Padahal, Benigno sudah melihat Ana sejak Ana datang dan turun dari mobil Dave. Benigno pun tak paham dengan perasaannya sendiri. Melihat Ana diantar dengan seorang laki-laki, dia merasa kesal.
"Untunglah, Daddy tak melihatku."
Ana bergegas langsung masuk ke dalam kamarnya, dia hendak mandi. Agar daddynya tak tahu, kalau dia baru pulang.
Dia hendak memarahi Ana, karena dia merasa kesal Ana sudah mengabaikan pesannya yang tak memperbolehkan dia menjalin hubungan dengan laki-laki manapun.
Benigno sudah berada di depan pintu kamar Ana. Dia langsung membuka pintu kamar Ana dengan kasar.
"Kemana dia?" Benigno bermonolog.
Dia tak menemukan Ana, sampai akhirnya dia mendengar suara air di dalam kamar mandi, dan juga mendengar Ana sedang bernyanyi. Benigno memilih menunggu Ana keluar dari kamar mandi. Dia sudah duduk di tepi ranjang Ana. Niat hati ingin menyenangkan hati Ana dengan pulang cepat, dia justru dibuat kesal oleh Ana.
"Daddy?"
Dia terkejut, saat melihat daddynya sudah berada di kamarnya. Benigno tampak menelan salivanya, gairahnya bangkit melihat anak angkatnya hanya menggunakan handuk keluar dari kamar mandi.
"Kenapa? Pasti kamu terkejut 'kan melihat Daddy berada di kamar kamu," sahut Benigno sinis.
Tatapan Benigno saat itu, begitu menakutkan. Membuat Ana bergidik ngeri. Ana hanya menganggukkan kepalanya. Dia salah. Sekarang dia yakin kalau daddynya pasti melihat dia di antar Dave.
"Sepertinya, ini ide bagus," Ana berkata dalam hati.
Rasa takut Ana kini hilang. Dia memiliki ide. Ana justru sengaja ingin memancing perasaan daddynya kepadanya. Ana memang sudah tergila-gila dengan pesona daddy angkatnya. Benigno hilang kesadaran, karena tertutup perasaan yang sebenarnya dia tak mengerti. Dia menarik tangan Ana, dan melempar tubuh Ana ke ranjang. Kini tubuh kekarnya sudah mengukung anak angkatnya, dan mengunci kedua tangan Ana.
"Sudah berapa kali Daddy bilang sama kamu. Jangan pernah menjalin hubungan dengan laki-laki manapun! Kenapa kamu tak dengar perkataan daddy?" pekik Benigno.
Ana begitu ketakutan, sampai-sampai dia meneteskan air matanya. Melihat Ana menangis, Benigno merasa tak tega. Benigno langsung bangkit. Lagi-lagi dia hampir hilang kendali.
"Maaf, jika daddy sudah membuat kamu menangis dan ketakutan! Daddy hanya tak suka melihat kamu dekat dengan laki-laki. Daddy yakin, dia bukan laki-laki yang baik untukmu," ucap Benigno.
"Aku ingin memiliki kekasih, yang bisa menyayangi aku dan menemani hari-hariku. Aku kesepian," ungkap Ana.
"Apa kamu bilang, kamu ingin mencari laki-laki yang bisa menyayangi kamu? Apa rasa sayang Daddy kepadamu selama ini tak cukup? Kalau kamu merasa kesepian, kamu 'kan bisa berkawan dengan wanita. Bukannya kamu memiliki dua orang sahabat. Ini hanya akal-akalan kamu saja 'kan? Apapun alasannya, Daddy tak suka kamu menjalin hubungan dengan laki-laki manapun!" ucap Benigno tegas
Baru saja Benigno hendak melangkahkan kakinya, Ana berteriak. "Daddy egois, aku benci daddy!" Membuat langkah Benigno terhenti, dan kini menatap ke arah anak angkatnya.
Lagi-lagi Ana mengatakan membenci daddynya, tapi nyatanya dia masih saja terjebak dengan perasaan kepada daddynya. Dia tak bisa benar-benar meninggalkan daddy angkatnya.
Benigno tak ingin memperpanjangnya. Dia takut, berujung fatal. Benigno memilih pergi meninggalkan kamar Ana, kembali ke kamarnya.
Ana tak turun, untuk makan malam. Sebagai bentuk rasa protesnya kepada sang daddy. Benigno merasa kesepian. Dia menyuruh pelayan mengantarkan makanan ke kamar Ana.
"Aku tidak mau makan! Sudah sana pergi!" teriak Ana dan terdengar Benigno yang saat itu sedang menyantap makan malamnya.
Ana langsung menutup pintu kamarnya dengan kasar.
"Apa sikapku kepadanya begitu keterlaluan?" Benigno bermonolog.
Kali ini Benigno memilih mendiamkan Ana, memberikan kesempatan Ana untuk menenangkan diri. Dia lebih memilih pergi mengunjungi Klub malam. Namun, malam ini dia berbeda. Dia menolak ditemani cewek-cewek seksi, yang berniat menggodanya. Dia hanya ingin menenangkan pikirannya, di temani Roberto.
"Apa sikap saya kepada Ana terlalu berlebihan?" Benigno bertanya kepada sang asisten.
Benigno menceritakan apa yang terjadi pada dia dan Ana. Padahal tujuan dia hanya ingin melindungi Ana dari laki-laki yang tak bertanggung jawab. Dia tak ingin Ana tersakiti.
"Saya rasa tidak, Tuan! Apa yang Anda lakukan sudah sewajarnya. Rasa khawatir seorang Daddy kepada anaknya. Anda hanya perlu sedikit pendekatan kepadanya. Nona Ana sudah semakin besar. Pantas jika dia protes seperti itu, dia membutuhkan perhatian dari Anda. Agar dia tak mencarinya pada laki-laki lain," jelas Roberto.
"Atau mungkin, Anda jodohkan saja dia dengan laki-laki pilihan Anda. Agar Anda tenang," timpal Roberto lagi.
"Tidak! Ana masih sangat muda untuk menikah, saya ingin dia fokus kepada kuliahnya," sarkas Benigno dengan cepat.
Entah berapa sloki Benigno menenggak minumannya. Seperti biasa, dia selalu mabuk. Hingga akhirnya, Roberto harus membawa bosnya pulang secara paksa.
"Apa Tuan Benigno mencintai anak angkatnya? Mengapa dia terus meracau, memanggil-manggil Ana?" Roberto berkata.
Sepanjang perjalanan Benigno terus menyebut nama anak angkatnya, dan mengatakan kalau dia tak rela Ana menjadi milik laki-laki lain.
Mereka sudah sampai di Mansion. Kala itu Ana belum tidur, mendengar suara Roberto yang berbicara dengan pelayan. Ana akhirnya keluar dari kamarnya, dan melihat apa yang terjadi.
"Apa yang terjadi dengan Daddy?" tanya Ana, saat Roberto hendak pergi.
"Seperti biasa, Daddy kamu mabuk. Tak terjadi apa-apa," sahut Roberto.
Roberto pergi meninggalkan Ana, karena dia ingin segera pulang. Tubuhnya terasa begitu lelah, mengikuti bosnya yang kerap mabuk.
Ana membuka pintu kamar daddynya secara perlahan, dan menatap wajah tampan Benigno.
"Ana—"
Ana mengerutkan keningnya. Mengapa daddynya bisa tahu, dia berada di sana. Padahal dia lihat, mata daddynya terpejam saat itu.
"Maafkan aku Dad, sudah membuat Daddy seperti ini," ucap Ana.
Dia tak tahu, kalau daddynya saat ini hanya meracau, karena sedang dalam pengaruh alkohol.
Ana berjalan menghampiri daddynya, dan duduk di tepi ranjang.
"Apa Daddy marah padaku?" tanya Ana.
Benigno membuka matanya, dan hanya menatap wajah cantik anak angkatnya. Namun, tidak dalam keadaan sadar. Dia langsung menarik tangan Ana. Dengan perasaan takut, Ana ikut berbaring di sebelah daddynya.
Ini pertama kalinya dia tidur satu ranjang dengan daddy angkatnya. Ana terkejut, saat bibir daddynya mendekat, dan mencium bibirnya. Perlahan, Ana pun menikmati ciuman daddynya. Benigno adalah laki-laki yang pertama kali mencium bibirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Intan Wulandari
lanjut
2024-04-30
0