Pertarungan antara Bob Barry sang Kapten kapal The Promise Land melawan Si Kecil Abdoolah kini berjalan semakin seru! Sesuai saran kedua rekannya, Bob kini mulai melancarkan serangan-serangan dahsyat kearah kepala Abdoolah dan tidak seperti sebelumnya, Abdoolah kini mulai menggerakkan badannya untuk menghindar dan mulai bersiap melakukan serangan! Beberapa kali tinju dan tendangan sang Kapten kapal mengenai tempat kosong karena Abdoolah dengan begitu mengagumkannya menggeser tubuh besarnya tersebut sedemikian rupa guna menghindari serangan yang datang. Tubuh gemuk besar luar biasa tersebut ternyata mampu mengatasi kegesitan dan kelincahan tubuh kecil Bob Barry!
“Awas Kept!” teriak Marco dan Maikel serempak mana kala pada satu kesempatan, Abdoolah yang berhasil menghindari tendangan Bob Barry tiba-tiba memutar tubuhnya dan menghantamkan telapaknya yang terkembang kearah pundak Bob Barry yang terbuka!
Bob yang masih tergantung di udara akibat tendangannya yang tidak mengenai sasaran itu, pada dasarnya masih sempat merasakan sambaran angin hasil putaran tubuh Abdoolah. Dengan instingnya yang tajam dan peringatan kedua rekannya tersebut, dirinya berusaha untuk membuang tubuhnya kearah samping namun sayang usahanya tersebut terlambat sepersekian detik.
Dibarengi satu suara keras, tubuh sang Kapten muda terlihat terhempas menghujam bumi!
“Kapteeen…!!!” teriak Marco dan Maikel serempak dengan penuh keterkejutan.
Sementara itu, para penonton yang sedang tegang menyaksikan jalannya pertarungan, sontak berteriak bergemuruh manakala melihat jagoan mereka mampu menjatuhkan lawannya.
Namun suara sorak-sorai tersebut tiba-tiba terhenti seketika laksana direnggut setan, manakala secara mengejutkan mereka melihat tubuh besar jagoan mereka tersebut, entah bagaimana caranya tiba-tiba terlihat melayang dan turut pula terbanting dengan keras di tengah lapangan!
Apa yang terjadi? Bukannya Abdoolah yang berhasil menghempaskan tubuh Bob Barry? Lalu bagaimana bisa dirinya juga kini ikut terhempas?
Rupanya saat Abdoolah berhasil menghempaskan tubuh Sang Kapten dengan menggunakan pukulan tapaknya, sambil menahan sakit yang teramat sangat pada tubuhnya, Bob Barry kemudian dengan secepat kilat langsung bangkit dan menggunakan kedua tangan serta kakinya untuk melenting dan menyundul kepala Abdoolah sekuat-kuatnya dengan kepalanya sendiri!
Head to Head!
Sampai sebegitu dahsyatnya tumbukan antara kedua kepala tersebut, membuat keduanya kini nampak tergeletak ditengah lapangan dengan kepala mengucurkan darah! Benar-benar berani sekaligus nekad! Hanya orang-orang bernyali singa atau orang gila saja kiranya yang bisa memikirkan serangan model Kamikaze seperti itu. Marco dan Maikel pun langsung bergegas berlari ke tengah lapangan mendapati tubuh sang Kapten yang kemudian oleh mereka berdua langsung ditarik menjauh ke pinggir lapangan.
“Bertahanlah Kept! Jangan mati dulu!! dirimu masih punya banyak hutang…!!!” ucap konyol Marco Ferdinand yang langsung berbuah sebuah jitakan!
“Adaaow…! Sakit Kept!”
“Aku belum kawin, Setaan! Belum boleh mati muda! Hutang itu urusan Belakangan..!”ucap sang Kapten sambil meringis menahan sakit.
Rupanya serangan yang boleh dikatakan sebagai serangan bunuh diri tadi, ternyata tidak sampai menghilangkan kesadaran dan kegalakkan sang Kapten muda! Benar-benar ketahanan tubuh yang luar biasa!
Perlahan-lahan Bob Barry pun terlihat mengerakkan tubuhnya dan bangkit dalam posisi duduk sambil mengusap cucuran darah yang membasahi kepalanya.
“Kepala orang Somalia itu ternyata benar-benar keras layaknya baja! Aku kali ini salah perhitungan!” ucap sang Kapten yang langsung dibalas tawa oleh kedua rekannya.
“Sama juga kerasnya dengan kepala Kapten! Bocornya juga jadi satu sama!” kekeh Maikel Stefen.
Luka dikepala Bob Barry rupanya tidak terlalu dalam dan tidak terlalu mengkhawatirkan. Setelah beberapa saat aliran darahnya juga sudah mulai berhenti. Sementara itu luka berdarah di kepala Abdoolah juga nampaknya sudah berhenti dari beberapa saat yang lalu, dan kini Sang Pria bertubuh gemuk luar biasa ini nampak telah bangkit berdiri dan memandang ketiga kru kapal The Promise Land ini dengan tatapan berapi penuh amarah!
“Celaka Kept! Si Bus DAMRI sudah sadar dan menuju kemari!” Teriak panik Marco Ferdinand tiba-tiba.
Rupanya rasa sakit yang dirasa akibat luka yang dihasilkan serangan sundulan kepala Bob Barry telah membuat Abdoolah gelap mata! dan dengan murkanya, Si kecil Abdoolah kemudian terlihat melesat memburu kearah Bob dan rekan-rekannya dengan sepasang tangan terkembang!
“Sudah hentikan Abdoolah! Pertandingan ini sudah berakhir…! Jangan lagi kau serang mereka..!!!” teriak Mahmood Ali dengan suara cemas.
“Berhenti Abdoolah…! Turuti perintah Tuanmu!” sambung Dawoud Ali juga penuh kecemasan. Dirinyalah yang paling tahu apa yang terjadi jika “Si Kecil” ini sampai kalap dan kehilangan kendali diri.
Masih jelas dalam ingatannya bagaimana Abdoolah sendirian dengan bermandi darah mengamuk membabi buta dan menghabisi seluruh anggota satu klan yang menjadi saingan mereka beberapa tahun yang lalu. Hal inilah yang membuat Dawoud Ali juga turut berusaha untuk menghentikan jagoannya tersebut disamping rasa hutang budi yang tersemat teramat dalam kepada ketiga orang kru kapal dihadapannya.
Namun Abdoolah yang memang sudah dalam keadaan kalap itu mana mau lagi mendengar perintah sang ketua klan! Hanya dalam hitungan detik saja, tubuh gemuknya sudah berada tepat beberapa langkah dihadapan Bob Barry dan kedua rekannya!
“Tahan dia Marco! Demi Tuhan, Jangan biarkan dia mendekati Kapten!” teriak Maikel seraya melompat maju dan berusaha bergelayut ke tubuh gemuk Abdoolah.
Marco yang mendengar apa yang dikatakan rekannya tersebut kemudian juga bergerak serempak dan melompat memeluk kaki sang jagoan Klan Ahmed Ali Djibril ini erat-erat.
Usaha kedua rekan sang Kapten ini memang membantu untuk menahan Abdoolah untuk sementara waktu, tapi tidak bertahan lama. Bagaikan seekor harimau yang menggoyangkan badannya untuk mengeringkan bulu-bulunya yang basah, Si Kecil Abdoolah kemudian nampak menggeletarkan tubuh gemuknya dan membuat kedua rekan Bob Barry tersebut terpelanting saling berjatuhan tumpang-tindih mencium bumi!
Setelah bebas dari cengkraman kedua rekan Bob Barry, si kecil Abdoolah dengan meninggalkan suara dan getaran hebat ditanah kembali merangsek dengan sepasang tapak terkembang langsung kearah dada sang kapten kapal yang kala itu terlihat terduduk lemah di pinggir lapangan!
“Lari Kept!! Menyingkir dari situ…!! dia akan membunuhmu…!” teriak Marco dan Maikel silih berganti dengan penuh kepanikan.
Bob Barry pun pada dasarnya tahu kalau maut sudah mengintai didepan matanya. Sungguh, dia ingin sekali menarik tubuhnya untuk beranjak dari tempat itu. Namun sayang, kedua kakinya terlalu lemas untuk diajak bekerja sama!
Alhasil yang bisa dilakukannya kini hanya duduk pasrah sembari tersenyum lebar menanti kematian yang datang dalam wujud raksasa Si kecil Abdoolah!
Kawan, saat dimana kematian datang menjemput adalah saat-saat yang menentukan dan biasanya menunjukkan kualitas diri seseorang yang sesungguhnya.
Sangat banyak yang menghadapi datangnya kematian dengan ekspresi penuh kengerian dan ketakutan luar biasa. Sementara sebagian lagi menyambutnya dengan ratap dan tangis memilukan yang menyayat hati. Sungguh telah banyak ku lihat yang namanya kematian itu kawan, kecuali hari ini. Jujur saja, aku benar-benar terperangah! baru kali ini aku melihat seseorang menyambut datangnya kematian dengan senyum lebar layaknya menyambut datangnya seorang sahabat lama!
Benar-benar satu keyakinan iman dan keikhlasan yang luar biasa telah ditanamkan ditubuh seorang anak manusia!
Sementara itu, sedetik lagi sepasang telapak tangan gemuk dengan jari-jari sebesar pisang ambon raksasa tersebut akan meremukkan dada Bob Barry, satu bayangan kelabu tiba-tiba nampak dengan cepatnya memasuki lapangan dan kemudian memapak langsung serangan yang datang!
Bunyi menggelegar dibarengi satu enersi padat tanpa wujud menyebar layaknya setetes embun yang jatuh dipermukaan telaga, manakala dua pasang tapak raksasa dengan kekuatan maha dahsyat saling bertemu!
Si Kecil Abdoolah nampak terdorong lima langkah kebelakang dengan wajah pucat pasi, sementara orang yang menyambut datangnya serangan tapaknya dan kemudian menyelamatkan selembar nyawa Bob Barry, justru nampak terlihat berdiri tegap layaknya batu karang ditengah hempasan ombak samudera!
Juru selamat telah tiba!
Kawan, jika Klan Ahmed Ali Djibril punya senjata rahasia yaitu Si Kecil Abdoolah, maka kru kapal The Promise Land juga ternyata memiliki senjata pamungkas!
Jika Abdoolah adalah si kecil yang tidak kecil, maka senjata pamungkas Bob Barry dan rekan-rekannya adalah Si ringan yang tidak berat!
“Putraaaa…!!!” Seru Bob Barry dan kedua rekannya dengan penuh kegembiraan saat melihat kedatangan sang penyelamat yang berdiri tegak dihadapan Si kecil Abdoolah.
Sosok pria yang baru datang ini juga sesungguhnya adalah salah satu kru kapal The Promise Land, hanya saja banyak yang tidak tahu dan tidak mengenal dirinya karena memang dirinya memang seorang yang low profile dan cukup pemalu.
Pria yang memiliki sinar mata yang lugu dan bersahaja ini terlihat mengenakan Wearpack Coverall* abu-abu yang nampak dipenuhi noda bekas oli.
Tubuhnya tinggi besar gempal namun kekar berotot, berwajah bulat dengan dihiasi kumis dan jambang yang lebat.
Dialah Putra Gilang. Mekanik sekaligus kepala kamar mesin kapal The Promise Land yang legendaris. Si Ringan yang tidak berat!
Mungkin banyak yang bertanya-tanya kenapa pria satu ini jarang sekali terlihat keberadaannya di atas kapal, sebenarnya tidak begitu. Pria asli Indonesia ini, pada dasarnya memang lebih suka dan memilih menyendiri di ruang kerjanya di ruang mesin.
Bukannya tidak mau bergaul dan bersosialisasi dengan ketiga rekan lainnya, Pria berbadan besar ini memang sangat mencintai pekerjaannya sebagai mekanik dan kepala kamar mesin kapal tersebut, sehingga jangan heran jika pemuda ini jarang terlihat berada di geladak kapal seperti yang lainnya.
Walaupun begitu terkadang dirinya juga turut bergabung dengan para rekannya untuk makan bersama atau sekedar bercengkrama.
Berbanding terbalik dengan tubuhnya yang besar gempal dan berkesan sangat berat itu, Pria satu ini justru malah sangat gesit dan cekatan! Sudah tidak terhitung berapa kali pemuda pendiam yang satu ini tiba-tiba muncul tanpa bersuara di belakang para kru lainnya yang tentu saja hampir membuat copot jantung rekan-rekannya tersebut.
Entah apa sang pemuda ini memang mendalami ilmu kanuragan peringan tubuh atau memang dilahirkan di keluarga penerus klan Ninja Jepang yang tersohor, yang jelas pemuda satu ini memang memiliki kegesitan dan kecepatan olah gerak tubuh yang tidak lumrah! Karena itulah kadangkala teman-temannya kerap bercanda dan bersenda gurau menyebutnya dengan sebutan “Si ringan yang tidak berat!”
Satu hal lagi yang perlu di ketahui, diantara para personil kapal The Promise Land lainnya selain memiliki kecepatan dan kegesitan yang tidak lumrah, Putra Gilang juga bisa dikatakan satu-satunya kru yang memiliki kekuatan fisik diluar batas kekuatan orang kebanyakan.
Contohnya saja saat mereka berempat mengikuti Festival Lari Banteng San Fermin di Pamplona Spanyol. Manakala Bob, Maikel dan juga Marco lari berserabutan tunggang langgang berusaha memanjat pagar dan tembok untuk menyelamatkan diri dari kejaran banteng, pemuda satu ini malah anteng dengan tangan kosong menyambut banteng-banteng tersebut dan kemudian membantingnya satu persatu!
Beberapa banteng yang berukuran agak kecil bahkan kemudian dilemparnya kearah pagar dan tembok dimana Bob dan kawan-kawan beserta para peserta festival San Fermin lainnya bersembunyi! Kontan saja mereka semua langsung kocar-kacir menyelamatkan diri sembari menyumpah habis-habisan pada pemuda satu ini.
Begitulah keadaan sang pemuda kepala kamar mesin kapal The Promise Land ini. Ditengah keluguan dan kesederhanaannya, ternyata sosoknya menyimpan satu kekuatan dan kemampuan luar biasa yang kemudian ternyata berulangkali telah menyelamatkan dan mengeluarkan rekan-rekan nya dari permasalahan dan juga marabahaya. Seperti halnya hari ini, dengan kemampuannya itu sang pemuda kembali berhasil meloloskan sang Kapten kapal dari cengkraman sang malaikat kematian!
“Kau tidak apa-apa Kept? Maafkan aku yang datang terlambat…” ucap sang pemuda sembari memapah bangun Bob Barry.
“Tidak sobat, kau datang tepat pada waktunya! You never came too late for us Bro!” ucap sang Kapten seraya memeluk tubuh besar sahabatnya tersebut diikuti oleh kedua rekannya.
“Duh Put, terlambat dikiiit aja loe dateng… mokad Kapten kita diulek jadi dodol kepret sama tuh Sumo Afrika!!” tawa Marco sembari mengacak-acak rambut sahabat besarnya ini.
“Maafkan aku teman-teman, ada kebocoran tiba-tiba pada katup pembuangan mesin nomor dua. Oleh karena hal tersebut, aku terpaksa harus menggantinya terlebih dahulu baru aku bisa datang menyusul kalian kemari…”
“Yah… tidak apa-apa… yang penting kau bisa datang dan menyelamatkan kami semua…” ucap sang Kapten penuh kegembiraan
Sang pemuda terlihat tersenyum membalas pujian dari sang Kapten. Setelah memastikan keadaan sang Kapten dan kedua rekannya yang tak kurang suatu apapun juga, Putra Gilang pun terlihat beranjak mendekati Abdoolah yang nampak duduk mendeprok di tanah lapangan dengan wajah kuyu.
“Auuuhhh…. auuuhhh….” Ucap kelu Abdoolah dengan wajah sedih sambil menunjukkan kedua telapak tangannya yang tergantung layu pada persendiannya.
Rupanya akibat tumbukan dahsyat dengan sepasang telapak tangan Putra Gilang membuat kedua telapak tangan Abdoolah bergeser dari persendiannya dan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa.
“Maafkan aku yang kelepasan hingga membuat tanganmu jadi seperti ini, bisa kuperiksa kedua tanganmu? Mungkin aku bisa sedikit meringankan beban sakit mu itu…” ucap sang pemuda sembari menatap Si Kecil Abdoolah dengan pandangan lembut.
Mendengar ucapan dan tatapan lembut Putra Gilang, perlahan Abdoolah pun mengangsurkan kedua tangannya yang terkulai dengan gemetar yang langsung disambut oleh sang mekanik kapal The Promise Land ini.
Sobat, jika kau mengira Putra Gilang akan menghentakkan kedua tangan yang kuyu tersebut secara tiba-tiba untuk membenarkan posisi persendian yang terlepas itu, maka kau salah besar! Atau mungkin dulu kau pernah merasakan sakitnya terkilir dan kemudian diperlakukan seperti itu oleh sang tukang urut, maka tukang urut mu lah yang sebenarnya payah dalam membetulkan tulangmu yang dulu pernah terkilir itu.
Tidak seperti itu, yang jelas Putra Gilang tidak akan mungkin pernah menghentakkan kedua tangan yang kuyu malang tersebut hanya untuk mengembalikan posisi persendiannya yang terlepas. Cara itu sudah kuno, tidak elegan dan sangat menyakitkan! Kau mungkin tidak mempercayainya kawan, namun inilah kenyataannya.
Alih-alih melakukan urutan atau pijatan dengan metode yang aneh-aneh, Putra Gilang malah kemudian terlihat hanya mengelus secara lembut dan perlahan kedua persendian tangan Abdoolah yang kuyu lemas itu. Tanpa tenaga dan yang jelas tanpa usaha!
Beberapa saat kemudian, dengan pandangan tak percaya Abdoolah melihat bolak-balik kedua tangannya yang sebelumnya dielus lembut oleh Putra Gilang.
Dirasa dan diputarnya berulang kali kedua tangan yang sebelumnya kuyu tergantung itu. Dirinya sungguh terkejut luar biasa! Persendiannya telah kembali normal! dan yang terlebih penting lagi, rasa sakit pada kedua tangannya tersebut telah hilang sama sekali!
Benar-benar mengagumkan! Sungguh kekuatan yang tersebunyi dalam kelembutan dan kelembutan yang mampu membangkitkan kekuatan!
Satu lagi mujijat kecil dari si ringan yang tidak berat!
Abdoolah pun kemudian tiba-tiba terlihat bangkit dan memeluk Putra Gilang dengan riangnya!
“Auuuuhh…. Auuuuuhh…” Sorak Abdoolah melompat-lompat kegirangan sambil memeluk sang pemuda yang beberapa saat sebelumnya tadi saling bentrok mengadu tenaga dengannya. Hal ini kontan saja mendatangkan suara dan getaran pada tanah yang jauh lebih hebat dari sebelumnya!
Semua orang di tempat itu pada dasarnya merasakan getaran tersebut, namun tak satupun yang memperhatikannya karena bersamaan dengan hal tersebut, seluruh penonton pun kontan bersorak riuh dan memburu masuk kedalam lapangan! Keempat pemuda kru kapal ini pun kemudian dipeluk dan dielu-elukan oleh segenap rakyat dan penduduk Eyl!
“Menakjubkan! Kalian memang pantas menyandang predikat sebagai anggota keluarga kehormatan dan bagian dalam persaudaraan Klan Ahmed Ali Djibril. Selain keberanian dan kebaikan hati kalian berempat, kalian juga ternyata memiliki belas kasihan yang luar biasa…” ucap Mahmood Ali yang datang menghampiri sambil didorong kursi rodanya oleh sang adik.
“Jadi bagaimana ketua? Apa kini kita sudah sah menjadi saudara?” goda sang Kapten yang sontak langsung dibalas dengan genggaman tangan dan pandangan penuh keharuan sang ketua klan Ahmed Ali Djibril.
Perlahan dan tanpa disangka-sangka, sang ketua klan tiba-tiba terlihat beranjak bangun dari kursi rodanya dan kemudian mengangkat cangkir tehnya tinggi-tinggi!
“Demi Allah dan segenap penghuni Syurga! Biarlah langit dan bumi mendengar serta menjadi saksi, bahwa keempat pemuda dihadapan kita ini adalah saudara kita yang sejati dan selamanya! Saudara sedarah Klan Ahmed Ali Djibril! Sehati Setia sampai darah tercurah!” teriak Mahmood Ali Djibril yang sontak dibalas teriakan bergemuruh dari semua anggota Klan terbesar di kota Eyl tersebut.
“Sehati setia sampai darah tercurah!!!” gemanya terdengar bahkan tinggi sampai membumbung ke langit malam!
“Sampai darah tercurah…” balas keempat pemuda kita sembari turut mengangkat cangkir teh yang sebelumnya telah dipersiapkan dan kemudian diberikan kepada mereka.
Bunyi teh dihirup pun kemudian terdengar menghiasi langit kota Eyl.
“Mari kita habiskan sisa malam ini dengan berpesta!! Karena malam ini, klan Ahmed Ali Djibril bertambah empat orang saudara yang luar biasa…!!!” teriak Dawoud Ali lantang sembari kembali menembakkan senjatanya ke udara yang langsung dibalas sorakan dan tembakan senjata ke langit malam oleh para anggota Klan Ahmed Ali Djibril lainnya.
Setelah puas menembakkan seluruh peluru dalam magazin senjatanya, Dawoud Ali nampak berjalan mendapati Bob dan ketiga rekannya. Sambil memegang pundak sang Kapten, adik kepala klan Ahmed Ali Djibril ini pun kemudian berujar dengan suara bergetar.
“Kakakku adalah hal yang paling berharga bagi diriku dan Klan ini… Budi baik kalian yang telah menyelamatkan nyawa kakakku dan membawanya kemari, pasti suatu saat akan kubayar walaupun harus mengorbankan selembar nyawaku ini… Aku berjanji padamu wahai saudaraku Kapten Barry, selama Dawoud Ali orang Somalia ini masih bernafas, selama itu pula kupertaruhkan jiwa raga ini untuk kalian berempat… ”
Ucapan Pria kekar berotot ini benar-benar membuat keempat pemuda kita ini sampai terharu.
“Kita sekarang adalah saudara… Maka memang sudah kewajiban kita untuk saling menjaga… Apa yang kau janjikan itu juga sebaliknya berlaku bagi kami… Kita akan selalu saling menjaga… yakinlah akan hal itu…” ucap lembut Bob Barry sembari menepuk pundak saudara angkatnya ini.
“Kau benar saudaraku Bob Barry… Ya.. kita akan selalu saling menjaga…”Ucap Dawoud Ali seraya menyeka air matanya yang tadi sempat merembes keluar
“Mari kita lanjutkan pestanya didalam markas, Kak Mahmood sudah menunggu kita di dalam gedung…” ucapnya lagi sambil menarik keempat saudara angkatnya ini kedalam bangunan markas Klan Ahmed Ali Djibril yang letaknya memang tidak jauh dari lapangan kecil tempat pertarungan antara Bob dan Abdoolah tadi.
Sisa malam itu pun akhirnya dilalui keempat kru kapal The Promise Land dan seluruh anggota Klan Ahmed Ali Djibril dengan penuh kegembiraan dan canda tawa.
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments