Aqis harus menguatkan hati karena pembahasan masih seputar pernikahan viral di abad ini. Dia tidak pernah ikut berkomentar.
"Ai kamu kenapa gak pernah nimbrung kalau kita bahas pernikahan anak bos tv?" tanya Alya kepada Aqis yang membersihkan meja.
"Aku gak update berita begituan."
Jawaban yang begitu dingin, tapi tak membuat Alya curiga. Sungguh hatinya sangat sakit ketika dia membuka media sosial yang diisi oleh berita mantan kekasihnya itu. Apalagi ada kalimat yang membuat air mata Aqis terjatuh lagi. Kenyataan yang baru terungkap sekarang.
"Kami pacaran sudah satu setengah tahun."
Tangis Aqis kembali pecah. Air matanya tak henti menetes. Kisah cintanya dengan Agam berjalan satu tahun delapan bulan. Jadi, selama satu setengah tahun ini dia dikhianati habis-habisan.
Aqis mencoba untuk kembali fokus bekerja. Dia datang ke Kota Kembang untuk move on. Bukan malah semakin tenggelam dalam rasa sakitnya.
Sekarang, Aqis harus terbiasa dengan obrolan teman-temannya tentang pernikahan viral. Dia sudah tak mau menangis lagi. Matanya sudah sangat sembab karena tiga hari ini menangisi orang yang tak punya hati.
Aqis ingin melupakan semua kenangan bersama Agam, nyatanya itu begitu sulit. Tak semudah yang diucapkan. Semakin berita itu trending, hati Aqis semakin sakit.
Malam ini, Aqis tak langsung pulang. Dia ingin mencari angin malam. Pagi ini, hatinya begitu perih ketika mendapat notifikasi jika sekarang tanggal jadian dirinya dan juga Agam. Nyatanya, bayang-bayang Agam masih menghantui pikirannya.
Aqis berhenti di sebuah kafe yang tutup jam dua belas malam. Masih banyak pengunjung yang menikmati suasana kafe yang full musik. Aqis hanya memesan minuman. Padahal, sedari pagi belum ada makanan yang masuk ke dalam mulutnya. Dia sama sekali tak bernafsu.
Dering ponsel terdengar, nama sang Abang yang ada di sana.
"Kamu udah makan?"
Pertanyaan yang penuh perhatian dan kekhawatiran mampu Aqis rasakan. Dia pun berdusta kepada Ahlam. Setelah panggilan dari abangnya selesai, air mata kembali terjauh. Semakin hari Aqis semakin rapuh. Bayang sang mantan terus menari di kepalanya.
"Aku ingin sekali melupakannya," gumam Aqis.
.
Sudah hampir dua Minggu ini seorang pria suka sekali menatap monitor cctv sebuah kafe. Dia yang dingin dan datar, terkadang melengkungkan senyum menawan jika melihat karyawan barunya bekerja. Namun, sudah seminggu ini dia melihat wajah sang karyawan murung.
"Kenapa dengannya?"
Ketukan pintu kembali terdengar. Sang asisten masuk dan menyerahkan sebuah surat penting.
"Review makanan akan diadakan besok."
Laporan itupun disetujui. Alhasil, dia harus ke kafe untuk memberikan pengarahan kepada karyawan di sana.
"Hari ini saya akan pulang cepat."
.
Aqis bekerja seperti biasanya. Masih sering dimarahi, tapi tak dia masukkan ke dalam hati.
"Yes!!"
Kalimat penuh bahagia keluar dari bibir Alya. Aqis yang tengah istirahat menoleh ke arah temannya.
"Kenapa?"
"Pak manager malam ini datang."
Aqis mengerutkan dahi ketika mendengar jawaban dari Alya. Dia tidak mengerti kenapa Alya sebahagia itu.
"Kamu tahu gak? Manager kita itu gantengnya gak ada obat. Badannya kekar, berkharisma. Senyumnya pun manis."
Aqis hanya menggelengkan kepala melihat sikap Alya. Dia memilih untuk menyantap makan siangnya lagi. Sudah pasti yang dipekerjakan sang paman orang yang berkompeten.
Alya terlihat begitu mengagumi manager kafe. Setiap kali dia membicarakan manager itu, matanya selalu berbinar.
"Kamu emang gak penasaran?"
Aqis pun menggeleng. Dia sudah bisa menebak jikalau manager kafe itu adalah orang dekat sang baba.
"Entar liat deh. Pasti kamu juga bakalan kepincut."
Aqis hanya menyunggingkan senyum. Lalu, meneruskan makannya yang memang belum selesai.
Pengunjung hari ini cukup ramai. Aqis bekerja cukup keras. Baru saja Aqis menyeka keringatnya di dapur, suara gaduh para karyawan terdengar jelas. Aqis menoleh sebentar. Namun, dia memilih untuk meneguk air mineral karena tenggorokannya sudah sangat kering.
Baru saja menaruh botol air, Alya sudah menarik lengan Aqis dengan cukup kencang.
"Pak manager datang," bisik Alya.
Terlihat pada karyawan tengah berbaris rapi. Sehingga Aqis tak bisa melihat wajah manager itu dengan jelas. Alya terus menarik tangan Aqis hingga mereka berbaris di depan. Dan mata Aqis seketika melebar.
Aqis terdiam untuk sesaat. Dia tidak menyangka jika manager kafe di mana dia bekerja adalah keponakan dari sang baba. Setahu Aqis, Rio merupakan petinggi di salah satu rumah sakit milik keluarga Addhitama.
"Benar kan ganteng banget," bisik Alya pada Aqis.
Dia tak mendengar apa yang dikatakan oleh Alya. Tatapannya masih tertuju pada Rio yang tengah menjelaskan semuanya. Mata Rio kini bertemu dengan manik mata Aqis. Mereka saling pandang untuk beberapa detik. Kemudian, Aqis memutuskan dengan menundukkan wajah.
"Saya harap kalian bisa bekerja sama."
Rio pun memutar tubuhnya dan mulai naik ke lantai atas. Aqis pun kembali ke tempat di mana seharusnya dia berada. Di dapur pun mereka masih membicarakan Rio. Mereka mengatakan jika hari ini Rio sedikit berubah. Wajahnya lebih bercahaya. Tidak seperti biasanya, terlihat begitu menyeramkan. Aqis hanya mendengarkan saja. Toh, dia yang lebih tahu Rio dibandingkan mereka.
Ketika jam kerja usai, Aqis yang biasanya pulang lebih dulu, kini diminta untuk mengunci kafe. Seniornya seakan tengah mengerjainya karena jika Rio datang ke kafe sudah dipastikan dia akan keluar ketika tengah malam tiba.
Aqis sudah menunggu Rio turun di anak tangga paling bawah. Sudah satu jam dia menunggu di sana. Namun, Rio tak kunjung turun. Alhasil, Aqis naik ke lantai atas dan mengetuk sebuah ruangan yang ada di sana. Pandangan Rio tertuju pada Aqis yang sudah membuka pintu.
"Masih lama?"
"Kenapa?"
Aqis menggeleng dan memilih untuk menutup pintunya kembali. Melihat wajah garang Rio membuat keberaniannya menghilang. Aqis kembali duduk di tempat awal.
Jam dua belas malam, Rio baru turun dan dia sedikit terkejut ketika melihat Aqis tidur dalam keadaan bersandar di dinding. Rio merendahkan tubuhnya sambil menatap wajah Aqis. Dia tidak tega membangunkan Aqis. Namun, dia juga tak bisa meninggalkan Aqis di sini. Tangan lebar itu hendak membenarkan rambut Aqis yang berantakan. Sayangnya, Aqis keburu membuka mata dan Rio langsung menjauhkan tangannya dengan wajah dibuat sedatar-datarnya.
"Kak Iyo udah selesai?"
Hanya sebuah anggukan yang Rio berikan. Aqis pun membuka matanya yang sudah sangat mengantuk. Dia menekan tombol power yang menunjukkan pukul 00.05.
"Udah malam banget," gumamnya, tapi mampu Rio dengar.
Aqis pun menguap dengan begitu lebar.
Rio dan Aqis keluar dari kafe. Aqis mulai mengunci kafe tersebut. Ketika dia membalikkan tubuh, Rio masih ada di belakangnya.
"Gua antar pulang."
...***To Be Continue***...
Boleh minta banyakin komennya? biar aku semangat bikin ceritanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Ana Elnando
jodoh aqis
2024-12-10
0
Audrey Chanel
seruuuuu🥰🥰🥰
2024-07-02
0
ria sufi
lanjutkan
2024-04-21
0