Sementara itu, ribuan kilometer dari kota Jakarta. Tepatnya di satu lapangan kecil di sudut terkumuh kota Eyl, Puntland yang berada di timur laut Somalia. Sorak sorai dan teriakan-teriakan yang sebelumnya terdengar nyaring membahana tiba-tiba terhenti kala rentetan senjata Ak-47 terdengar menghentak langit malam.
Semua orang langsung mengarahkan pandangannya pada pria bersorban merah yang sedang memegang senjata dan sedang berdiri gagah disamping sebuah mobil Jeep Jimmy dan ditemani beberapa orang bertampang sangar yang juga terlihat menenteng senjata. Sang pria bersorban merah yang tadi menembakkan senjata ke udara kemudian terlihat tertawa terbahak-bahak dan kemudian berucap keras.
“Ayo mulai lagi pertarungannya! Malam ini aku ingin melihat darah!”
Ucapan sang pria sontak ditimpali sorak sorai orang-orang yang berada di tempat itu. Pria bersorban merah ini bernama Dawoud Ali Djibril, salah seorang dari dua penerus Klan Ahmed Ali Djibril yang juga merupakan seorang penguasa di daerah pinggiran kota pelabuhan Eyl, Puntland.
Puntland sendiri adalah satu wilayah otonom yang berdiri sendiri namun masih berada dalam naungan Somalia. Tanah dan iklimnya keras, terlebih lagi para penduduknya. orang-orang yang tinggal di Puntland sebagian besar berprofesi sebagai Bajak Laut. Mereka biasa melakukan perompakan di sepanjang Teluk Aden, laut Arab hingga ke lepas pantai timur Somalia.
Sudah banyak kapal yang menjadi korban pembajakan perompak-perompak ini yang biasanya dalam melakukan aksinya tidak pernah tebang pilih. Semuanya pasti di babat! dan seperti biasa jika sudah berhasil membajak kapal serta menyandera isinya, para perompak tersebut akan menggiring kapal korbannya ke Pelabuhan Eyl dan kemudian menunggu uang tebusan sembari berpesta pora!
Namun berbeda dari hari-hari biasanya, pesta yang diadakan malam ini bukanlah suatu pesta menunggu uang tebusan. Tidak, bukan itu. Ini adalah sesuatu yang lain. Hari ini tidak ada aksi perompakan yang dilakukan oleh warga Puntland karena memang sudah beberapa hari tidak ada kapal yang berani melewati perairan laut Somalia kecuali satu kapal. Dan karena satu kapal inilah Kota Pelabuhan Eyl malam ini berpesta pora!
Secara fisik tidak ada yang istimewa dan terlalu spesial dari kapal kecil yang sekarang berlabuh di pelabuhan Eyl tersebut. Kapal berwarna hitam dengan strip putih ini adalah sejenis kapal tunda (Tug Boat) yang memiliki Platform (Landasan) khusus untuk mendukung kegiatan selam profesional di belakangnya. Sebuah Hidraulic Crane* dan sebuah Mini Sub-marine Vessel (Kapal selam mini) berwarna kuning terang bergambar karakter kartun terkenal Spongebob Squarepants terlihat berada di geladak kapal.
Bagi orang awam mungkin tidak mengenal dan memandang remeh kapal kecil yang sepintas terlihat seperti kapal pemancing ikan biasa tersebut, namun bagi orang-orang di dunia selam profesional, kapal berkelir hitam strip putih bertuliskan The Promise Land ini adalah sebuah legenda. Sebuah legenda yang entah bagaimana awal dan ikhwalnya kini terlihat berlabuh di sarang perompak Somalia!
Sementara itu mari kita tinggalkan dulu kapal kecil tersebut, mari kita tengok keramaian yang saat ini sedang berlangsung di lapangan kecil yang berada tidak jauh dari pelabuhan tersebut. Suara sorak sorai semakin terdengar bergema di sekeliling lapangan. Sementara ditengah lapangan itu sendiri, seorang pria muda peranakan asia bertelanjang dada nampak menyeka peluh yang bercucuran di dahinya.
Sang pemuda memiliki perawakan tegap, bertubuh kecil namun cukup berotot. Model rambutnya cepak dan memiliki sepasang alis golok yang tampak menaungi sepasang mata yang selalu bersinar tajam.
Dialah Bob Barry, Sang Kapten kapal The Promise Land yang legendaris!
“Bagaimana Kept? Masih kuat? apa perlu pemeran pengganti? segelas bir dingin atau semacamnya mungkin?” satu suara terdengar dari pinggir lapangan.
Bob Barry melirik sekilas kearah pemuda yang sedang jongkok dan kemudian melemparkan pertanyaan yang mengandung sedikit ejekan tersebut.
“Diam di situ kunyuk! Ini juga baru pemanasan!” sahut sang Kapten sembari mendelikkan matanya lebar-lebar kearah sang pemuda di pinggir lapangan
“He.he.he… Galak amat kayak mandor Kompeni…” kekeh sang pemuda sembari menselonjorkan kedua kakinya ke atas tanah dan menghirup Bir kalengan yang sedari tadi di pegangnya.
“Jangan kau ganggu dulu dia Marco! Biarkan Kapten berkonsentrasi! Kalo Kept sampai kalah, kita semua pasti kena getahnya! Atau kau mau kita dijadikan begal laut selamanya di negeri sialan ini?” satu suara terdengar diikuti satu jeweran di telinga pemuda yang dipanggil dengan sebutan Marco tadi.
“Adaaoow…! Sakit tahu?” jerit sang pemuda sembari memegang telinganya yang baru ditarik oleh seorang pemuda bertopi kupluk yang sedari tadi berdiri disisinya.
Kedua pemuda ini nampak sangat menyolok berada diantara kerumunan orang-orang yang memenuhi lapangan tersebut. Kulit keduanya putih bersih menandakan mereka bukan berasal dari benua Afrika. Hal itu sudah jelas! karena mereka memang bukan orang Afrika atau pun juga orang Somalia.
“Ayooo Kept! yang semangat! Kalahkan jagoan mereka biar kita cepat pulaaang!” seru sang pemuda bertopi kupluk.
Pemuda satu ini sama halnya dengan pemuda yang baru saja di jewernya sesungguhnya bukanlah orang-orang sembarangan, mereka berdua masing-masing adalah seorang peneliti dan penyelam profesional sekaligus kru kapal The Promise Land yang saat itu sedang berlabuh di pelabuhan Eyl Puntland, Somalia.
Pria bertopi kupluk blasteran Indonesia-Amerika ini bernama Maikel Stefen. Yup, Namanya Maikel dan bukan Michael seperti nama orang kebanyakan di Amerika. Namanya itu sendiri konon diberikan oleh pamannya yang tinggal di Jerman, negara dimana Maikel Stefen dibesarkan, di didik dan kemudian dilatih oleh sang paman hingga menjadi seorang penyelam professional.
Berbeda dengan Bob Barry yang berperawakan kecil berotot, Maikel Stefen bertubuh tinggi dan langsing. Berwajah tirus dengan mata kecil namun jeli dalam melihat sekelilingnya. Sementara pemuda yang tadi dijewer telinganya oleh Maikel –untuk kedepannya kita akan lebih sering memanggil semua tokoh dalam cerita ini dengan nama depan mereka—Bernama lengkap Marco Ferdinand, berdarah asli Filipina namun tumbuh besar dan lebih banyak menghabiskan waktu di Indonesia. Bertubuh sedang berisi, berambut ikal kucai, berkacamata dan memiliki kumis tipis yang menghiasi bibirnya.
Seperti halnya Maikel dan Bob, Marco juga adalah seorang penyelam sekaligus Free Diver handal. dan yang hebatnya lagi, pemuda ini juga bahkan memiliki gelar Phd dibidang Marine Engineering!
Walaupun terkadang sangat menyebalkan dengan tingkah konyolnya, namun semua peralatan canggih termasuk kapal selam mini yang terdapat pada kapal The Promise Land adalah buah karya ciptaannya! Sang pemuda memang terkenal jenius, berbagai temuannya dibidang teknologi terapan yang berkaitan dengan bidang kelautan sudah digunakan oleh banyak badan dan organisasi selam dunia termasuk juga militer angkatan laut di berbagai negara maju.
Lalu bagaimana bisa ke tiga pemuda kru kapal The Promise Land ini bisa sampai terpesat ke Somalia? Untuk mengetahui lebih jelas, ada baiknya kita kita kembali mundur beberapa saat dan mendengarkan penjelasan mengenai situasi dan peristiwa yang terjadi di daerah Puntland beberapa waktu sebelumnya.
Puntland seperti yang disebutkan sebelumnya, adalah sebuah daerah otonom yang masih masuk dalam wilayah kekuasaan Somalia dan dideklarasikan pada tahun 1998 oleh Abdullahi Yusuf yang merupakan Deputi Presiden Front Demokratik Keselamatan Somalia kala itu.
Misi utama Puntland adalah menjadi negara berbentuk Konfederasi Klan, oleh karena itu walaupun memiliki presiden sendiri, secara kenyataan nya Puntland yang ber ibu kota di Garowe ini lebih bisa dikatakan di kuasai oleh Klan-klan bersenjata daripada pemerintahan otonomnya. Klan-klan bersenjata ini juga yang kemudian menjalankan usaha perompakan di pesisir laut dan semenanjung pantai Somalia.
Ada beberapa klan yang bermukim di kota-kota besar seperti Garowe, Eyl dan Bosasso. dan terkadang Klan-klan ini saling berseteru satu dengan yang lainnya hingga akhirnya aksi pembunuhan dan saling serang antar klan kerap kali terjadi di daerah Puntland.
Dari sekian banyak klan yang saling berseteru, setidaknya ada dua klan yang paling terkenal dan merupakan dua musuh bebuyutan.
Yang pertama adalah Klan Ahmed Ali Djibril yang diketuai oleh Mahmood Ali Djibril dan adiknya Dawoud Ali Djibril serta bermukim di kota pelabuhan Eyl, sementara yang kedua adalah Klan Musraf Bin Ayoub pimpinan Sidieq Bin Ayoub yang berkediaman di kota Bosasso.
Mahmood Ali Djibril sendiri adalah seorang pria Afrika asli kelahiran Somalia dan berusia lima puluhan. Bertubuh agak gemuk dan memiliki janggut yang telah memutih seperti halnya rambutnya yang selalu tertutup sorban berwarna merah yang menjadi ciri khas penutup kepala setiap anggota klan Ahmed Ali Djibril. Sementara sang adik, Dawoud Ali Djibril berumur tiga puluhan akhir, bertubuh tinggi besar berotot dan selalu mengenakan baju jubah terusan yang kemudian dilapisi rompi hitam serta turut pula mengenakan Sorban merah seperti yang dikenakan sang kakak.
Pada satu kesempatan, Mahmood Ali diundang untuk menghadiri pertemuan Liga Negara-Negara Arab-Afrika yang diselenggarakan di Djibouti, negara yang bertetangga dengan Somalia. Pada pertemuan tersebut terjadi perdebatan sengit antara Mahmood Ali dengan delegasi lainnya yang bukan lain adalah Sidieq Bin Ayoub yang juga notabene adalah musuh bebuyutannya di Puntland.
Perdebatan mereka yang berakhir dengan aksi saling jotos tersebut, berhasil dilerai oleh pihak penyelenggara pertemuan. Keduanya kemudian dijatuhi hukuman dan diusir pulang kembali ke Puntland. Dalam perjalanan pulang tersebut kembali terjadi perkelahian yang berakhir dengan aksi saling tembak antara Sidieq Bin Ayoub beserta anak buahnya dengan Mahmood Ali beserta pengikutnya.
Dalam aksi itu, Sidieq Bin Ayoub berhasil menangkap dan melumpuhkan Mahmood Ali beserta pengikutnya yang kala itu mendampingi sang ketua Klan. Semua pengikutnya tersebut kemudian dihabisi ditempat, sementara sang ketua Klan kemudian setelah disiksa habis-habisan dan dalam keadaan sekarat kemudian akhirnya dibuang ketengah laut tepatnya di lepas pantai Djibouti oleh Sidieq Bin Ayoub beserta anak buahnya.
Setelah mengira bahwa korban mereka pasti sudah mati tenggelam, Kelompok Sidieq Bin Ayoub kemudian pergi meninggalkan tempat tersebut tanpa menyadari kalau di tempat tersebut tepatnya di dasar lautan, ada Bob Barry bersama kedua rekannya yang kebetulan sedang melakukan operasi penyelaman! Kru Kapal The Promise Land saat itu memang sedang melakukan tugas penyelaman di lepas pantai Djibouti untuk mengumpulkan satu spesimen ganggang laut langka yang merupakan pesanan khusus satu perusahaan farmasi di Belgia.
Mereka bertiga kemudian menolong Mahmood Ali yang dalam keadaan sekarat serta memberikan perawatan yang kemudian akhirnya menyelamatkan nyawa sang kepala klan tersebut. Baiknya Bob Barry dan rekan-rekannya banyak menghabiskan waktu di berbagai negara di dunia, sehingga menguasai pula banyak bahasa, termasuk diantaranya bahasa Swahilii dan Somalii yang banyak dipakai di negara Afrika termasuk Somalia sehingga mereka pun bisa berkomunikasi dengan baik dengan sang kepala Klan.
Setelah spesimen yang dibutuhkan sudah didapat dan dikirim langsung ke Belgia, mereka pun kemudian akhirnya membawa pulang Mahmood Ali ke kota pelabuhan Eyl dan disambut langsung oleh Dawoud Ali adik sang kepala klan beserta para pengikut klan Ahmed Ali Djibril yang kala itu terlihat sangat cemas dan khawatir. Berapa hari kemudian kondisi Mahmood Ali pun mulai berangsur membaik, dan sebagai ucapan terima kasih kepada tiga orang penolongnya tersebut, Mahmood Ali dan adiknya pun kemudian mengadakan jamuan besar-besaran serta mengadakan upacara adat untuk mengikat tali persaudaraan dengan Bob Barry dan rekan-rekannya yang tentu saja menerimanya dengan senang hati.
Selama tiga hari tiga malam jamuan besar-besaran di selenggarakan di kota Eyl. Dan pada malam ke tiga perjamuan, tanpa disangka-sangka Dawoud Ali meminta salah seorang dari ketiganya untuk melakukan pertarungan persahabatan dengan salah satu anggota klan yang merupakan orang terkuat di tempat itu. Sang adik pemimpin klan beralasan hal tersebut merupakan bagian dari ritual pengangkatan saudara angkat.
“Kami orang Somalia lahir dan besar bersama hyena dan singa gurun! Kami tidur berbantalkan senapan, parang dan juga belati! Oleh karenanya orang yang menjadi saudara angkat kami tidak bisa tidak haruslah orang yang kuat pula! Saya tahu kalian bertiga adalah penyelamat jiwa tua ini, namun yang namanya adat dan kebiasaan tetaplah harus dijunjung tinggi serta di hormati wahai saudaraku…” ucap sang kakak Mahmood Ali sembari tergelak tertawa diatas kursi rodanya.
Rupanya setelah kejadian penyerangan dan penganiayaan oleh kelompok Sidieq Bin Ayoub di Djibouti, Kakak Dawoud Ali ini terpaksa untuk sementara waktu harus menghabiskan waktunya di kursi roda.
“Jadi siapa yang akan bertarung mewakili kalian bertiga?” sambung sang pemimpin klan sembari terkekeh riang.
Keringat dingin mengucur deras di pelipis ketiga pemuda kru kapal The Promise Land ini. Jika tahu akan begini urusannya tidak akan mereka iyakan permintaan mengangkat saudara kalau persyaratannya harus berkelahi seperti ini. Begitu rutuk mereka masing-masing dalam hati.Ketiganya yang saat itu memang sedang berdiri berjajar kemudian terlihat saling memandang satu dengan yang lain untuk beberapa lama.
“Baiklah..!!” ucap pemuda bertopi kupluk tiba-tiba memecah kesunyian.
“Untuk kali ini biarlah saya saja yang mendapat kehormatan melawan jagoan mereka… Jelek-jelek begini dulu saya pernah jadi jagoan Wing Chun waktu masih tinggal di Jerman!” sambungnya lagi. Entah apa sebabnya, sang pemuda yang biasanya suka angin-anginan ini bisa tiba-tiba bersemangat. Namun yang jelas, hal itu sontak memicu semangat kedua rekan lainnya.
“Mantap Bro! Kalau nanti dirimu tidak sanggup melawan jagoan mereka, biar nanti saya yang ganti! Jangan khawatir! Saya juga cakep-cakep begini pernah belajar kungfu Shaolin Sekte Utara! Kalau buat lawan jagoan mereka doank sih Cemeen…!” sambung Marco yang tiba-tiba juga ikut tersulut semangatnya.
Mendengar apa yang dikatakan dua rekannya, Bob Barry sang Kapten kapal The Promise Land ini sampai-sampai memandang keduanya silih berganti dengan tatapan penuh keharuan.
“Sungguh kehormatan besar bisa mengenal dan berlayar bersama-sama dengan kalian berdua sahabatku!” ucap sang kapten kapal yang dibalas dengan anggukkan kepala penuh semangat dan optimisme kedua rekannya tersebut.
Termakan oleh semangat yang berkobar-kobar dan rasa optimisme tingkat tinggi yang ditunjukkan kedua rekannya, Sang Kapten kapal pun kemudian akhirnya berpaling dan beranjak kearah kakak beradik pemimpin klan tersebut seraya berucap lantang.
“Syarat kalian kami terima! Kami tidak takut! Keluarkan jagoan kalian, biar secepatnya kita sahkan saja tali persaudaraan kita ini secara jantan dan betina!” ucap sang kapten yang rupanya karena terlalu optimisnya sampai-sampai tertular sifat konyol Marco Ferdinand.
“Ha.ha.ha. bagus! Saudara klan Ahmed Ali Djibril memang sudah seharusnya bernyali macan dan berhati singa! Saya suka! Saya Suka!” teriak Mahmood Ali kegirangan.
“Panggilkan Si Kecil Abdoolah…!”kali ini Dawoud Ali yang beteriak keras.
Teriakannya tersebut langsung saja disambut seruan kejut dan teriakan sorak sorai penduduk Eyl!
Berbanding terbalik dengan reaksi Penduduk Eyl, mendengar nama panggilan tersebut, Ketiga pemuda kita ini kemudian malah terlihat saling pandang sesaat sebelum akhirnya terdengar saling tertawa geli.
“Si Kecil Abdoolah…”
Ketiganya sungguh tidak menyadari kengerian macam apa yang akan mereka hadapi sebentar lagi!
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments