Jangan lupa tinggalkan jejak.
Happy reading.
Aku sengaja mencuri waktu, untuk sekedar mengistirahatkan fisik, dan psikis ku. Sebulan ini, aku harus menghandle setumpuk pekerjaan, yang tak ada habisnya, padahal aku sedang patah hati, sungguh kejam rasanya.
Keponakan brengsek, yang sudah sebulan menikahi mantan tunangan ku, benar-benar mengerjai ku habis-habisan, bukan hanya soal pekerjaan, tapi tingkahnya yang berkali-kali memamerkan kemesraan di depanku, lama kelamaan membuat ku muak. Aku sudah tak tahan, aku nekad melarikan diri dari ibu kota.
Bukan melarikan diri sepenuhnya, hanya absen dari perkumpulan keluarga, yang rutin dilakukan di akhir pekan.
Dengan dalih ada pekerjaan mendadak di luar kota, aku tak menghadiri pertemuan itu. Hal ini terjadi begitu saja tanpa aku rencanakan, saat itu, Fero asistenku menyinggung soal adanya manajer baru, disalah satu resort milik keluargaku yang ada di Bali.
Manajer baru itu, ternyata salah satu sepupu jauh Fero. Awalnya, Fero meminta izin padaku untuk mengunjungi sepupunya, sekaligus memeriksa kondisi resort secara langsung.
Aku yang sedang bingung mencari ide untuk melarikan diri dari pertemuan keluarga, mendadak mendapatkan ide untuk mengunjungi resort.
"Tapi bos, udah lama banget nggak ketemu sepupu gue, biar gue aja lah,"
Aku merayu asistenku, dan menjanjikan bonus besar bulan depan, Fero yang mata duitan, tentu langsung menyetujuinya, "Nggak apa-apa bos, gue bisa ketemu sepupu gue, kapan-kapan."
Karena mendadak, aku langsung meninggalkan kantor, setelah Fero menyetujuinya. Aku pulang ke apartemen terlebih dahulu.
Aku menyetir sendiri ke bandara, aku lupa jika ini hari Jum'at, dimana lalu lintas sedang padat-padatnya, alhasil waktu yang ku tempuh jauh lebih lama.
Benar-benar sial, aku sempat berfikir, apa mungkin karena aku membohongi keluargaku?
Dan kesialan itu, tak berhenti sampai disitu, aku ketinggalan pesawat, ingin rasanya aku mengumpat, aku kesal dengan apa yang menimpaku.
Tak kehabisan akal, aku membeli tiket untuk keberangkatan berikutnya, sayangnya full, astaga, aku ingin marah sekarang.
Aku duduk diam, disalah satu kursi ruang tunggu, melihat orang berlalu lalang, sibuk sekali.
Tanpa sengaja, aku mendengar seseorang dengan jarak satu kursi dariku, tengah berbicara di telepon. Bukan maksudku menguping, aku tidak tuli, jadi aku dengar apa yang bicarakan, pun suaranya yang sedikit keras.
Intinya, orang itu membatalkan keberangkatannya, dikarenakan salah satu anggota keluarganya mengalami kecelakaan.
Aku berdehem, aku menyampaikan simpati ku, dan meminta ijin untuk mengganti tiket miliknya, dua kali lipat, dari harga yang tertera.
Aku bernafas lega, aku senang, akhirnya aku tetap bisa berangkat, disaat menit terakhir pesawat yang aku tumpangi.
Aku memang sengaja memakai topi, dan masker, agar bisa menutupi wajahku, aku ingin tidur selama di pesawat.
Tapi baru saja, aku akan memejamkan mata, saat pesawat mulai take off, tanganku diremas oleh wanita disebelah ku, alhasil aku kaget, aku menatap wanita itu, kesal.
Dia meminta maaf, dan mengaku takut, karena ini kali pertama, dia menaiki pesawat, tapi aku tak peduli, aku tak menjawab, dan langsung menurunkan topi, menutup mataku, aku butuh tidur.
Aku terbangun, saat mendengar pemberitahuan, jika pesawat akan segera landing. Aku bangkit, dan melangkah keluar bersama dengan penumpang lainnya.
Aku menghubungi Agung, orang yang mengurus villa milik keluargaku, memintanya untuk menjemput ku di bandara.
Aku mampir ke toilet terlebih dahulu, untuk buang air kecil, dan sedikit membasuh wajah ku, agar lebih segar.
Satu hal yang membuatku terkejut, yaitu keberadaan wanita yang tadi duduk di sebelahku, saat di pesawat, sedang bersama Agung, meski ingin bertanya, tapi aku lebih memilih diam, masa bodoh, aku tak peduli.
Saat berada di mobil yang dikemudikan Agung, barulah dia bercerita, jika wanita yang kembali duduk di sebelahku, adalah penyewa villa yang biasa ditempati keluargaku.
Aku tak masalah, sudah terlanjur, toh penyewa menempati kamar bawah, sementara kamarku ada dilantai atas.
Sampai di villa, aku langsung naik ke kamar ku, ada pekerjaan yang harus aku periksa, tadi saat di mobil, Fero mengirimiku email.
Aku berada di depan laptop, selama lebih dari satu jam, meski kesal waktu libur terganggu, aku tak punya pilihan lain, sudah jadi tanggung jawab ku, sebagai pimpinan.
Aku meregangkan tubuhku begitu pekerjaan ku selesai, aku menilik gelasku, kopi yang tadi sempat Agung buatkan untukku, telah habis.
Aku beranjak turun ke bawah, hendak menaruh gelas kotor, dan mengambil botol air mineral, tapi tercium aroma wangi khas mie instan.
Mendadak perutku lapar, aku ingat, aku belum sempat makan malam, aku sempat berfikir, apa Agung masih berada disini? Bukankah tadi bilang ingin pulang?
Aku mempercepat langkahku menuju dapur, aku mendapati seorang wanita tengah menaruh semangkuk mie instan, di meja makan.
Aku meminta wanita itu, memasak mie instan untukku, masa bodoh, aku lapar, perut ku harus diisi.
Dia memberikan mangkuknya, yang katanya belum dia makan, aku menerimanya dan mulai memakannya.
Tapi saat mataku tanpa sengaja, menatapnya sedang memasak, aku melebarkan mataku. Astaga wanita itu mengenakan piyama tipis, saking tipisnya, aku bisa melihat warna dalamannya. Hampir saja aku tersedak.
Sialan, aku menjadi salah tingkah sendiri. Mendadak terlintas dalam pikiranku, sesuatu yang sudah lama sekali tak aku lakukan.
Aku memaki diriku sendiri, hanya karena melihat bokong sintal itu, milikku mendadak mulai bangun, bagaimana jika.... Aku menggelengkan kepalaku, mengusir semua pikiran kotorku.
Aku segera menghabiskan mie instan yang ada di hadapanku, mengapa rasanya enak sekali? Bagaimana jika.... Aku menggelengkan kembali kepalaku, mumpung logikaku masih bisa mengendalikan diriku, aku harus segera pergi dari sini, aku tidak boleh bertindak gila, aku disini untuk liburan, bukan menambah masalah.
Aku menaruh begitu saja, mangkuk bekas makanku, di wastafel, dia bilang agar ditaruh saja, dia yang akan mencuci, siapa juga yang akan mencucinya, itu tak akan aku lakukan.
Aku melangkahkan kakiku lebih lebar, menuju kamarku, aku tidak boleh terlalu lama berada di ruangan yang sama, dengan wanita asing itu.
Sialnya otakku sudah terlanjur membayangkan sesuatu yang.... Aku lebih memilih menuntaskannya sendiri dibawah guyuran shower yang dingin, sembari membayangkan bokong sintal tadi.
Benar-benar brengsek, bisa-bisanya aku memikirkan hal itu, aku memang sudah lama tak bermain dengan wanita, tapi tak seharusnya pikiran ku tak seperti ini.
Ibu dan kakakku, mengawasi dengan ketat, dan memberiku banyak pekerjaan, sehingga aku tak ada waktu untuk bermain-main dengan para wanita.
Aku tau mereka memiliki alasan, melakukannya, mereka takut, jika aku kembali ke kebiasaan lamaku, saat masa SMA, dan saat berkuliah, mengejar gelar master di Amerika.
Selama di negeri Paman Sam, aku terlibat pergaulan bebas, hampir semua pelanggaran aku lakukan, termasuk bergabung menjadi anggota gangster di sana.
Aku ketahuan, saat Denis, keponakan brengsek itu, mengadukan pada ibu, dan kakakku, alhasil aku diminta untuk pulang ke Indo, usai menyelesaikan kuliahku.
Aku sempat diisolasi disalah satu pondok pesantren di Jawa Timur, dengan tujuan supaya aku kembali ke jalan yang benar.
Mungkin sejak itulah, aku kembali ke jalan yang benar, tidak sepenuhnya, aku hanya tak bermain wanita, kenakalan yang lain, diam-diam aku masih melakukannya.
Aku bernafas lega, saat hasrat ku tersalurkan, aku segera mengakhiri mandi malam plus-plus.
Sembari mengeringkan rambut, aku mengambil obat tidur, yang biasa aku konsumsi, atas resep dokter, aku harus segera tidur, jangan sampai otak kotorku datang lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Eni Yunani
Jangan lupa tinggalkan jejak
2025-01-17
0