Menghindar

Baru membayangkan tubuh indah anak angkatnya saja, miliknya langsung trun on. Ana memang memiliki tubuh yang seksi. Tentu saja hal itu membuat daddy angkatnya menjadi bergairah.

Ana mulai menikmati hubungannya dengan Dave. Dia merasa bahagia. Saat ini mereka sedang berada di sebuah Mall, mereka berniat untuk menonton. Ana tak menolaknya, dengan seperti ini mungkin saja dia tak akan terlalu fokus kepada daddy angkatnya.

Pertunjukan teater akan segera dimulai. Ana dan Dave sudah berada di dalam studio. Dave memilih tempat duduk yang berada di kursi paling pojok sebelah kanan, agar memudahkan dia bermesraan dengan Ana.

Rasa cintanya kepada primadona kampus itu, memang tak tulus. Dia sudah tak sabar ingin mencicipi tubuh Ana. Berhasil memiliki Ana sepenuhnya.

"Dave, jangan seperti ini! Aku tak bisa!"

Ana menolak Dave. Dia langsung mendorong Dave, saat Dave hendak mencium bibirnya. Entah mengapa, dia masih belum rela bekas ciuman bibir daddy angkatnya terhapus.

Dave merasa kesal, karena Ana masih saja terus menolaknya. Dia terlihat mengepalkan tangannya.

"Awas saja Ana, aku akan membuat kamu berakhir di ranjang! Cepat atau lambat, aku pasti akan memiliki kamu seutuhnya!"

Kali ini dia masih mengerti, tapi tidak untuk selanjutnya. Ana terlihat serius, menikmatinya. Ini pertama kali baginya, menjalin hubungan dengan lawan jenis, menonton dengan laki-laki yang berstatus kekasihnya.

Mereka sudah selesai menonton. Dave terlihat hanya diam, tak seperti sebelumnya. Ana bisa melihat perubahan Dave.

"Kamu kenapa, Dave? Sejak tadi aku perhatikan, kamu hanya diam saja keluar dari Studio. Apa semua ini karena tadi aku menolak kamu?" tegur Ana.

"Tidak! Aku berusaha memahami, karena ini memang terlalu cepat untuk kita. Aku hanya ingin diam saja. Ya sudahlah, lupakan saja! Lebin baik sekarang kita cari tempat makan," ucap Dave.

Dave menanyakan kepada Ana, makanan apa yang Ana inginkan. Dia selalu ingin mengambil hati wanita yang baru resmi menjadi kekasihnya. Dave mencoba menghilangkan perasaan kecewanya, dia tak ingin melewatkan waktu kebersamaan dengan Ana. Dia hanya perlu sedikit lebih sabar.

Perlahan hal itu akan terjadi, seperti saat ini. Rasanya masih seperti mimpi, dia berhasil menjadikan Ana kekasihnya. Setelah makan, mereka memutuskan untuk pulang. Dave akan mengantarkan Ana terlebih dahulu.

"Kamu tahu tidak, betapa bahagianya aku bisa memiliki kamu," ungkap Dave.

"Terima kasih," sahut Ana sambil tersenyum.

Mereka sudah sampai di Mansion.

"Apa aku boleh mampir?" Dave bertanya kepada Ana.

Ana tak berani mengizinkan Dave masuk ke dalam. Dia tak ingin daddynya murka kepadanya.

"Maaf, Daddy melarangku! Aku harus bicara dulu dengannya," Jelas Ana.

"Baiklah, aku memahaminya!" ucap Dave.

Paling tidak ini selangkah lebih baik. Suatu awalan yang baik, untuk memiliki Ana seutuhnya. Tanpa berganti pakaian terlebih dahulu, Ana langsung membaringkan tubuhnya di ranjang.

"Sepertinya, hubungan mereka semakin jauh?" Benigno bermonolog.

Tak sengaja, saat dia mengecek CCTV Mansion. Dia melihat Ana diantarkan Dave pulang. Melihat seperti itu, ada perasaan tak suka dibenak Benigno. Entah karena dia tak menginginkan Ana memiliki kekasih, ataukah dia merasa cemburu melihat Ana dekat dengan seorang laki-laki.

"Padahal, aku sudah berkali-kali mengingatkan dia untuk fokus dengan kuliahnya!" Benigno berkata.

Malam pun tiba, tapi sang daddy belum juga kembali. Ternyata, Ana tak bisa sepenuhnya terlepas dari daddynya.

"Apa malam ini, kamu tak pulang lagi, Dad? Aku merindukan kamu," ucap Ana.

Tatapannya masih ke arah luar jendela kamarnya, berharap mobil daddynya akan segera datang. Padahal saat itu jam sudah menunjukkan pukul 10.00 malam.

"Sudahlah An, lebih baik kamu tidur saja! Daddy tak akan pulang!" Ana berkata sendiri.

Hingga akhirnya Ana memutuskan untuk tidur. Dia mencoba memejamkan matanya, menghapus harapannya.

Malam ini Benigno memutuskan untuk tidak pulang ke Mansion. Saat ini dia sedang di temani oleh seorang ja’lang yang akan memuaskan dirinya. Panggil saja wanita itu Cat. Dia terlihat sedang menari striptis di hadapan Benigno.

Benigno terlihat sedang duduk menyilangkan kakinya sambil menikmati wine. Wanita itu menari dengan menggunakan lingerie yang begitu seksi. Menunjukkan payu*daranya yang menyembul besar dan juga lekuk tubuhnya yang begitu indah.

Demi itu, Benigno tak pernah sayang mengeluarkan uang yang banyak. Baginya, dia bisa terpuaskan. Sungguh tak aneh, untuk seorang mafia. Namun sayangnya, dia akan melakukannya dengan cara kasar.

Wanita itu harus siap mendapatkan pecutan olehnya. Fantasi sek*snya begitu liar. Terkadang, dia juga mengikat wanita itu, saat menghujami wanita itu dengan miliknya.

"Puaskan aku!" titah Benigno.

Cat mulai membuka kancing kemeja yang dipakai Benigno saat itu. Benigno sudah bertelanjang dada. Kemudian Cat beralih membuka resleting celana yang dikenakan Benigno. Dalam waktu singkat Cat sudah berhasil membuat Benigno dalam keadaan polos.

Benigno sudah mulai terlihat sedikit mabuk. Cat mulai berjongkok, memanjakan milik Benigno dengan mulutnya. Desa’han mulai keluar dari bibir Benigno. Ya, dia begitu menikmatinya.

Suatu poin yang baik, bagi seorang ja*lang. Bisa memuaskan kliennya. Berbagai cara dia lakukan. Namun tiba-tiba Cat dibuat terkejut. Benigno mendorong Cat dengan kasar, saat dia naik ke atas tubuh Benigno hendak memasukkan milik Benigno. Cat begitu terpesona, hingga dia tak kuasa menahannya.

"Tuan, apa yang Anda lakukan padaku?" Cat bertanya sambil berusaha bangkit. Cat terjatuh saat itu dari ranjang. Membuat pinggangnya terasa sakit.

"Pergi sana! Aku tak membutuhkan kau lagi," usir Benigno. Suaranya begitu menggelegar.

Cat melongo. Dia berpikir, kliennya seperti itu karena sedang dalam keadaan mabuk. Lagipula, ini panggilan kedua padanya. Pernah saat itu, Benigno menghujani miliknya dengan kasar sambil menyebut nama Berliana. Benigno terus meracau meluapkan rasa kecewanya kepada mantan istrinya.

"Pergi kau ja*lang! Mengapa kau masih berdiri di sini!"

Benigno bangkit, dan menatap Cat dengan tatapan tajam. Dia meminta Cat memakai pakaiannya kembali, dan segera pergi dari apartemennya.

"Roberto akan transfer bayaran kamu!" ucap Benigno tegas.

Dengan berjalan sempoyongan dan tubuh polos, Benigno membuka pintu apartemennya. Kemudian menutupnya kembali dengan kasar.

"Kenapa wajahnya selalu hadir, bahkan saat aku dalam keadaan seperti ini!"

Benigno langsung membaringkan tubuhnya di ranjang sebelum dia benar-benar tak sadar. Malam itu akhirnya dia memilih untuk tidur. Meskipun miliknya tak juga tertidur. Dia sudah tak sanggup membuka matanya, hanya racauan tak jelas yang kini dia ucapkan.

"Daddy—"

Ana terbangun dari tidurnya. Tubuh dan wajahnya penuh keringat. Dia bermimpi tentang daddynya. Ana mencoba mengatur napas dan jantungnya yang berpacu cepat.

Sampai akhirnya dia memutuskan untuk ke kamar daddy. Tapi sayangnya, daddynya tak ada. Kamar daddynya tampak kosong, dan masih terlihat rapih. Ana tampak lesu, hingga akhirnya dia memutuskan untuk tidur di kamar daddynya.

“Apa Daddy marah padaku?”

Terpopuler

Comments

Lastri

Lastri

moga ada adegan panasy

2024-04-25

0

AAhasan Hasan Ahmad nawawi

AAhasan Hasan Ahmad nawawi

daddy tak marah ana cuman galau antara ya dan tidak cinta sama kamu 🤗

2024-04-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!