"Gak tau, free kayaknya. Kenapa?" tanya Harris kepo, sambil sekalian melirik ke arah kelas Jee. Menantikan kedatangan sang gadis agar bisa diantar pulang dengan selamat.
"Tanding yok!" ajak Amir semangat. "Udah lama nih kita gak tanding sama tim sebelah," katanya lagi.
Harris berdeham kurang minat. "Berdua doang gitu?" tanyanya malas. Matanya masih tak lepas dari kelas Jee. Dia kok belum keluar kelas, ya?
"Oiii Ris, ngelamun aja. Denger gak lo?"
"Apaan?"
"Sore ini tanding sama tim Macan Tutul, mau gak? Kalau mau gue ajak si Vino sama Bastian."
Tepat saat itu, netranya menangkap sesosok gadis baru saja keluar dari ruang kelasnya. Gadis itu tak lain dan tak bukan adalah Jee.
Harris mengangguk lalu bersiap menyalakan motornya. "Heh! Mau kemana lo?" tanya Amir.
"Balik lah, nanti kabarin aja gue by wassap bruh! Gue balik duluan, ya," kata Harris lalu menyalakan motornya dan menghampiri Jee yang sudah dekat ke gerbang sekolah.
Amir memerhatikan motor yang dikendarai Harris hingga motor itu menjauh dari kawasan sekolah.
"Kayak gitu sahabat? Gak caya gue," ucapnya skeptis. Lalu ia merogoh saku celananya dan menelepon seseorang. "Halo, lo dimana nyet? Gue ke sana ya!"
***
Sesampainya di rumah, Jee langsung masuk. Namun betapa terkejutnya ia saat mendapati sang Ibu terjatuh di dekat sofa.
"Ibu!" paniknya langsung berlari dan langsung memeriksa keadaan sang ibu. Ada luka lebam di dahi ibunya.
"Jeehan? Kamu sudah pulang, Nak?" tanya ibunya lemah, sebelah tangannya berusaha menangkup pipi sang putri. "Pulang sama siapa?" tanyanya lagi perhatian.
"Aku pulang sama Harris, Bu. Ibu! Ibu kok bisa kayak gini, sih?" mata Jee mulai berkaca-kaca, tak tega melihat ibunya seperti ini. "Ibu ... " luruh, air mata Jee tak bisa ditampung lagi.
"Jee jangan menangis, Nak. Ibu gak apa-apa, kok. Ibu tadi cuma kepleset terus gak sengaja deh nubruk meja," alibi Maura.
Jee menggeleng kuat, "Ibu selalu ngomong kayak gitu walaupun ibu lagi sakit. Lain kali hati-hati dong Bu," ceramah Jee.
"Ibu beneran gak apa-apa, Jee ... kamu udah makan belum? Makan dulu gih, nanti kamu sakit kalau telat makan." Maura mengulas senyumnya, berusaha terlihat baik-baik saja di depan anak perempuannya.
"Jee makannya nanti, sekarang Ibu istirahat di kamar ya, Bu. Jee bantuin Ibu."
Maura merebahkan dirinya yang terasa sakit, terutama dahinya yang lebam karena terantuk meja di ruang tamu. Namun kali ini bukan hanya tubuhnya yang sakit tatkala suaminya berucap hendak menjemput perempuan lain.
Ya, Maura terluka karena menghalangi suaminya pergi. Pergi menjemput kekasih gelapnya dari luar kota. Keduanya sempat beradu kata sampai akhirnya Hasya marah dan mendorong Maura hingga dahinya terbentur meja.
Maura merasa marah dan terluka namun tak bisa melakukan apapun selain menahannya dan menyembunyikan fakta menyakitkan itu dari Jeehan. Sungguh ia tak ingin sampai Jeehan tahu, bahwa sosok yang sangat dihormatinya ternyata mendua.
"Bentar, ya, Bu. Aku ambilin kompres dulu buat Ibu," kata Jeehan setelah membantu Maura merebahkan diri. "Ibu udah makan belum? Aku ambilin sekalian, ya." Belum sempat Maura menjawab, Jeehan lebih dulu keluar kamar.
"Maafin Ibu ya Jee," lirih Maura merasa bersalah. "Ibu gak mau kamu tau, biar Ibu aja yang menanggung semua ini." Hatinya benar-benar terkoyak, tapi sebagai ibu, ia dituntut untuk tetap kuat.
"Ibuuu, ayo makan dulu," kata Jee masuk sambil membawa nampan berisi makan. "Makan berdua, yuk!" ajaknya lalu mengambil satu suapan dan menyuapi Maura.
Diam-diam Jee memerhatikan luka lebam di dahi ibunya. "Bu, aku mau ke bawah sebentar ya."
Jee lalu mengambil ponselnya dan menghubungi Harris. "Halo, Ris. Kamu di mana? Aku mau minta tolong dong."
***
To be continued ...
Selamat Membaca 💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Hiatus
seorang ibu akan selalu memperhatikan seseorang ank walau dia kesakitan
2024-07-10
0
『ꌚꉣꋫ꒓ꋫ꓅ꂑꌚ』ꇓꂑꋫꆂ ꁒꂑꁹꁍ 🅰️
begitulah cowok/Silent/
2024-05-17
1
Phika
kasian ibunya jee..
kenapa gak pergi aja/Cry//Cry/
2024-04-24
1