih ... aku berada di ruang kesehatan?' pikirnya dalam diam.
“Kakak, kau sudah sadar?" suara Leo mengejutkan Cassie, “jangan banyak bergerak, Kakak masih sakit."
“Leo, kenapa aku bisa berada di sini?"
“Kau pingsan di toilet wanita setelah sekelompok gadis menghajarmu, aku dan Kak Rion menemukanmu, berkat kucing yang kau tolong itu, dan aku yang membawamu ke sini atas perintah Kak Rion," jelas Leo dengan sorot mata yang tampak di wajah tampannya.
Cassie memerhatikan dirinya, bajunya telah diganti, sesaat ia merasa terkejut dengan baju yang dikenakannya, ia tahu betul baju siapa itu.
“Ke mana bajuku, kenapa aku bisa mengenakan baju milik Rion?" Cassie memandang adiknya penuh tanya.
“Bajumu ada dalam plastik itu, dan soal baju Kak Rion, karena memang aku disuruh olehnya, takut Kakak sakit, karena baju milikmu basah."
“Si-siapa yang menggantikan pakaianku?" Cassie terkejut, otaknya sudah mulai membayangkan yang tidak-tidak.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Orion masuk dengan wajah khawatir, dan melihat Leo berada di samping ranjang, ”Kau keluarlah, biar aku yang mengurus Cassie!"
Mendengar perintah Orion yang mutlak membuat Leo langsung keluar dari ruang kesehatan. Jemari Orion menyusuri setiap jengkal tubuh Cassie yang tak sadarkan diri. Lalu dengan gerakan perlahan Orion menanggalkan helai demi helai pakaian yang menempel di tubuh gadis itu.
Glup!
“Indah sekali, tubuh ini. Tubuh seindah porselen yang halus tanpa cacat, membuatku jadi ingin merasakannya," batin Orion dengan segala pemikiran kotornya.
Karena tak tahan dengan godaan yang disuguhkan di depan mata, Orion mulai mencondongkan tubuhnya ke arah Cassie dan mendekatkan wajahnya hingga tersisa jarak hanya seinci saja.
Kemudian ....
“Tidak!" teriak Cassie histeris secara tiba-tiba mengejutkan sang adik yang jantungnya serasa akan lompat dari tempatnya.
“Kakak kau ini kenapa. Kenapa kau berteriak histeris seperti orang ketakutan begitu, apa kau teringat perlakuan mereka, katakan padaku?!" Leo berseru sambil mengguncang tubuh Cassie.
“Huh? ... siapa yang menggantikan pakaianku?" tanya Cassie ketakutan.
“Tentu saja dokter jaga, mana mungkin aku, walaupun aku adikmu, tapi aku, kan laki-laki. Jadi kau histeris karena itu, aku kira karena apa?" Leo tampak merasa dongkol dengan respon sang kakak yang berlebihan.
“Memang siapa yang ada di pikiranmu, seseorang yang menggantikan bajumu?" sebuah suara menyela perdebatan mereka berdua.
“Orion."
“Kak Rion."
Orion hanya tersenyum dan berdiri di balik gorden bilik kamar, “Apa kau berpikir yang menggantikan pakaianmu adalah aku, Cassie?"
“Ha?" bingung Leo.
“Ti ... tidak," Cassie mencoba menyangkal tuduhan Orion. Wajahnya menjadi sangat merah karena menahan malu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Cassie harus belajar beladiri nih 🤭
2024-05-04
0
Dewi Payang
Ketahuan ayah mertua😁
2024-05-04
0
Dewi Payang
Nggak mudah Leo...
2024-05-04
0