Jangan lupa tinggalkan jejak
Happy reading.
Rumi baru saja membuka matanya, lelah yang semalam dia rasakan, kini telah hilang, tidurnya nyenyak, kasur yang empuk, dan air conditioner dengan suhu pas, jadi alasannya.
Dia meraih ponsel diatas kabinet, Rumi duduk disisi ranjang, menampakan kakinya di lantai yang dingin.
Ada beberapa pesan masuk dari kekasih, sahabat, juga atasannya, semua isinya hampir sama, menanggapi pesan yang dia kirimkan semalam, dia memberitahukan jika, dirinya telah tiba di Villa dengan selamat.
Waktu menunjukkan pukul tujuh pagi, Rumi kesiangan, dia bangkit melangkah menuju jendela yang masih tertutup gorden tebal berwarna pastel.
Dan sebuah pemandangan dibalik jendela, membuatnya menganga, astaga seumur hidupnya, baru kali ini, dia melihat tubuh kekar seorang laki-laki, dengan otot-otot nyaris sempurna.
Lelaki semalam, yang dia beri satu mangkuk mie instan, kini tengah melakukan peregangan di bibir kolam renang.
Rumi menggelengkan kepalanya, berusaha menyadarkan dirinya, agar tidak terpesona dengan lelaki yang bernama Dimas. Dia ingat dia sudah memiliki Ari, dia harus setia.
***
Usai mandi dan mengenakan kaos lengan pendek dan celana pendek selutut, Rumi melangkah menuju dapur, dia butuh sarapan.
Di sana dia bertemu Agung, bersama dengan seorang gadis muda, tengah membuat sarapan.
"Pagi mbak Rumi," Sapa Agung ramah, Rumi menyahutinya, sembari duduk di kursi, melihat kedua orang itu, "Perkenalkan, ini adik saya, Devi, dia yang akan menjadi tour guide nya mbak Rumi selama disini," Agung juga menjelaskan, mengapa bukan dia yang mendampingi Rumi, selama berada di Bali.
"Nggak apa-apa bli, saya tidak keberatan kok," sahut Rumi.
Devi menyajikan piring berisi sandwich dihadapan Rumi, juga segelas susu, "Silahkan sarapan mbak," ucapnya ramah.
"Terima kasih," balas Rumi tersenyum, dia mulai menikmati sarapan, sembari melihat Devi yang membawa piring berisi salad, dan segelas susu, juga air mineral didalam botol.
"Bli, boleh saya tanya?"
Agung berdehem, "Pak Dimas itu, beneran pemilik villa ini ya?"
"Iya, lebih tepatnya keluarganya, sudah lebih dari sepuluh tahun, sepertinya,"
"Lama juga ya, bli."
"Sebenarnya bukan cuman satu mbak, ada banyak, cuman keluarga pak Dimas lebih suka menginap di villa ini,"
"Orang kaya ya, Bli," Rumi mengatakannya, usai menelan sandwich yang telah dia kunyah sebelumnya.
"Banget mbak, beliau pemilik pabrik obat dan alat kesehatan, belum lagi usaha propertinya, pokoknya orang kaya deh, cuman ya sayang, hingga saat ini, beliau masih singel, padahal usianya sudah kepala tiga,"
Rumi hanya ber oh ria, "Padahal mbak, keponakannya belum lama nikah Lo, bulan madunya di villa ini malah,"
Rumi mengangguk-angguk sembari terus memakan sandwich dihadapannya, "Ya gitu deh mbak, kalau orang terlalu mengutamakan karir, jadi malas buat nikah," sambung Agung.
"Mungkin beliau masih terlalu sibuk, atau belum bertemu wanita yang pas," sahut Rumi.
"Bisa jadi mbak, kalau dipikir-pikir, beliau punya fisik yang oke, dan mapan, sifatnya juga baik, pasti banyak yang suka, Devi salah satunya," ujarnya tersenyum kecut.
Rumi tertawa, melihat ekspresi yang ditunjukkan Agung, "Itu hak nya Devi, bli," katanya, "Toh pak Dimas masih singel, bukan sebuah kesalahan, kali aja mereka jodoh, kan lumayan punya ipar kaya raya, dan Devi juga terjamin masa depannya,"
Agung menghela nafas, "Tapi saya cukup tau diri mbak, beliau terlalu tinggi untuk digapai, kami dari kalangan rakyat jelata, kayaknya kurang cocok aja, dan bisa saja Devi tak bisa menyesuaikan dengan pola hidup keluarga pak Dimas."
"Jangan pesimis gitu dong bli, jodoh kan nggak ada yang tau, saran saya selama pak Dimas masih singel, biarkan Devi tetap memiliki rasa itu, itu hak dia,"
"Tapi saya tidak mau, adik saya patah hati,"
Belum sempat Rumi menyahut, Devi datang, membawa piring, dan gelas kosong.
***
Rumi meminta Devi, untuk membawanya ke area perbukitan, dan persawahan, dia ingin memanjakan matanya melihat suasana hijau pepohonan.
Rumi sempat melakukan panggilan video pada kekasihnya, memberitahukan tentang keberadaannya, dan berharap, jika mereka menikah nanti, akan berbulan madu kesini.
Karena kelelahan, Rumi meminta diantar kembali ke villa, usai makan siang di salah satu restoran, yang menyediakan makanan khas, setempat.
Rumi heran melihat kelakuan Devi, gadis berusia dua puluh tahun itu, celingak-celinguk, saat baru memasuki Villa.
"Cari apa sih? Apa ada barang kamu yang ketinggalan tadi pagi?" tanya Rumi, ketika dirinya baru saja mengambil botol air mineral dingin dari dalam kulkas, dia bahkan langsung meminumnya, hingga menyisakan seperempat botol.
"Aku cari pak Dimas, cuci mata dulu sebelum pulang," ucap Devi malu-malu.
"Pergi kali orangnya," Rumi menawarkan minum untuk gadis itu.
"Yah, sayang banget, padahal pengen banget lihat,"
"Ya udah kamu tunggu saja, aku mau ke kamar dulu ya," Rumi menghabiskan sisa air mineral di botol yang dia genggam.
"Aku pulang aja deh mbak, kalau mau keluar atau jalan-jalan, hubungi Devi kapanpun, akan aku antar kemanapun, mbak Rumi inginkan," Rumi menunjukan kedua jempolnya.
Sepeninggal Devi, Rumi memutuskan untuk tidur siang, tapi sebelumnya, dia butuh mandi, tadi dia berkeringat cukup banyak, dia tidak nyaman dengan tubuhnya yang lengket.
***
Rumi baru bangun, saat hari senja, dia menggeliat, lagi-lagi dia bisa tidur nyenyak, andai saja kasur di kamar kosnya senyaman ini.
Dia melihat ke arah jendela kaca, yang menghadap langsung pada kolam renang, Rumi jadi ingat bikini yang dibawanya.
Sepertinya ini saatnya dia mencoba untuk memakainya, tapi sebelum itu, dia mengamati melihat suasana villa, begitu sepi tak ada tanda-tanda keberadaan manusia selain dirinya, dia memutuskan untuk berenang.
Bukannya Rumi takut, dia hanya tak ingin tubuhnya dilihat oleh orang lain, dia malu.
Rumi sempat memanggil pemilik Villa beberapa kali, tapi tak ada sahutan, itu artinya tak ada orang lain.
Rumi, segera mengganti bajunya, dengan bikini two piece berwarna merah menyala, kontras sekali dengan kulitnya yang putih.
Dia sempat bercermin, melihat bagaimana penampilannya saat ini. Astaga, dia seksi sekali, belahan dadanya terlihat jelas, belum lagi perut rata miliknya, jangan lupakan pangkal pahanya. Jika Ari tau, bisa-bisa lelaki itu akan memarahinya. Tak apa toh hanya sekali, dan kini dia hanya sendiri, di villa ini.
Rumi mengenakan bath rob terlebih dahulu, tak lupa handuk kecil, dia melangkah menuju kolam renang.
Demi meminimalisir cidera, dia melakukan peregangan terlebih dahulu, setelah melepaskan bath rob.
Angin sepoi-sepoi menerpa kulitnya, dibawah cahaya matahari sore, yang tak terlalu panas, nyaman sekali suasananya.
Rumi cepol rambut panjangnya, agar tak basah, dia tak ingin menyelam.
Rumi mulai mencelupkan tubuhnya, mulai berenang dari satu sisi ke sisi lainnya, sudah lama sekali dia tidak berenang, mungkin setahun yang lalu, saat tempatnya bekerja mengadakan wisata bersama ke cottage pinggir pantai.
Sayangnya kegiatan menyenangkannya terganggu, oleh kehadiran seseorang, yang tiba-tiba bergabung di kolam renang berbentuk persegi panjang itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
❀ℕ𝕒𝕕𝕚𝕝𝕒 ℕ𝕚𝕤𝕒❀
kok blm update kak
2024-04-22
1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus iklan yuk lanjut 👍
2024-04-20
1