Malam pun beranjak semakin larut, namun keramaian di lapangan kecil tersebut bukannya berkurang, sebaliknya malah semakin bertambah ramai. Makanan dan minuman pun terlihat hilir mudik dijalankan oleh para pelayan Mahmood Ali dan para pengikutnya. Orang-orang yang ada di situ juga nampak terus bersorak dan berteriak tanda tak sabar ingin melihat pertarungan persahabatan yang belum juga dimulai sedari tadi.
“Mana si kecil Abdoolah…? Cepat cari dan bawa dia kemari…!”kali ini Dawoud Ali berteriak lebih keras daripada sebelumnya, namun sayangnya tanda-tanda yang bersangkutan menampakkan diri belum juga terlihat.
“Mungkin lagi disuruh ngasih makan onta sama emaknya Boss!” celetuk Marco yang langsung disambut tawa kedua rekannya.
“Hush! Yang benar saja co? Mana ada orang ngasih makan onta jam segini! yang ada si Abdoolah mungkin lagi…” belum lagi Maikel meneruskan ucapannya, tiba-tiba tanah yang dipijaknya terasa bergetar hebat!
Sang Pemuda kemudian saling melempar pandang dengan kedua rekannya.
“Kalian merasakannya?”sambung sang pemuda yang langsung dibalas anggukan kepala oleh Bob dan Marco.
Getaran yang sama rupanya juga dirasa oleh kedua rekannya berserta semua orang yang ada disitu.
“Abdoolah datang…! Si Kecil Abdoolah datang…!”
Orang-orang kembali bersorak dan getaran di tanah semakin kuat terasa. Kemudian dari kerumunan orang yang berhimpitan dipinggir lapangan, tiba-tiba menyeruak satu sosok yang membuat ketiga pasang mata pria muda yang berdiri berjajar ditengah lapangan tersebut seakan mau copot keluar dari tempatnya.
“Buseeet…! Apa gak salah nih..? yang begini ini dibilang kecil…?” seru Marco sambil pentang mata lebar-lebar.
Sosok makhluk yang baru datang ini rupanya bertubuh tinggi besar padat hitam mengkilap! Tingginya saja kalau ditaksir mencapai dua meter lebih! Itu baru tingginya, belum lebarnya! Perawakan orang yang baru datang ini memang sangat tinggi dan gemuk besar luar biasa dengan lipatan-lipatan lemak yang bergelambir diseluruh tubuhnya. Pantas saja setiap langkahnya mendatangkan getaran di permukaan tanah, lah wong modelnya saja sudah tidak ada ubahnya dengan seekor gajah bunting bengkak yang terkena penyakit beri-beri!
Inilah Si kecil Abdoolah!
“Demi Dewa…! Ini sih bukan lagi si kecil… ini jelas-jelas Sumo Afrika namanya! Benar-benar gila…!!!” ucap Bob dengan mata melotot dan mulut terbuka lebar penuh takjub kala melihat wujud asli sosok yang disebut “Si Kecil Abdoolah” ini.
“Kau benar-benar yakin mau menghadapi gajah bengkak ini Kel?” sambung sang Kapten seraya memalingkan wajahnya.
Dan dirinya pun terhenyak seketika!
“Ma.. Maikel..? Marco…?” kejut sang Kapten kala mendapati kedua rekan nya yang sebelumnya tadi masih ada berdiri manis di kedua sisinya, kini tiba-tiba menghilang! Raib! Tak berbekas…
Sang Kapten terus celingukan ke kiri dan ke kanan. Bahkan diputarnya tubuhnya berulangkali mencari lihat kearah belakang dan sekelilingnya, namun wujud dan batang hidung kedua rekan nya tersebut benar-benar raib bagaikan ditelan bumi!
“Sial dangkalan! Awas kalian berdua nanti…!” sungut sang Kapten seraya membanting-bantingkan kakinya dengan kesal saat mendapati keyataan bahwa tanpa disadarinya, kedua rekannya tersebut ternyata telah lari kabur menghilang begitu cepat saat melihat sosok dan rupa asli si kecil Abdoolah!
Kecepatan kabur mereka berdua bahkan melebihi cepatnya perangkap tikus!
Bukan Main!
Wing Chun dan kungfu Shaolin Sekte Utara sudah terbang ****** entah kemana…
“Lihatlah! Kedua rekanmu sudah meninggalkan dirimu! Otomatis kini kaulah yang harus mewakili mereka untuk menghadapi si kecil Abdoolah…” ucap Dawoud Ali sembari terkekeh geli.
Dirinya tentu saja melihat langsung bagaimana kedua rekan dari Kapten kapal The Promise Land ini dengan berjinjit layaknya seekor kucing dua kaki lari kabur membelakangi Kapten mereka.
Benar-benar keterlaluan! Kapten sendiri dikadali!
“Ya… Ya… tenang saja! aku sendirilah yang akan menghadapi jagoan kalian! Tidak usah pikirkan kepergian kedua kampret - gondrong -buntalan - kentut - calon benjol - ****** - sialan itu! karena mereka berdua memang ku suruh untuk mengaso terlebih dahulu…” ucap Bob Barry penuh caci maki sembari membuka kemeja Flanel dan sepatu Boots-nya.
“Karena besok pagi, yakin dan sumpah akan kusiksaaaa mereka berdua habis-habisan hingga lupa yang namanya kampung halaman…” sambung Bob Barry dengan perasaan sangat gemas.
Diantara kerumunan penonton, Marco dan Maikel nampak berjongkok bersembunyi seraya terkekeh geli sembari menutup mulut mendengar omelan sang kapten ditengah lapangan. Rupanya kedua rekannya yang konyol ini tidak pergi jauh dari tempat itu. Mereka berdua hanya bersembunyi di sekitar tempat itu sembari menikmati dinginnya Bir yang diberikan oleh seorang pelayan yang hilir mudik di tempat itu.
“Psst Bro… ayo kita taruhan! Aku bertaruh Lima Puluh Ribu Shilling* untuk kemenangan si kecil Abdoolah…” bisik Marco sembari menyikut Partner-in-crime disebelahnya yang kontan memandang si bengal ini dengan pandangan tak percaya.
Bagaimanapun juga, dirinya masih memiliki hati nurani. Sudah lari kabur dari pertarungan, apa masih tega dirinya ini menjadikan Kapten kapal sekaligus rekannya ini sebagai sarana pertaruhan? Sang pemuda sampai-sampai menarik nafas berat dan menggeleng kepalanya berulangkali.
“Deal, tapi tambah jatah cuci piring dan membersihkan toilet selama sebulan ya Bro!” bisik Maikel yang langsung disambut jabatan tangan si bengal berkacamata ini!
Buseeet! Nurani pemuda bertopi kupluk ini ternyata cuma seharga lima puluh ribu Shilling ditambah jatah cuci piring dan toilet selama sebulan!
Benar-benar pasangan yang cocok dengan si bengal Marco!
“Janganlah takut wahai saudaraku, akan kusuruh Abdoolah untuk menahan diri terhadapmu… ini hanyalah sekedar formalitas tanda ikatan persaudaran kita dihadapan seluruh anggota Klan Ahmed Ali Djibril…” ucap Mahmood Ali kali ini sembari menatap Bob Barry dengan pandangan lembut. Jelas budi baik dari kapten kapal muda ini masih sangat membekas di hati sang kepala klan.
“Bawakan kemari sarung tinju dan pelindung kepala…” sambung Mahmood Ali yang langsung dibalas lambaian penolakan oleh Bob Barry!
“Sudahlah! Aku tidak memerlukannya! Berdarah dan terluka bagi seorang pria adalah hal yang biasa! Selain itu rasanya tidak ada pukulan yang terlalu menyakitkan diantara saudara. Bukan begitu ketua?”
“Ha.ha.ha.. Bagus! Memang kata-kata seorang lelaki jantan sejati! Abdoolah! Hayo kau layani dulu saudara mu ini bermain-main barang sebentar!”
“Uuuh…aahhh.. uuuh..” ucap Abdoolah seraya mengangguk-anggukan kepalanya.
Rupanya pria gemuk luar biasa yang dipanggil si kecil Abdoolah ini adalah seorang penderita tuna wicara.
Bob Barry memandang dan memperhatikan lawan didepannya dengan saksama. Melihat keadaan Abdoolah yang memiliki cacat dan kekurangan diri, sesungguhnya hati kecilnya enggan untuk melakukan pertarungan persaudaraan ini. Namun bagaimanapun juga, dirinya tahu bahwa untuk menolak dan mundur sama saja dengan tidak menghargai orang-orang yang ada disitu dan ini hanya berarti satu hal. Kematian!
“Aku sungguh tidak ingin mencari tali permusuhan dengan orang-orang ini… tapi kalau tanpa kekerasan nampaknya memang akan sangat susah bagi ku dan teman-teman untuk bisa keluar dari negeri ini” batin sang pemuda dengan perasaan gundah.
“Baiklah, aku akan coba menjatuhkan si gemuk ini dengan satu serangan… semoga saja ini bisa cepat selesai sehingga kita semua akhirnya bisa pulang…”lanjut sang pemuda masih berkeluh kesah di dalam hatinya.
Sembari mengempos tenaga, sang pemuda tiba-tiba terlihat berteriak sambil berlari menerjang maju langsung kearah si kecil Abdoolah!
“Aku mulai…! Bersiaplah wahai Abdoolah…!”
Dengan penuh tenaga sang Kapten kemudian terlihat melompat tinggi sembari melayangkan tinjunya yang mengeluarkan suara decitan angin langsung kearah dada si kecil Abdoolah!
Semua orang nampak tercekat melihat serangan dahsyat dan tiba-tiba dari sang Kapten muda. Sungguh! banyak yang tidak menyangka kalau tubuh kecil dan cendrung kurus tersebut ternyata menyimpan kekuatan pukulan yang sangat mencengangkan!
Jika orang biasa yang mendapat pukulan seperti pukulan milik Bob Barry tersebut, sudah bisa dipastikan akan langsung tergeletak jatuh pingsan tak sadarkan diri.
Namun sayangnya, lawan sang Kapten kali ini bukanlah orang biasa…
Melihat dahsyatnya serangan tinju yang datang, Si Kecil Abdoolah justru terlihat tersenyum senang dan malah mengangsurkan dadanya yang gembung besar itu kearah datangnya pukulan!
“Jlebb…!”
“Gila…!”
Hening sesaat kemudian terpecah oleh sorak riuh para penonton dipinggir lapangan.
Langkah Bob Barry bahkan sampai tersurut mundur beberapa tindak!
Dengan mata melotot sang Kapten memperhatikan kepalan tangannya yang tadi sukses besar didaratkan ke dada lawan. Sayang sukses besar itu seperti tiada artinya karena tidak berpengaruh apa-apa pada tubuh Si kecil Abdoolah. Tubuh besar gemuknya tersebut nampak tetap diam tak bergeming, tanpa cedera apalagi luka!
“Bagus Abdoolah…! Kau sungguh hebat…!” seru para pendukungnya yang nampak bersorak kegirangan melihat jagoannya ternyata mampu mengatasi serangan tinju orang asing yang diketahui sebagai penolong ketua mereka tersebut.
Apa yang sesungguhnya terjadi?
Rupanya timbunan daging dan lemak manusia satu ini ternyata sangat tebal dan liat! Tidak heran baru satu serangan saja, Bob sudah merasakan tangannya kebas akibat meninju sasaran yang sangat empuk tak bertulang
“Baru satu serangan… aku tak boleh menyerah…!” batin sang Kapten seraya mengeraskan hati.
Bob kembali berlari merangsek maju dan bersamaan dengan majunya sang pemuda, satu tendangan terbang yang jauh lebih dahsyat dari tinjunya, kali ini terwujud dan meraung ganas kearah perut Si kecil Abdoolah! Jika tinjunya saja sudah mengeluarkan suara decitan angin, maka tendangannya kali ini jangan ditanya lagi!
Dahsyat luar biasa!
Sayang seperti halnya pukulan sebelumnya, tendangannya yang dengan telak menghantam perut gendut Abdoolah kali ini juga diterima dan dimentahkan begitu saja oleh jagoan pilihan Klan Ahmed Ali Djibril ini.
“He.he.he… Abdoolah adalah anggota terkuat kebanggaan klan Ahmed Ali Djibril! Tidak semudah itu kau jatuhkan dia dengan serangan-serangan seperti itu… oh tidak semudah ituuu kawan…” ucap Dawoud Ali sembari mengambil cangkir teh yang berada di samping nya dan langsung menghirup habis isinya yang bukan lain berisi Teh Khat* khas Somalia yang terkenal memiliki efek candu yang memabukkan itu.
“Tidak mungkin manusia satu ini tidak punya titik lemah! Aku nya saja yang mungkin kurang memperhatikan…” batin sang pemuda sembari menyeka keringat didahinya sebelum kembali mengempos semangat!
Bob Barry kemudian terlihat mulai berlari mengelilingi Si Kecil Abdoolah sembari berusaha mencari kesempatan menjatuhkan pukulannya ke tubuh raksasa tersebut. Namun sayangnya setiap pukulan dan tendangan yang diarahkannya ke sekujur tubuh berlemak ini seolah hilang tenggelam kedalam timbunan dinding daging yang tidak ada batasnya!
“Auuhhh…. Auuaaaah……” seru Abdoolah dengan nada riang sembari kembali mengangsurkan tubuhnya ke arah Bob Barry
Untuk beberapa saat Bob berusaha mengambil nafas sembari memutar otak, namun sayangnya baru beberapa saat dirinya berusaha menganalisa situasi guna menetapkan langkah selanjutnya, satu suara rentetan senjata Ak-47 tiba-tiba terdengar membahana memenuhi langit malam!
“Ayo mulai lagi pertarungannya! Malam ini aku ingin melihat darah!” teriak Dawoud Ali sembari menembakkan peluru senjatanya kearah langit!
Rupanya Pria bersorban merah ini sudah mulai tidak sabar melihat Bob Barry yang nampak tidak melakukan apa-apa lagi setelah serangan-serangannya gagal. Sang Kapten sampai-sampai memandang adik kepala klan ini dengan pandangan kesal.
“Serang kepalanya Kept! Itu pasti kelemahannya” teriak Maikel dari balik kerumunan yang kemudian disambung juga oleh Marco.
“Benar! cuma di kepala yang lemaknya paling sedikit! Hajar saja disitu…!” rupanya walau bertaruh atas kemenangan si kecil Abdoolah, namun hati kecil pemuda konyol ini masih jelas memihak pada sang Kapten.
Bob Barry hanya melirik sesaat dengan pandangan gemas kearah keduanya. Sungguh ingin rasanya dijitak sekuat-kuatnya kepala kedua rekannya yang bengal ini, namun sayang situasi dan keadaannya tidak memungkinkan dirinya untuk melakukan hal tersebut.
Saat ini yang terpenting dan yang harus diutamakannya terlebih dahulu adalah menjatuhkan lawan didepannya sesegera mungkin!
“Usul kedua kampret itu masuk akal juga…” timbang sang Kapten mencoba mencerna usulan mengenai serangan di kepala dari keduanya rekannya tadi.
“Bagaimana Kept? Masih kuat? apa perlu pemeran pengganti? segelas Bir dingin atau semacamnya mungkin?” ucap Marco seakan tak bersalah.
“Diam di situ kunyuk! Ini juga baru pemanasan!” sahut sang Kapten sembari memelotot-kan matanya lebar-lebar kearah Marco dan Maikel yang saat itu sudah keluar dari persembunyiannya dan terlihat sedang asyik menikmati Bir dingin di pinggir lapangan.
“Oh… Ini akan jadi malam yang sangat panjang…” keluh sang pemuda sembari menggosok-gosokkan telapak tangannya sebelum akhirnya kembali berlari maju, merangsek buas kearah lawan!
Benar-benar perpaduan yang sempurna antara tekad, nekad dan jiwa lelaki yang tak takut mokad!
Sans Deur!*
* * *
*(tanpa rasa takut)/latin
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments