ch 2. Granpa Jon Training

Ari berlari kembali ke rumahnya dengan penuh semangat. Thomas sudah memberitahukan lokasi tepat dimana dia bisa mendaftar sebagai ksatria. Yang perlu Ari lakukan sekarang adalah menjual peternakannya dan mendapatkan uang yang cukup untuk berangkat ke kota.

segera setelah Ari sampai dirumahnya, Ari langsung membereskan semua sisi rumahnya dengan sangat teliti. satu hal yang dia tahu tentang jual beli rumah adalah tidak ada orang yang menginginkan rumah yang berantakan. 

dengan segenap kemampuannya, Ari menghabiskan waktu satu minggu untuk merapihkan rumahnya. dia memperbaiki dinding yang berlubang sebisa mungkin dengan lumpur dan batu, memperbaiki dan mengganti tiang kayu yang rusak dengan kayu baru yang dia dapatkan dari hutan. Ari bahkan memperbaiki atap yang sudah mulai lapuk dan berlumut, dengan sangat hati hati bekerja supaya tubuhnya yang besar tidak menjadi penghalang atas usahanya membersihkan rumah.

setelah satu minggu penuh bekerja keras, Ari akhirnya berhasil membuat rumahnya tampak jauh lebih baik. Rumahnya memang jauh dari sempurna, tapi sekarang kondisinya sudah jauh lebih baik dari yang dia bayangkan sebelumnya. saat sedang mengagumi hasil karyanya sendiri, kakek Jon menghampiri Ari dan menyapanya.

"Hai Ari, ada kejadian apa sampai kau memperbaiki seluruh rumahmu?"

"halo Kakek Jon, aku mau menjual rumah dan peternakanku."

"menjual? kenapa kau mau menjualnya?"

"aku berencana untuk mendaftar ke Akademi Ksatria dan aku butuh uang untuk mendaftar. dengan menjual rumah dan peternakan ini, aku bisa mendapatkan uang yang cukup untuk pergi ke kota dan mendaftar di Akademi Ksatria."

"hmmm."

"tidak usah berpikir dengan pose tangan di dagu seperti itu kakek Jon. itu sangat tidak dirimu sekali. hahaha"

"ohh.. hahaha. ya sepertinya aku terlihat terlalu serius ya?

bagaimana kalau begini, aku akan membeli peternakan dan rumahmu beserta dengan ketiga Woolcow mu. aku juga akan menyediakan perbekalan dan peralatan yang cukup untuk perjalananmu sampai ke kota.

tapi dengan satu syarat."

"syarat apa itu kakek Jon?"

"aku mau kau mengalahkanku dalam perkelahian dan membuatku berlutut ditanah."

"apa? berlutut ditanah? tapi kau sudah tua kakek Jon! bahkan kau pasti sudah sangat sulit untuk bisa berjalan dalam waktu lama. bagaimana mungkin aku tega untuk menantangmu berkelahi?"

"ahhh ... Ari muda yang polos ...

kau belum tahu apapun tentang dunia diluar sana anak muda.

sebelum kau berbicara soal umurku dan kondisiku, buktikan dulu kalau kau bisa lebih baik dari aku.

temui aku di gudang pakanku setelah kau selesai makan siang."

kakek Jon kemudian pergi meninggalkan Ari yang kebingungan. Ari melihat kakek Jon melangkah dengan langkah kecil dan gemetar, seakan setiap langkah yang diambil bisa menjadi langkah terakhirnya didunia ini. tapi Ari mengakui kalau kakek Jon adalah pria tua yang gesit dan lincah. dalam banyak kesempatan, Kakek Jon bisa menghampiri dan berdiri disamping Ari tanpa Ari tau kapan dia mulai berjalan ataupun kapan dia tiba.

*****

Ari tiba di gudang pakan Kakek Jon setelah selesai menikmati makan siang sederhana. digudang itu, Kakek Jon sudah siap sedia menunggu Ari. postur berdiri Kakek Jon tampak berbeda dari biasanya, dan suasana yang ditimbulkan kakek Jon membuat Ari sedikit ragu ragu tentang apa yang akan dia perbuat digudang ini.

"selamat datang Ari.

apakah kau sudah siap?"

"aku siap kakek Jon.

apapun akan aku lakukan supaya aku bisa menjadi ksatria!"

"semangat yang bagus.

tapi buktikan dulu semangatmu dengan tindakan!

buat aku jatuh berlutut dan kau akan aku izinkan pergi, kalau tidak kau harus tetap di desa ini dan terus menjadi peternak Woolcow. kau mengerti?"

"aku mengerti!"

"sekarang majulah!"

Ari tahu kalau dia bukanlah seorang petarung. dia hanyalah anak desa berbadan besar dengan kekuatan fisik yang lebih besar daripada anak seumurannya. saat kakek Jon memberi tanda bahwa perkelahian mereka dimulai, yang pertama dilakukan Ari adalah membulatkan tekadnya dan lari menerjang Kakek Jon dengan tinju kanan dalam posisi siap memukul. Ari melepaskan pukulannya, yang dia usahakan tidak terlalu cepat dan kuat agar tidak melukai kakek Jon, dan mendapati bahwa dirinya tiba tiba sudah jatuh terjerembab diantara tumpukan karung pakan ayam.

Ari segera berusaha berdiri, dengan sedikit kesulitan karena bingung dan limbung, lalu melanjutkan serangannya satu kali lagi. anehnya, Ari kembali jatuh dalam posisi muka bergesekan dengan tanah didepan pintu gudang, dan dia masih tidak memahami bagaimana dia sampai terbaring ditanah.

"uuhhh.. apa yang terjadi?"

"masih mau melanjutkan Ari?"

"tentu saja! aku akan terus berusaha sampai bisa mengalahkanmu kakek Jon!"

"hehehe semangat yang bagus."

Ari terus menerus menerjang dan berusaha meninju kakek Jon. disetiap usahanya, Ari selalu mendapati dirinya terjatuh dalam posisi yang aneh dan rumit. satu kali Ari terjatuh dalam posisi duduk menghadap karung pakan ayam, kali berikutnya Ari terjatuh dalam posisi berbaring miring dengan wajah menghadap pintu gudang. yang paling tidak bisa Ari pahami adalah saat dia tersadar bahwa dia tiba tiba sudah berada di atas pintu gudang, terduduk dengan pandangan kosong sejenak karena bingung.

Ari terus mencoba sampai hari menjelang sore dan Kakek Jon memutuskan kalau perkelahian mereka harus ditunda sampai besok. Ari bersikeras ingin mencoba lagi, walaupun badannya sudah penuh dengan peluh, debu dan luka lecet. sayangnya, Kakek Jon dengan tegas menolak permintaan Ari dan mengusirnya pulang. Ari hanya bisa berjalan pulang dengan langkah gontai penuh kekalahan. Ari tidak pernah menyangka kalau kakek Jon sama sekali tidak bisa disentuh. Ari bahkan tidak bisa melihat bagaimana kakek Ari bisa menghindar dan menjatuhkan dirinya.

Ari segera pulang dan membersihkan dirinya. Ari mengobati luka lukanya dengan obat obatan seadanya lalu menyiapkan makan malam untuk dirinya sendiri. setelah selesai makan dan membersihkan alat makannya, Ari memutuskan untuk segera tidur karena badannya mulai terasa pegal dan perih, hasil dari perkelahiannya dengan kakek Jon.

*****

Ari membuka mata dan melihat dirinya ada disebuah ruangan dengan dinding berwarna putih. dibawah kakinya terdapat lantai berbahan marmer dengan sebuah kain berbulu bernama karpet yang terasa sangat nyaman. pandangan Ari fokus pada sebuah layar, objek kotak dengan berbagai gambar bergerak, yang menampilkan ksatria berbaju zirah hitam sedang menghadapi lawan lawannya. ksatria itu dengan gagah menumbangkan lawannya, membelah mereka menjadi beberapa bagian dengan pedangnya atau menghancurkan tubuh mereka dengan hantaman perisai.

Ari bisa merasakan semangat yang luar biasa setiap kali ksatria berzirah hitam menghabisi lawannya dengan sangat brutal. Ari bahkan beberapa kali berteriak penuh semangat saat melihat lawan dari ksatria berzirah hitam dihabisi dengan cara yang amat brutal.

"ksatria berzirah hitam benar benar luar biasa!!"

*****

Ari terbangun saat matahari baru saja menampakkan sinarnya. setelah membasuh wajahnya sedikit supaya lebih segar, Ari membuat sarapan untuk dirinya sendiri dan langsung bergegas mengurus Woolcow nya.

Setelah selesai membersihkan kandang dan membiarkan ketiganya merumput, Ari kembali ke gudang kakek Jon dan menemukan kakek Jon sudah siap menunggu didalam gudang.

"Apakah kau sudah siap Ari? "

"Aku siap! Aku pasti berhasil hari ini! "

Sekali lagi Ari mencoba mendaratkan tinjunya di wajah kakek Jon. Sama seperti sebelumnya, Ari selalu gagal disetiap percobaannya. Saking seringnya Ari gagal sampai dia sudah lupa apa tujuannya dia ingin meninju Kakek Jon. Yang Ari pikirkan hanyalah tinjunya harus bisa mencapai kakek Jon bagaimanapun caranya.

"Pelajaran pertama, Ari, adalah belajar untuk bertanya kapanpun kau bisa.

Petarung yang baik selalu penasaran dengan apa yang dilakukan lawannya dan selalu belajar dari lawan mereka. "

Pikiran Ari yang kalut karena usahanya yang tak kunjung berhasil, tidak mengindahkan kata-kata Kakek Jon dan terus menerjang dia tanpa henti. Stamina Ari diuji pada saat ini, karena berapa kali pun dia mencoba tapi kakek Jon tetap tampak baik baik saja.

"Pelajaran kedua Ari, tetaplah berkepala dingin apapun yang terjadi.

Sering kali kesempatan mu datang disaat lawan sedang berada diatas angin. "

Ari menulikan telinganya dan menolak mendengarkan kata kata kakek Jon. Di mata Ari saat ini, Kakek Jon bukan lagi orang yang dia hormati baik sebagai tetangga ataupun rekan sesama peternak. Kakek Jon sekarang hanyalah sosok menyebalkan yang sangat ingin sekali Ari tinju secepatnya.

"Pelajaran ketiga Ari, kegagalan bukanlah akhir dari semuanya.

Hanya dengan gagal maka kita bisa belajar untuk menjadi lebih baik. "

Sesuatu yang berbeda dilakukan oleh Kakek Jon. Kali ini saat Ari menerjangnya dengan sekuat tenaga, kakek Jon tidak tampak akan berusaha menghindar. Ari merasa ini adalah saat yang tepat, kakek Jon mungkin sudah lelah dan reaksinya melemah sehingga dia membuka celah.

"Kena kau kakek Jon! "

"Pelajaran ke empat dan terakhir hari ini Ari.

Selalu waspada dengan apapun dimanapun. Kau tidak akan tahu kapan lawanmu memanfaatkan kekuatanmu untuk melakukan serangan balasan. "

Kakek Jon mengangkat tangannya dan mengarahkan telapak tangannya di jalur tinju Ari, yang saat itu sudah meluncur kencang ke arah wajahnya. Saat tinju Ari bersentuhan dengan telapak tangan kakek Jon, Ari merasakan tinjunya seakan menghantam dinding besi. Telapak tangan Kakek Jon terasa kuat dan kokoh, tidak dapat dibengkokkan oleh apapun.

Sesaat kemudian, Ari merasakan tinjunya seperti dipentalkan oleh kekuatan yang tidak dikenal. Sesaat kemudian, Ari menemukan dirinya sudah terbaring tak berdaya di luar gudang pakan ternak. Ari hanya bisa menatap langit sore yang indah sebelum kemudian pingsan.

*****

Ari terbangun keesokan harinya, masih terbaring lemas di lahan milik Kakek Jon. Badannya dibungkus oleh selimut besar dan tebal yang datang entah darimana.

"Kau sudah bangun Ari. Baguslah. "

Ari menengok kesamping dan menemukan Kakek Jon sedang duduk santai menggunakan kursi malas sambil menikmati secangkir teh hangat. Dari caranya duduk dan dengan adanya sebuah meja kecil berisi camilan keju dan makanan ringan lainnya, sepertinya Kakek Jon sudah duduk disana cukup lama.

"Halo Kakek Jon. Selamat pagi. "

"Selamat pagi Ari.

Apakah kau ingat pelajaran yang kusampaikan kemarin? "

"Ehh... Apa kau benar benar berharap aku bisa fokus mendengarkan saat kau dengan mudah melemparkanku kemana mana? "

"Hmm ada benarnya juga. Baiklah aku akan mengulanginya untuk mu.

Pelajaran pertama adalah belajar untuk bertanya kapanpun kau bisa.

Petarung yang baik selalu menjaga rasa penasaran mereka terhadap lawan dan terus belajar dari mereka. bertanyalah saat memungkinkan, tetap penasaran saat tidak memungkinkan.

Pelajaran kedua tetaplah berkepala dingin apapun yang terjadi.

Sering kali kesempatanmu datang disaat lawan sedang berada diposisi yang lebih menguntungkan dan kau pasti tidak mau melewatkannya.

Pelajaran ketiga kegagalan bukanlah akhir dari semuanya.

gagal adalah kesempatan kita untuk belajar menjadi lebih baik.

Pelajaran ke empat dan terakhir.

Selalu waspada dengan apapun dimanapun. Kau tidak akan tahu kapan lawanmu memanfaatkan kekuatanmu untuk melakukan serangan balasan, atau sebaliknya. "

"Ingatlah keempat hal ini di perjalananmu nanti, karena keempat hal ini akan sangat membantumu.

Aku mungkin bukan guru yang baik, tapi aku sudah berusaha sebaik mungkin. "

Kakek Jon kemudian mengeluarkan sekantung uang yang dia lemparkan langsung pada Ari. Ari membuka kantung itu dan melihat didalamnya terdapat lima puluh keping emas dan dua puluh keping perak. Ari menatap kakek Jon dengan tatapan kaget, dia tidak percaya kalau kakek Jon memberikannya uang dengan jumlah yang sangat besar.

"Kantung itu berisi sebagian besar uang yang aku punya. Kau pakailah uang itu untuk biaya pendaftaran dan dana perjalanan.

Pastikan kau membawa peralatan berkemah dan memasak. Perjalanan ke kota itu jauh dan jalan akan menjadi tempat yang berbahaya, selalu ingat untuk waspada dan menjaga diri.

Aku yakin kedua orang tuamu akan sangat bangga melihat anaknya ingin mengubah takdirnya sendiri menuju masa depan yang lebih baik. "

Ari merasa air mata mulai berkumpul di ujung matanya. Sekuat tenaga dia menahan air mata supaya tidak menetes jatuh di wajahnya. Ari memberi Kakek Jon sebuah pelukan hangat tapi kemudian Ari teringat akan sesuatu.

"Kakek Jon, aku kan belum mengalahkanmu. apakah tidak apa apa kau memberikan uang ini padaku?"

"haha Ari oh Ari. aku yang membuat peraturan, tentu aku juga boleh mengubah dan menyesuaikannya sesuka hatiku. benar kan?"

Ari hanya bisa menggelengkan kepalanya, menyerah dan berterima kasih disaat yang bersamaan sebelum kemudian bergegas pulang untuk mengambil beberapa lembar pakaian.

Ari hanya memastikan pakaian yang dia bawa cukup untuk perjalanan hingga ke kota, karena dia akan membeli kebutuhan lainnya dari pasar desa. Dengan setengah berlari, Ari bergegas pergi menuju pasar desa untuk membeli semua kebutuhan yang mungkin dia perlukan dalam perjalanannya.

Dalam hatinya, Ari berkata pada dirinya sendiri.

'Aku berjanji akan menjadi ksatria yang hebat dan terkenal, sehingga Kakek Jon akan mendengar namaku dikumandangkan dari jauh di desa terpencil ini. '

Terpopuler

Comments

farway

farway

aku mau tanya thor, jika semisal sudah upload chapter lalu baru tahu ada kesalahan ketik, apakah itu masih bisa di revisi dan upload ulang?

2024-07-22

1

anggita

anggita

saran thor. awal mula kalimat, ditiap paragraf/alinea, usahakan pakai huruf besar.

2024-07-03

1

🎀

🎀

jgn lupa mampir yaa

2024-05-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!