Meet You

Rumi baru saja menginjakkan kakinya di pesawat yang dia tumpangi. Pramugari dengan seragam berwarna hijau itu, menyambutnya dengan senyuman ramah, ini kali pertama baginya menaiki transportasi udara.

Rumi sedikit gugup, tapi dia berusaha meyakinkan dirinya, bahwa semuanya akan baik-baik saja, pesawat yang dinaikinya, tak akan jatuh, dan mengantarkannya ke tempat tujuan dengan selamat.

Pramugari memberitahukan letak kursi, yang tertera di tiket miliknya, Rumi lega, setidaknya, tempat duduknya, berada tepat di samping jendela, berharap bisa melihat pemandangan dari ketinggian, atau sekumpulan awan, tapi ini kan malam hari, ah seharusnya dia meminta bos nya membeli tiket pesawat, dengan keberangkatan siang.

Kursi-kursi mulai terisi penuh, hanya tersisa kursi kosong disebelahnya, mengingat hari ini merupakan hari Jum'at, banyak warga ibu kota, yang memanfaatkan waktu untuk sejenak menghabiskan akhir pekan di pulau Dewata.

Ponsel yang tengah digenggamnya bergetar, kekasihnya menghubunginya.

"Kamu udah sampai bandara dek?"

"Udah mas, malah udah duduk di kursi pesawat nih, kamu udah pulang?" tanya Rumi, waktu di ponselnya, menunjukan pukul dua puluh lebih dua puluh lima menit.

"Belum dek, ini lagi break meeting dulu, pada mau makan malam dulu,"

"Kalau udah selesai, mas langsung ke hotel ya, istirahat, Rumi nggak mau mas kecapean, terus sakit,"

"Iya Harumi sayang, mas akan langsung istirahat begitu sampai hotel, kamu hati-hati di sana, kalau udah sampai kabari mas ya!"

Terdengar suara pilot berbicara, memberitahukan pada penumpang, jika pesawat akan segera lepas landas, seraya mengingatkan para penumpang untuk memasang sabuk pengaman.

Baru saja Rumi selesai menautkan sabuk pengaman, seseorang baru saja duduk di kursi kosong disebelahnya.

Seseorang yang mengenakan Hoodie navy, dengan topi dan masker yang menutupi wajah, lalu duduk disebelahnya, Rumi menoleh, "apa artis ya? Kok pake masker segala"

Pesawat mulai melaju, Rumi bisa merasakan getarannya, dia mulai meras takut, bahkan saat lepas landas, tanpa dia sadari, dia meremas tangan besar milik seseorang yang berada disebelahnya.

Hingga pesawat mulai stabil, dia baru tersadar, dia melebarkan matanya, menatap tangan miliknya, yang bertumpu pada tangan milik seseorang disebelahnya, dia menoleh, lalu tatapan mereka bertemu.

Rumi malu bukan main, "Maaf, saya tidak sengaja, saya sedikit takut, karena ini pertama kalinya, saya menaiki pesawat," ujarnya polos.

Sayangnya, tak ada tanggapan dari orang yang memakai masker hitam itu, Rumi semakin merasa tidak enak, apalagi lelaki itu justru menurunkan topinya menutupi matanya.

Tak mau ambil pusing, Rumi memilih menutup matanya, hari ini rasanya dia lelah, dari siang hingga sore, dia harus beberapa kali menghadapi customer yang datang ke showroom, dikarenakan salah satu rekannya tak datang hari ini.

Rumi bersyukur, setidaknya perjalanan pertamanya menggunakan transportasi udara, tak menemui masalah, dia juga tidak muntah, ataupun pusing.

Dia bersama penumpang lainnya mulai turun dari pesawat, Rumi berjalan dibelakang lelaki yang mengenakan Hoodie navy, dia lebih memilih menunduk, melihat langkah sepatu miliknya, dari pada melihat punggung lebar yang ada didepannya.

Di pintu keluar, Rumi celingukan, mencari orang yang akan menjemputnya, atasannya mengatakan jika selama di pulau ini, dia akan didampingi oleh tour guide, supaya lebih aman, mengingat dia berpergian sendiri.

Rumi melihat tulisan namanya tertera di kertas, yang dipegang oleh seorang lelaki dengan ikat kepala khas Bali.

Dia menghampiri, sembari menggeret kopernya, "Halo," Rumi tersenyum menunjukan deretan giginya, "Saya Bunga Harumi, panggil saja Rumi."

Lelaki itu balas tersenyum, sembari mengulurkan tangannya, "Saya Agung,"

"Jadi Bli, dimana mobilnya, saya ingin segera sampai villa, saya lelah dan mengantuk," Rumi bahkan harus menutup mulutnya, hampir saja dia menguap.

"Tunggu sebentar mbak, saya sedang menunggu satu orang lagi, kebetulan menaiki pesawat yang sama," ujar Agung, seraya melihat ke arah pintu kedatangan.

Rumi yang lelah, memilih duduk di kursi tak jauh dari sana, hingga lima menit berlalu, Agung bersuara memanggil seseorang, "Pak Dimas,"

Rumi menoleh, terlihat seorang lelaki yang mengenakan Hoodie navy, dengan topi dan masker, melambaikan tangan ke arah Agung.

"Apa kabar pak Dimas?" tanya Agung ramah, sembari berjabat tangan.

"Baik," singkat sekali jawaban lelaki tinggi itu.

"Ayo mbak Rumi, saya antar ke villa," Agung mengambil alih koper milik Rumi, dan lelaki yang dipanggil Pak Dimas.

Rumi ingat lelaki itu, yang tadi duduk disebelahnya saat berada di pesawat.

Agung melangkah ke parkiran, dimana mobil hitam terparkir, dia membukakan pintu untuk dua tamunya.

Walau hari sudah malam, tapi suasana jalan yang dilaluinya, masih cukup ramai, "Maaf pak Dimas, saya sudah terlanjur menyewakan salah satu kamar villa," Agung sudah cukup lama menjadi penjaga villa milik keluarga Dimas, sehingga sudah tau, jika pemiliknya sedang berkunjung, villa tidak boleh disewakan, untuk kepentingan privasi, seperti halnya saat keponakan Dimas, berbulan madu sekitar sebulan lalu.

"Tidak apa-apa, sudah terlanjur, toh saya kesini juga mendadak," Dimas baru mengabarinya sore tadi, dia sama sekali tak berencana berlibur, apalagi pekerjaannya begitu padat, tapi karena suasana hatinya sedang buruk, sehingga dia mencuri waktu untuk sekedar menyendiri.

Agung terus mengemudi, "Oh ya pak Dimas, disebelah itu, penyewa villa, namanya mbak Rumi,"

Tak ada tanggapan dari Lelaki yang masih betah memakai masker, padahal ini sudah didalam mobil.

***

Rumi baru saja menyelesaikan ritual mandinya, tadi dia belum sempat mandi, karena khawatir ketinggalan pesawat, beruntung di villa, memakai heater, sehingga dia bisa melemaskan ototnya yang kaku, akibat seharian bekerja.

Niat hati ingin langsung menyelami alam mimpi, tapi perutnya berbunyi, dia lapar, dia ingat terakhir makan, saat makan siang, itupun satu porsi sharing dengan rekan kerjanya.

Kebetulan, kamar yang ditempatinya berada di lantai satu, dan terletak tak jauh dengan dapur bersih, terhalang ruang tengah, yang berisi beberapa sofa.

Rumi membuka lemari dapur, mencoba mencari makanan instan, untuk mengganjal perutnya yang lapar, tak ada nasi ataupun lauk matang, hendak pesan melalui ojek online, tapi ini sudah malam, dia tidak tega, membiarkan orang lain sibuk, untuk kepentingannya, walau dia tau hal itu memang pekerjaan mereka.

Dia menemukan beberapa bungkus mie instan, kopi sachet, juga sereal, untungnya d kulkas, selain minuman, terdapat beberapa butir telur.

Dia mulai mengambil panci kecil, dan mengisinya dengan air kran, dia mulai menyalakan kompor, saking laparnya dia memasak dua bungkus mie instan sekaligus, dan juga telur sebanyak jumlah yang sama, masa bodo dengan diet, dia tinggal workout esok, yang penting dia tidur dalam keadaan kenyang.

Hanya beberapa menit, semangkuk mie instan dengan dua telur tersaji dihadapannya, tercium aroma wangi khas mie instan, dia menunggu agar sedikit hangat, tapi baru saja dirinya mengaduk, seseorang berdehem, membuatnya mendongak.

Seseorang lelaki yang mengenakan kaos tanpa lengan, dan celana pendek berwarna hitam, berdiri di seberang meja makan, Rumi melebarkan matanya tak percaya.

"Bisa tolong masak mie instan untuk saya?" suara berat itu, Rumi kenali, dia pemilik villa ini, yang tadi bersamanya dalam pesawat.

Rumi tak menyangka, dibalik masker hitam yang menutupi, tersembunyi wajah tampan, yang membuatnya sempat terpana.

Meski gugup, Rumi berusaha tetap tenang, "Silahkan makan punya saya saja pak, baru matang, dan belum saya apa-apain." dia menyodorkan mangkuk miliknya.

Dimas duduk di kursi seberangnya, dan mulai memakan mie instan buatannya, setelahnya, Rumi berbalik, dan kembali memasak yang sama.

Baru hendak menuang mie yang telah matang, Dimas menaruh mangkuk bekas makannya di wastafel. "Biar saya yang cuci pak,"

Dimas berdehem, lalu berlalu dari dapur tanpa berucap terima kasih, Rumi hanya bisa tersenyum kecut, "Untung ganteng," gumamnya.

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

iya untung ganteng 😍 like plus iklan👍

2024-04-20

0

❀ℕ𝕒𝕕𝕚𝕝𝕒 ℕ𝕚𝕤𝕒❀

❀ℕ𝕒𝕕𝕚𝕝𝕒 ℕ𝕚𝕤𝕒❀

lanjut ka...

2024-04-19

0

lihat semua
Episodes
1 Keponakan Sialan
2 Nasehat Untuk Harumi
3 Meet You
4 Hari Pertama
5 Dimas dan Pikirannya
6 Kolam Renang
7 Hasrat Menggebu
8 Galau
9 Permintaan
10 Jangan Main-main Dengan Saya
11 Mantan Tunangan
12 Pertanyaan Harumi
13 Kepikiran
14 Kembali Bertemu
15 Ide Gila
16 Terbuai Rayuan
17 Tawaran
18 Bagian masa Lalu
19 Showroom
20 Perjodohan
21 Ajakan Menikah
22 Berusaha Mengakhiri
23 Luluh
24 Cerita Dimas
25 Pengakuan Rumi
26 Akhir Pekan
27 Ungkapan Dimas
28 Kamar Hotel
29 Hasrat Dimas
30 Nasehat Dari Sahabat
31 Pikiran Buruk
32 Permintaan Terakhir
33 Hidup Tanpanya
34 Mengakhiri
35 Masalah Suami Istri
36 Reuni Keluarga
37 Kenyataan Pahit
38 Mobil
39 Pekerjaan Baru
40 Pertanyaan Rainer
41 Bertemu Kembali
42 Saran Dimas
43 Hadiah Untuk Bos
44 Makan Siang Bersama
45 Menghadap Pimpinan
46 Bolehkah Aku Mengejar Kamu?
47 Bahagia Itu Kembali
48 Tak Menyadari
49 Ajakan Makan Siang
50 Perdebatan
51 Kesal
52 Dua Wanita
53 Pertemuan Keluarga
54 Tawaran Fero
55 Ucapan Rainer
56 Pekerjaan Baru Lagi
57 Makan Malam
58 Bertemu Ari Lagi
59 Patah
60 Sakit
61 Perawat Dadakan
62 Perjanjian
63 Kekesalan Anggita
64 Ketegasan
65 Pembicaraan
66 Nembung
67 Hikmah
68 Kedatangan Mantan
69 Kegelisahan Dimas
70 Lamaran
71 Penganggu
72 Obrolan Dengan Mertua
73 Suami-istri
74 Bertemu Mantan
75 Perkelahian
76 Kantor
77 Pertentangan
78 Diajak Kabur
79 Pelarian
80 Akhir
81 Cerita baru
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Keponakan Sialan
2
Nasehat Untuk Harumi
3
Meet You
4
Hari Pertama
5
Dimas dan Pikirannya
6
Kolam Renang
7
Hasrat Menggebu
8
Galau
9
Permintaan
10
Jangan Main-main Dengan Saya
11
Mantan Tunangan
12
Pertanyaan Harumi
13
Kepikiran
14
Kembali Bertemu
15
Ide Gila
16
Terbuai Rayuan
17
Tawaran
18
Bagian masa Lalu
19
Showroom
20
Perjodohan
21
Ajakan Menikah
22
Berusaha Mengakhiri
23
Luluh
24
Cerita Dimas
25
Pengakuan Rumi
26
Akhir Pekan
27
Ungkapan Dimas
28
Kamar Hotel
29
Hasrat Dimas
30
Nasehat Dari Sahabat
31
Pikiran Buruk
32
Permintaan Terakhir
33
Hidup Tanpanya
34
Mengakhiri
35
Masalah Suami Istri
36
Reuni Keluarga
37
Kenyataan Pahit
38
Mobil
39
Pekerjaan Baru
40
Pertanyaan Rainer
41
Bertemu Kembali
42
Saran Dimas
43
Hadiah Untuk Bos
44
Makan Siang Bersama
45
Menghadap Pimpinan
46
Bolehkah Aku Mengejar Kamu?
47
Bahagia Itu Kembali
48
Tak Menyadari
49
Ajakan Makan Siang
50
Perdebatan
51
Kesal
52
Dua Wanita
53
Pertemuan Keluarga
54
Tawaran Fero
55
Ucapan Rainer
56
Pekerjaan Baru Lagi
57
Makan Malam
58
Bertemu Ari Lagi
59
Patah
60
Sakit
61
Perawat Dadakan
62
Perjanjian
63
Kekesalan Anggita
64
Ketegasan
65
Pembicaraan
66
Nembung
67
Hikmah
68
Kedatangan Mantan
69
Kegelisahan Dimas
70
Lamaran
71
Penganggu
72
Obrolan Dengan Mertua
73
Suami-istri
74
Bertemu Mantan
75
Perkelahian
76
Kantor
77
Pertentangan
78
Diajak Kabur
79
Pelarian
80
Akhir
81
Cerita baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!