Beberapa korban kebakaran dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis, termasuk Orion dan Cassie. Beruntung rumah sakit yang mereka datangi adalah rumah sakit milik keluarga Stevenson. Triton juga sudah siaga di tempat.
Saat ini keduanya tengah ditangani oleh dokter. Triton hanya mengamati dengan seksama melihat anak dan keponakannya sedang ditangani oleh temannya.
“Bagaimana keadaan anak dan keponakanku?" tanya Triton tanpa tedeng aling-aling, begitu dokter yang menangani Orion dan Cassie sudah selesai.
“Tidak ada hal serius, mereka hanya sesak napas karena terlalu menghirup banyak asap. Aku akan meresepkan obat untuk mereka, Dokter," jelas dokter itu. Triton hanya mengangguk.
Tak lama kemudian terdengar beberapa derap langkah kaki seperti sedang terburu-buru. Membuat Triton serta dokter itu mengalihkan atensinya. Tidak hanya mereka saja, tetapi juga anak-anak dan beberapa orang lainnya.
“Berlarian di sepanjang rumah sakit seperti orang gila yang tidak tahu aturan. Sopankah, begitu?" sindir Triton sinis kepada para sahabatnya.
“Meresahkan!" komentar Arche.
“Aku tidak melihat, aku tidak kenal," timpal Leo.
“Membuatku malu saja," sahut Michael yang mulai ikut-ikutan.
“Papi, aku mohon jangan mulai berulah!" ujar Stephanie sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan karena malu.
“Maafkan kami, kami terlalu khawatir dengan kondisi anak-anak, apalagi ketika mendapat telepon dari Lean karena insiden kebakaran dan saat ini tengah berada di rumah sakit," Rain berkata sambil terengah-engah mewakili semuanya, meski semuanya juga sama saja.
Jantung mereka berdetak dengan cepat seperti genderang perang yang ditabuh seirama dengan langkah kaki yang beradu dengan lantai.
“Mereka tidak apa-apa hanya pingsan dan sesak napas, saat ini mereka sedang dalam pengaruh obat tidur supaya mereka beristirahat," jelas Triton berusaha menenangkan mereka yang terlihat heboh itu.
Kadang ia berpikir bagaimana bisa ia mampu bertahan dengan teman-teman yang aneh seperti mereka?
“Syukurlah jika kalian semua selamat, kami sangat khawatir," Galaksi menghela napas, mencoba meraup oksigen dengan rakus.
“Tolong tunggu anak-anak, dan jangan membuat keributan, aku akan kembali bertugas!" perintah Triton, dan segera menangani pasien lain.
“Siap, Dokter. Terima kasih!" ucap mereka semua. Triton hanya menunjukkan kepalan tangan.
Sepeninggal Triton Jupiter pun bertanya kepada mereka, “Bagaimana bisa kalian terpisah?"
“Kami disuruh keluar lebih dulu karena Rion mencari Cassie yang sedang ke toilet. Awalnya kami ingin mencarinya bersama, tetapi Rion melarang kami, karena api terus membesar," jelas Michael angkat suara.
“Cassie ke toilet sendiri?" tanya Marcus, dan Carina mengangguk. “Awalnya Kak Stephanie sudah menawarkan untuk mengantar, tapi Kak Cassie menolaknya, karena dia bilang hanya sebentar."
Mendengar penjelasan anak-anak mereka, para orang tua menghela napas.
“Anakmu benar-benar, Sobat," ujar Galaksi seraya menepuk pundak Rain.
“Itulah salah satu alasan yang membuatku menjadi orang tua posesif, jika Cassie seperti anak lainnya, aku tidak akan secemas itu dalam menjaga," Rain hanya menghela napas pasrah.
“Ya, sampai kau melarang putrimu untuk berpacaran, Kak," timpal Marcus sembari bersandar pada dinginnya tembok rumah sakit.
“Kalau saja ia tidak seperti itu, aku tidak akan berat hati memberinya izin untuk menjalin hubungan dengan pria," kata Rain lagi.
“Dia sangat bertolak-belakang dengan Orion. Jika Cassie ingin berpacaran, Orion justru tidak berminat mencari kekasih," timpal Titan.
“Sayang sekali, ketampanannya menganggur," komentar Jupiter.
“Padahal daddy-nya sering bergonta-ganti pasangan saat masih muda," sahut Galaksi.
“Memang siapa yang mau memiliki kekasih seorang ahli jiwa? Aku saja jika belum mengenal Triton sedari lama, aku tidak akan mau menjadi kekasihnya," kata Tea.
”Tidak ada yang menawarimu, Nenek Sihir," cibir Rain.
“Diam kau, dasar hujan badai halilintar!" pekik Tea.
“Dia bukan hujan badai, tetapi hujan asam. Lihat saja raut wajahnya yang selalu terlihat masam," sahut Ariel ikut mengolok-olok bosnya.
“Kau ingin kupecat menjadi sekretaris, Ariel?" desis Rain penuh ancaman.
“Aku bercanda, Bos," jawab Ariel sembari menunjukkan salam dua jari.
“Aku akan masuk dahulu, melihat anak-anak," ujar Sunny memotong pembicaraan mereka, yang diangguki semuanya. Kemudian Rain menyusul istrinya.
Klek!
Ketika Sunny masuk bau obat-obatan yang tajam dan menusuk langsung menyapa indera penciuman Sunny dan juga Rain, di sana tampaklah Orion dan Cassie sedang tertidur. Wajah mereka tampak tenang.
“Aku penasaran bagaimana kekasih Orion nantinya? Kalau dipikir-pikir, Orion itu sifatnya mirip sekali denganmu. Cleo bilang kau belum pernah menjalin hubungan sebelum bertemu denganku," kata Sunny matanya menelisik wajah rupawan keponakan tersayang.
“Jika dia bersikap normal begini mungkin dia mirip sepertiku. Akan tetapi, saat dia mulai serius atau marah, dia mirip seperti daddy-nya," jelas Rain.
“Ah, kau benar. Aku bahkan tak menyangka jika Triton yang berwajah malaikat itu memiliki sisi mengerikan juga, aku jadi takut padanya."
Rain hanya tersenyum mendengar perkataan istrinya. Jangankan istrinya yang takut dengan Triton, dia sendiri saja jika bertarung satu lawan satu dengan iblis berbulu kelinci itu harus puasa dan bertapa selama 40 hari lamanya.
Jika dia disuruh memilih antara bertarung mengalahkan puluhan para pegulat profesional, atau bertarung mengalahkan Triton, tentu ia akan memilih opsi yang pertama.
Orang gila mana yang berani menantang manusia kelinci itu? Yang ada mereka hanya menggali lubang untuk prosesi pemakaman mereka.
“Sayang, kau melamun?" tanya Sunny saat melihat suaminya seperti raga tanpa jiwa.
“Ah, tidak. Aku hanya terbayang kelahiran si bungsu kita saja," dustanya.
“Kenapa?" tanya Sunny bingung.
“Aku tidak menyangka, jika kau bersedia mengandung dan melahirkan untuk kedua kalinya, mengingat yang pertama kau berkata tidak ingin melahirkan lagi, dan akhirnya aku bisa menyaingi Triton. Bahkan, dia tak memiliki anak perempuan secantik anak kita," jawab Rain.
Sunny hanya menatap datar suaminya. Ya ampun, suaminya ini seperti anak kecil yang tidak ingin kalah dengan orang lain. Memiliki anak saja harus bersaing.
“Duh, mesranya. Dunia seakan milik berdua, yang lain hanya partikel," sindir sebuah suara.
“Rion, kapan kau sadar?" tanya Rain.
“Sejak Uncle menjelaskan berhasil menyaingi Daddy soal momongan," jawab Orion tak acuh meski dengan suara lirih.
“Dasar keponakan kurang ajar! Menguping pembicaraan orang tua," marah Rain.
“Siapa yang menguping? Uncle saja yang bicara lumayan keras, makanya lain kali volume suaranya itu dikecilkan, jika tidak ingin didengar orang lain," ucap Orion.
Merasa gemas dengan keponakannya, Rain menghadiahkan jitakan penuh kasih sayang kepada Orion.
“Auch, ini sakit, Uncle!" pekik Orion, “akan kuadukan pada Daddy bahwa Uncle melakukan penganiayaan pada pasien."
“Diam kau, Bocah Nakal!" bentak Rain, “dasar anak Daddy!"
“Rion, kan memang anak Daddy, bukan anak tetangga, lagipula sejak kapan Rion pindah status menjadi anak tetangga sebelah rumah?" jawab Orion dengan pertanyaan.
“Tidak heran jika kelinci itu sering mengeluh sakit kepala, ternyata anaknya pun adalah raja iblis juga," batin Rain menggerutu.
Orion mengamati sekeliling, tampak Cassie sedang mengerjapkan matanya, membiasakan cahaya yang masuk.
“Sayang, kau sudah sadar?"
“Mommy, aku di mana?" tanya Cassie pada sang mommy-nya.
“Kau di rumah sakit saat ini. Kau terjebak di toilet saat kebakaran di gedung bioskop, beruntung Rion menemukanmu dan mampu membawamu keluar. Oh, Mommy tidak bisa membayangkan jika putri kesayangan Mommy ini terpanggang api panas," jelas Sunny sedikit heboh.
Rion?" gumam Cassie lirih. Kepalanya menengok ke samping dan ia menemukan Rion yang tengah terbaring sepertinya, tapi sedang berdebat dengan daddy-nya itu.
“Uncle," panggil Orion.
“Apa?" jawab Rain malas.
“Mengapa rumah sakit itu bau obat-obatan?"
“Karena kalau bau makanan, itu rumah makan, bukan rumah sakit," jawab Rain sekenanya, walaupun dalam hatinya sedikit dongkol karena pertanyaan keponakannya itu.
“Ke mana Daddy. Dari tadi Orion tak melihat?" tanya Orion.
“Daddy-mu sedang operasi," jawab Rain singkat.
“Daddy kenapa ... kecelakaan?!" tanya Orion mulai panik.
“Dasar bodoh. Apa kau lupa dengan profesi daddy-mu, hah?!" bentak Rain pada Orion. Berbicara dengan anak-anak Triton memang bisa membuat suhu tubuhnya naik drastis, merasa panas karena luapan emosi yang terlalu lama ditahan.
Klek!
Terdengar suara pintu dibuka dan tampaklah sekumpulan remaja yang berbondong-bondong masuk bersama orang tua mereka.
“Halo, Tuan Muda dan Nona Muda, bagaimana keadaan kalian?" tanya Laurence dengan senyum terpatri di wajah ayunya.
“Masih lemas, mungkin karena aku belum makan malam, kalian tidak membawa bingkisan parcel untuk kami?" tanya Orion sambil memegang perutnya yang merasa keroncongan. Ia baru ingat kalau ia belum makan.
“Bingkisan kepalamu! Apa perlu kuingatkan jika kita semua juga terjebak dalam kebakaran itu?" Leander berucap sedikit sinis, merasa jengkel dengan kembarannya yang hanya memikirkan makan saja.
“Uncle ...." panggil Orion pada Rain sambil terus menatap seperti tatapan anak anjing yang lucu.
“Tidak ... tidak akan ada parcel untukmu. Kau tidak akan rawat inap, Nak. Mungkin besok pagi kau bisa pulang, atau malam ini jika kau sudah kuat dan bisa berdiri tegak kau bisa pulang sekarang," kata Rain tegas.
“Pelit," kata Orion sambil merajuk. Yang hanya dibalas suara tawa dari orang-orang yang berada di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Utayiresna🌷
astaga Orion, berarti telingamu sudah gak polos lagi/Sob/
2024-06-07
0
Utayiresna🌷
syukurlah
2024-06-07
0
Selviana
tuh dengerin ...kalau tidak mau didengar suaranya dikecilin🤭🤭🤭
2024-05-17
0