Mari Kita Berkencan

Leander masih fokus dengan ponselnya. Matanya yang setajam elang terus menelisik informasi yang ditampilkan di layar.

“Apa yang kau lihat dari layar ponselmu, serius sekali?" tanya Stephanie ingin tahu.

“Tidak ada, aku hanya melihat informasi terkini sepakbola. Bukan hal yang penting," Leander berdusta.

“Pria dan sepakbola memang sulit dipisahkan, bahkan sepakbola lebih penting dibandingkan kekasihnya," sindir Stephanie.

“Cie, ada yang marah!" Leander menggoda kekasihnya.

“Tak tahu, aku tak mendengar suara apa pun," balas Stephanie. Dirinya sudah terlanjur kesal karena tidak diacuhkan oleh sang kekasih.

“Memang semua pria itu sama saja, tidak Lean, tidak Papi. Semuanya sama-sama tidak peka!" gerutunya dalam batin.

“Hello everybody, Arche yang paling tampan paripurna sejagat raya is here!" seru Arche dari kejauhan. Namun, sayangnya sapaan itu tidak diacuhkan oleh dua insan ini.

“Kacang mahal, kacang mahal!" serunya, “pantas saja martabak manis rasa spesial cokelat-kacang, begitu diminati para orang tua, ya? Karena kacang itu mahal,"

“Sesungguhnya ada penampakan makhluk halus yang bisa berbicara," ucap Michael seolah menyindir kawannya itu. Michael hanya mengangkut bahunya tak peduli dan mengambil tempat duduk di sebelah Leander.

“Diam kau, jidat bersinar. Kau tidak diperkenankan untuk berkomentar apa pun di sini!" ucap Arche sinis.

“Kalian sudah memesan makanan lebih dulu, tanpa menunggu kami?!" pekik Arche histeris.

“Pesanlah apa yang kau mau, Tiang Listrik Kelaparan dan jangan banyak berdrama di hari yang sangat terik ini," ucap Leander tanpa memandang Arche karena matanya masih terfokus pada ponsel pintarnya.

“Sialan, aku bukan tiang listrik ... tetapi terima kasih atas traktirannya hari ini. Itu baru sahabatku, beruntung sekali aku memiliki sahabat sultan sepertimu," ujar Arche lalu melenggang memesan makanan.

“Aku tidak tahu, terbuat dari apa perutnya itu? Ia jarang merasa kenyang," heran Michael.

“Kau bertanya pada kami? Kami akan menjawab tidak tahu," sahut Stephanie, dengan sedikit ketus.

“Kau sedang datang bulan, ketus sekali?" tanya Michael.

“Entahlah, semua laki-laki itu sama saja!" ucap Stephanie kesal.

“Kalau secara fisik memang iya, kami memiliki jakun dan memiliki burung elang yang sama, tapi kalau soal watak belum tentu, buktinya aku tak mirip dengan papimu, karena aku bukan saudara kembar beliau," jelas Michael.

Plak!

Dengan perasaan tak berdosanya Leander memberikan pukulan sayang pada kepala Michael.

“Mulutmu kotor sekali, seperti toilet umum," ucap Leander.

“He-he ... sorry, habisnya Stephanie bilang jika laki-laki itu sama. Ya, aku jelaskan persamaan antar laki-laki yang satu dan laki-laki yang lainnya, kan?" balas Michael berasalan.

“Memang kau memiliki Burung Elang, kukira milikmu hanya kacang kenari," sahut Arche.

“Kalian menjijikkan!" pekik Stephanie.

“Tidak ... kami tidak menjijikkan. Kami hanya mengulang pelajaran biologi," elak Michael dan Arche.

“Diamkan saja makhluk tidak waras ini. Omong-omong mana si jelmaan lumba-lumba itu, apa kelasnya belum selesai?" tanya Leander.

“Sebentar lagi mereka akan selesai, lalu bagaimana Tuan Muda Jonathan?" Arche bertanya sambil mengeluarkan ponsel.

“Hari ini dia ada kelas sore, mungkin dia sedang di perusahaan Uncle," jawab Leander.

“Anak teladan. Lalu bagaimana dengan kakakmu?" lanjut Michael.

“Kakak sedang melakukan uji coba mainan milik Daddy you know-lah, apa itu?" jawab Leander.

Sementara Stephanie masih menikmati makanan dalam diamnya. Matahari bersinar sangat terik menciptakan hawa panas yang mampu membakar kulit indahnya. Namun mungkin hari ini tak hanya kulitnya yang terbakar, tetapi juga hatinya ikut terbakar karena sikap Leander padanya.

Ingin rasanya ia memuntahkan segala perasaannya di hadapan orang-orang, tapi ia harus ingat dengan kesepakatan yang terjalin di antara keduanya.

Maka jalan terbaik adalah berusaha bersabar dengan segala tingkah sang kekasih.

Lain di kantin, lain juga di kelas Cassie, kelasnya baru saja selesai. Segera saja dengan kecepatan kilat, ia melangkahkan kaki jenjangnya menuju kantin.

“Maaf teman-teman aku terlambat," ucap Cassie dengan napas tersengal.

“Kau ini habis maraton, atau bagaimana?" tanya Arche.

“Aku memang berlari karena aku takut kalian meninggalkanku," jawab Cassie.

“Tenang kelasku dimulai 1 jam lagi," jawab Arche.

“Aku sudah tidak ada kelas," Stephanie menjawab dengan malas."

“Aku pun sama," timpal Leander.

“Aku akan pesan makanan dulu." pamit Cassie sambil beranjak memesan makanan.

Semuanya hanya mengangguk lalu kembali dengan kegiatan masing-masing, Michael dan Arche sedang mengadakan battle game, Leander masih sibuk dengan kegiatannya, sedangkan Stephanie masih dengan kegiatan melamunnya.

Suara sepatu beradu dengan lantai membuyarkan fokus masing-masing mahasiswa yang berada di kantin itu. Apalagi para mahasiswi hanya mampu menahan napas setiap sosok itu lewat di depan mereka.

Meski sudah berumur. Namun, ketampanan wajahnya tidak memudar termakan usia. Sosok itulah yang paling disegani oleh para mahasiswi maupun mahasiswa.

“Selamat pagi, Pak Rektor," sapa mahasiswi yang kebetulan dilewatinya.

“Pagi," jawabnya singkat.

Meskipun hanya singkat, tetapi mereka tetap saja merasa senang karena sapaan mereka dibalas oleh idola kampus mereka.

“Selera mereka buruk sekali, bagaimana bisa mereka mengidolakan orang tua sepertinya?" tanya Arche sedikit mencibir.

“Yang kau sebut orang tua itu adalah ayahmu, dasar otak udang!" ucap Stephanie sambil menghadiahkan geplakan penuh kasih sayang.

“Kalian sedang makan siang?" tanya Jupiter begitu dirinya sampai di depan meja sekumpulan anak muda itu.

“Ya, kami sedang makan siang, Rektor," jawab Michael.

“Dan secara kebetulan karena Rektor datang ke mari, jika tidak keberatan, maukah Rektor membayar semua pesanan kami?" tanya Arche.

Leander, Michael, dan Stephanie hanya saling melemparkan pandangan satu sama lain. Tak lama kemudian Cassie pun datang dengan membawa sebuah nampan yang berisi makanannya.

“Selamat Pagi, Rektor," sapanya.

“Kau hanya makan sedikit?" tanya Jupiter sedikit heran, pasalnya anak dari sahabatnya itu hanya memesan semangkuk seblak. Tidak seperti anaknya yang sudah memesan tiga macam makanan sekaligus.

“Pesanlah yang banyak, Princess. Hari ini Bapak Richardo Jupiter Angkasa akan membayar semua pesanan kita," ucap Arche.

“Sungguh?!" Cassie sudah memekik merasa antusias.

“Dasar Anak Iblis!" umpat Jupiter dalam hatinya.

Jupiter berdeham, “Ehem, ya pesan saja, tidak apa-apa, lagipula kau harus banyak makan, Nak. Tubuhmu kurus begitu, apa daddy-mu tak memberi makan yang cukup?"

“Eh, bukan begitu. Aku hanya ingin diet," jawab Cassie salah tingkah.

“Kau ... diet?" kaget Jupiter. Jupiter menelisik penampilan anak sahabatnya itu dari atas hingga ke bawah.

“Kurus begini mau diet, apa dia sedang bergurau?" pikir Jupiter.

“Nak, jika aku boleh jujur padamu, lupakan niat dietmu itu, sebelum kau mencoreng nama daddy-mu karena dianggap tak memberi makan anaknya dengan benar. Kau itu sudah kurus dan mungil begini, masih mau diet, kau tidak berniat ingin seperti penderita busung lapar, bukan?" nasehat Jupiter.

“Pffft ...." sahabat dan sepupunya sontak menahan tawa.

“Jadi, apa Cassie harus pesan lagi?" tanya Cassie polos.

“Astaga cabut saja nyawaku, Ya Tuhan," batin Jupiter menangis, “iya, Cassie-ku yang cantik jelita bagai snow white. Lebih baik kau pesan saja. Aku sedang berbaik hati padamu kali ini."

“Sudahlah Cassie, turuti kata papaku mumpung dia sedang royal hari ini. Anggap saja ini edisi khusus," ucap Arche.

“Anak durhaka!" umpat Jupiter kesal sekaligus dongkol.

“Baiklah, kalau begitu aku akan pesan lagi. Terima kasih traktirannya, Rektor." ucap Cassie seraya berlari memesan makanan. Sedangkan sahabatnya hanya menatap sambil tersenyum tipis.

“Dia sangat polos," batin mereka.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Semburat jingga mulai tampak, matahari mulai menggantung hendak kembali ke peraduan. Suasana hening masih menyelimuti sebuah mobil yang tengah melaju dengan kecepatan sedang hanya deru mesin dan klakson yang bersahutan menjadi pengiring perjalanan pulang kedua insan ini.

“Kita akan ke mana?" sebuah pertanyaan terlontar memecah keheningan, yang mengusik hati.

“Kau akan tahu nanti," jawab Leander. Mobil itu terus melaju membelah jalanan kota yang berhiaskan cahaya lampu, menambah kesan indah malam itu.

“Dasar semua laki-laki itu sama saja, tidak peka!" batin Stephanie bersungut-sungut.

Setibanya di suatu tempat, Leander menepikan mobilnya dan keluar dari mobil, lalu berjalan memutar dan membuka pintu mobil untuk gadis kesayangannya.

“Leander, ini ... mengapa kita berada di sekolah?"

“Sudah, diam saja dan ikuti aku!" jawab Leander. Kakinya terus melangkah hingga sampai ke rooftop, dengan Stephanie yang masih setia mengikutinya dari belakang.

Mata gadis manis itu terbelalak, dengan mulut terbuka, sedikit tak percaya dengan apa yang tengah ia lihat.

Rooftop ini menjadi tempat paling indah menurut Stephanie, dengan cahaya yang berkelap-kelip, alunan musik yang mengundang ketenangan dalam hati. Di tengahnya ada satu set meja makan minimalis yang sudah ditata sedemikian rupa. Menampilkan kesan romantis.

“Silakan duduk ratuku, aku tahu kau sangat terkejut dengan semua ini," ucap Leander.

“Kau menyiapkan semua ini?" tanya Stephanie tak percaya. Yang hanya dibalas anggukan oleh sang kekasih.

“Aku menyiapkan dinner spesial untuk kita, Sayang. Aku tahu kau sedang kesal karena perilakuku tadi. Aku minta maaf untuk itu. Lagipula kita jarang kencan seperti ini, jadi, nikmatilah malam ini, Sayang."

“Sial! Kau membuatku ingin menangis," ucap Stephanie dengan mata yang hampir menganak sungai.

“No ... no ... no ... simpan dulu air mata harumu, dan mari kita kencan," putus Leander.

Mereka pun menikmati makan malam romantis sembari berbincang ringan, tak jarang pula Leander melontarkan kata-kata manis untuk sang kekasih, hingga membuat sang kekasih tersipu malu sekaligus bahagia.

Ah, hari ini adalah hari yang indah untuk mereka berdua.

Terpopuler

Comments

Utayiresna🌷

Utayiresna🌷

wah berarti bisa teraktir aku juga ya/Sweat/

2024-06-22

0

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

pesan yg banyak Cassie 🤣🤣

2024-05-01

0

Dewi Payang

Dewi Payang

Cassie bikin Jupiter frustrasi😁

2024-04-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!