Harris beserta kawan-kawannya baru saja menyelesaikan dua sesi tanding bola basket bersama tim lawan. Pertandingan itu berakhir dengan kemenangan di tangan mereka. Demi merayakan kemenangan itu, Harris mengajak kawan-kawannya untuk rehat sejenak di Kafe langganan mereka.
"Gila tadi, keren banget lu Ris. Selalu kayak biasa, menghebohkan," celetuk Amir saat mereka tengah menikmati kopi mereka masing-masing.
"Iya heh, gue juga sampe kaget si Harris bisa begitu," lanjut Vino turut heboh bersama Amir.
"Kalian kayak gak tau aja gimana si Harris kalau main, always good and perfect," tambah Bastian melebih-lebihkan.
Harris hanya melengos, sudah biasa teman-temannya membanggakan dirinya seperti itu. Padahal ia merasa biasa-biasa saja.
Saat mereka tengah berbincang soal pertandingan tadi, tiba-tiba ponsel Harris berdering. Sontak saja ia mengambil ponselnya dan membaca nama yang tertera di layar pipih itu.
"Sorry, ini dari Jee. Gue terima dulu, ya," katanya sambil beranjak pergi.
"Kalau dari si Jeehan aja langsung gercep, coba kalau kita, deringnya belum sampe selusin gak bakalan dijawab," celetuk Amir. Vino dan Bastian hanya terkekeh.
"Lo gak tahu seberapa berartinya Jee buat Harris, Mir. Jee bagi Harris udah kayak berlian," ucap Vino yang sudah paham betul dengan sahabatnya itu.
"Iya juga, sih. Tapi kek apa ya. Kek beda aja perlakuan dia ke kita sama Jee. Padahal kan kita juga sahabatnyam Gue malah curiga," Amir memulai lagi persepsinya.
"Curiga apaan lagi sih Mir? Lama-lama lo dah kayak cewek-cewek dah, demen banget gosip."
Bastian hanya diam mendengarkan, sambil sesekali melihat gerak-gerik Harris dari jauh. "Mereka sedekat itu, kalau menurut gue hampir kayak pacaran tapi Harris gak mau ngaku," cetus Bastian.
"Nah kan! Bas aja merasa kayak gitu."
"Kalian kayak gak tau dia aja," tambah Vino.
Usai menerima panggilan telepon itu, Harris buru-buru bergegas dari sana. Wajahnya tampak cemas.
"Sorry ya, guys. Next time kita tanding dan ngobrol lagi. Gue harus pergi sekarang, urgent!" katanya sambil berjalan menjauh.
"Kan, kan, kaaaannnn. Begitu tuh tingkahnya, main tinggal aja," ucap Amir sebal. "Heran banget gue."
"Lo gak denger katanya tadi? Harris ada urusan urgent, Mir." Vino meraih ponselnya dan melirik jam.
"Biasalah itu, kalau menyangkut Jee dia langsung satset."
"Dan kita-kita ini gak penting gitu?" Amir nampaknya masih kesal.
"Udah, gak usah diperpanjang. Yuk kita juga balik," Bastian sudah berdiri hendak pergi.
"Iya, deh, iyaaa. Eh tapi bentar, siapa yang mau bayar ini semua?" tanyanya melihat tagihann di meja.
Bastian merogoh saku celananya dan mengeluarkan dompet. "Gue aja yang traktir."
***
Harris melajukan motornya cukup kencang, beruntung jalanan kota malam itu cukup sepi. Sebelum itu, ia menyempatkan diri untuk ke apotek guna membeli titipan Jee, obat untuk lebam ibunya.
Sesaat sebelum menaiki motornya kembali, sekelebat Harris menangkap sesosok orang yang ia kenali. "Itu ... Om Hasya bukan sih?" tanyanya sedikit ragu.
"Om Hasya sama siapa? Kok bisa ada di sini sih? Datangin aja apa ya." Harris meletakkan kembali helm-nya dan berniat berjalan mendatangi seseorang yang menurutnya adalah Hasya, ayah Jee. Namun ...
Ponselnya berdering nyaring, urung ia untuk melangkah. Dibukanya ponsel itu dan melihat siapa penelepon tiba-tiba. "Yaela si Amir ngapain dah call jam segini. Ck! Decline!"
Saat mendongakkan kepalanya kembali, seseorang itu sudah tidak ada di tempat. "Lha ke mana Om Hasya? Apa gue salah orang ya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
✍️⃞⃟𝑹𝑨Pemecah Regulasi୧⍤⃝🍌
/Good//Good//Good/
2024-05-21
1
✍️⃞⃟𝑹𝑨Pemecah Regulasi୧⍤⃝🍌
Dari orang yang penting harus gercep emang /Slight/, kalau enggak nambah pikiran yang ada
2024-05-21
1
Mukmini Salasiyanti
itu Asli, Ris..
Asli Bokap si Jee...!!
Laporkan, Ris.....
Laporkan. ke Jee....
gemes aqu.....
wes tuir, gk sadar diri....
2024-05-02
1