Seperti kata pepatah, bercermin lah sebelum kamu membuat cermin orang lain. Karena cermin tidak bisa di pakai untuk bercermin wajah orang lain selain diri kita sendiri. Maka, nilailah diri kita sendiri sebelum menilai orang lain.
Itu betul, semua orang ingin menjadi orang baik dan diperlakukan dengan baik. Begitu juga halnya Arumi, ia disini bukan memposisikan dirinya sebagai pelengkap penderita, ia adakah pewaris tunggal dan sah dimata hukum.
Jika Sri ingin menguasai dirinya dan bertindak sesuai dengan keinginannya, dan memperalatnya, nanti dulu. Arumi masih mampu melawan dan berontak.
Saat hari nyepi, sinyal internet hingga siaran Televisi di Bali akan ditiadakan.
Seluruh operator seluler mematikan data selulernya.
Betul-betul senyap. Hanya suara nafas Arumi yang terdengar teratur. Gadis itu baru saja habis mandi, ia duduk di taman menunggu matahari tenggelam.
Tiba-tiba Sri datang tergopoh-gopoh dengan wajah merah membara dan nafas tidak teratur. Dia menemui Arumi dan memperlihatkan video 10 detik, antara Arumi dan sopir Taxi.
Dia mengacaukan pikiran. Wanita dua puluh delapan tahun itu, menuduh Arumi mengotori dan mempermalukan keluarga besar Razade.
Dengan meyakinkan Sri memarahi Arumi. Yang membuat Arumi tidak habis pikir kenapa Sri bisa buka hape, padahal data seluler di non aktifkan.
"Tidak baik kamu bertingkah liberal dan menjadi viral di media sosial. Kamu tidak tahu bagaimana malunya nyonya Sonya kalau dia masih hidup dan menyaksikan tingkahmu dengan laki-laki bergajulan macam sopir Taxi itu." ucap Sri dengan suara tinggi.
"Sri, ini nyepi. Tolonglah, masalah ini kita bahas besok. Aku lagi puasa." ucap Arumi pelan, ia berusaha menahan diri.
"Nona Est, kamu masih dua puluh dua tahun, masih belia. Bersikaplah sopan, aku ini dua puluh delapan tahun."
"Aku tidak mengerti maksudmu, katakan dimana kesalahanku supaya aku bisa memperbaikinya."
"Panggil aku tante Sri."
"What?"
"Aneh sekali, aku hidup diluar negeri dan terbiasa memanggil nama orangnya, tanpa embel-embel. Kecuali mama and daddy." ucap Arumi berjeda. Ia menunggu reaksi Sri.
"Jika kamu mau dipanggil tante, itu tidak mungkin. Kita tidak ada hubungan darah, hubungan kita pelayan dengan majikan. Aku akan memanggil mu bibi itupun jika kamu mau." sambung Arumi.
"Kenapa tiba-tiba kamu merusak mood aku untuk mengenalmu lebih dekat." ucap Arumi menggelengkan kepala.
Ia tidak habis pikir dengan tindakan Sri yang berani mengganggu ibadahnya saat melakukan ritual nyepi.
"Aku baru melihat hape, ternyata ada yang mengirim vidio ini waktu kita berada di alun-alun."
"Bukankah tidak boleh menonton dan data seluler semua mati, apakah kamu tidak puasa?"
"Tidak usah mendikte aku, aku membawa dosaku sendiri. Urus dirimu dulu." semprot Sri.
Arumi heran melihat sikap Sri berubah drastis padanya. Menurutnya Sri dan pelayan lain tahu keadaanya di alun-alun. Tapi mereka membiarkan dia dan pak sopir serta Dayan Kole beradu mulut.
"Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Hormati yang lebih tua dan dengerin perintahnya." ucap Sri tandas.
"Menurutku, kamu itu aneh, jika kamu bisa mengambil gambarku saat aku dalam bahaya, kenapa kamu diam, membiarkan aku dibawa oleh pak sopir?"
"Video ini dikirim oleh Dayan Kole, pria yang kamu ajak berjabat tangan, bukan aku yang mengambil gambarmu."
"Ada keperluan apa orang itu membuat vidio dan mengirim ke hapemu?"
"Kamu tidak perlu tahu, itu urusanku. Aku minta perbaiki sikapmu di depan umum, jangan murahan." sahut Sri dengan suara bergetar. Arumi tahu bahwa Sri marah.
"Aku mengakui saat itu keadaan membuat pikiranku mumet, karena sulit keluar dari keramaian untuk menemukan kalian. Saat itu tidak ada jalan lain selain menerima ajakan pak sopir. Mungkin orang lain juga akan melakukan itu saat terdesak. Tidak ada tendensi apa-apa." jelas Arumi datar.
"Eleehhh...jelas-jelas dia mengakui kamu itu pacarnya. Apa dia sugar daddy?"
"Tidak baik berprasangka buruk disaat kita melakukan "Brata penyepian" tolong besok dibahas, aku bisa menghadirkan sopir taksinya."
"Orang akan percaya apa yang dilihat, bukan apa pembelaanmu."
"Apakah Dayan Kole itu tidak punya kerjaan, apa maksudnya semua ini? apa pula hubungannya denganmu. Jika dia keberatan atau ada unek-unek dihati langsung calling aku."
"Makanya jaga tingkah lakumu supaya tidak ada orang yang ngomongin. Setelah nyepi vidiomu akan viral dan nama besar Razade akan kembali rusak. Kamu akan ditelusuri, apa kamu faham?"
"Aku tidak mengerti apa yang kamu pikirkan tentang aku. Selesai nyepi aku akan menghubungi orang yang membuat vidio tanpa seizinku. Jika memungkinkan aku akan laporkan ke polisi."
"Oke, aku menghormati puasamu. Besok kita bicara sehabis nyepi." ucap Sri dengan wajah marah.
Sri melengos dan beranjak pergi. Arumi menyesali sikap Sri yang tiba-tiba bisa berubah drastis.
Senja mulai menyapa bumi, sangat terasa keheningan di jagat Bali. Arumi naik ke rooftop di lantai tiga. Suasana disini indah ada taman, beraneka ragam pohon bunga, lengkap dengan kolam renang, mini bar, dan tempat karaoke.
Arumi mengitari rooftop dan memilih duduk di tempat yoga, supaya bisa memandang bintang-bintang di langit dengan leluasa.
Saat malam menjelang, ia memandangi langit dengan jutaan bintang bertaburan. Ia tidak bisa melukiskan dengan kata-kata kehindahan alam ini.
Udara pun terasa segar. Orang tua zaman dulu yang masih hidup sederhana, tanpa hape, tanpa listrik, mampu menempatkan alam sebagai anugrah yang patut dijaga.
Hidup mereka sehat, tapi sekarang semua material di alam ini tergerus oleh polusi dan alam beserta isinya mengalami krisis penuaan dini.
Itulah zaman, dimana segala sesuatunya sudah ditetapkan oleh sang pencipta. Tergantung kita memelihara dan menjaga alam ini ke arah yang baik.
Malam semakin merangkak, Arumi duduk bersila sambil menghirup udara segar berkali-kali. Seolah ia takut kehilangan suasana syahdu ini.
Ia begitu terpesona dengan alam Bali, dari atas sini ia leluasa melihat hotel'-hotel, bar dan bangunan-bangunan besar yang kini terlihat hitam tidak bercahaya.
Biasanya bangunan-bangunan itu selalu terlihat terang benderang, megah dan ramai.
Arumi membiarkan fantasinya menjamah seluruh alam, ia sampai terbawa dalam angan-angan magis.
Saking asyiknya melamun ia tidak sadar sesosok makhluk hitam menunggunya di pojok, sosok itu berlindung dibawah pohon bougenville yang merimbun.
Suara lolongan anjing terdengar di jalan raya saling bersahutan. Mau tidak mau bulu kuduk Arumi berdiri. Ada rasa ngeri, menghantui perasaannya.
Baru kali ini Arumi mendengar lolongan anjing saling bersahutan. Ntah kenapa dada Arumi berdebar-debar.
"Nona Est, apakah anda akan tetap disini atau saya antarkan ke kamar?"
"Loly, bikin kaget saja. Apakah kamu belum tidur?"
"Saya menunggu nona dibawah, tapi nona tidak kunjung turun."
"Aku ingin disini sampai pagi, jika kamu tidak keberatan, temani aku disini."
"Maaf nona, saya tidur di kamar saja. Terus terang saya takut sekali berada disini."
"Takut karena apa, tidak ada setan disini. Rugi dong kalau aku turun, belum tentu lagi setahun bisa melihat bintang dilangit. Sulit mencari suasana begini."
Tiba-tiba saja ada bau melati menyapu hidung Arumi. Loly yang berdiri berteriak memeluk Arumi.
"Ada apa Loly, jangan aneh-aneh."
"Aku me..me..lihat..ogoh..ogoh..."
Seketika Arumi berdiri, ia terlihat takut. Terbayang dengan ogoh-ogoh yang berada di alun-alun.
Perasaannya langsung menciut, ia memegang Loly.
"Jangan takut Loly, kita adalah makhluk yang tertinggi. keluarkan amarahmu." ucap Arumi menahan suaranya. Ia ingin teriak, tapi tidak boleh ribut karena lagi nyepi.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Kustri
ada hub aoa sri ama sopir taxi?
koq sri pnya no hp'a
2024-11-24
0
Kustri
o o o... sri pengen menguasai puri rupa'a
2024-11-24
0
💙 Ɯιʅԃα 🦅™ 📴
Dasar gak tahu diri Sri ini cuma pelayan tapi tingkahnya buat orang kesel. seakan-akan dia yg majikan/Left Bah!/
2024-05-29
5