“Kamu tidak perlu tahu! Pokoknya ibu tidak suka dengan bayi perempuan itu! Jika sudah terlanjur begini, ibu akan mengajukan tuntutan ibu yang kedua kepadamu Abim. Apa kamu masih ingat?!”
Abim nampak tergagu dan bingung. Hingga pemuda tampan itu memelototkan kedua bola matanya karena mengingat sesuatu. Ketakutannya selama ini yang ia rasakan hampir terlupakan bersamaan lahirnya putri cantik buah cintanya bersama sang istri Inara.
“Abim, kamu masih ingat kan janji kamu dulu sama ibu nak?” tagih Bu Retno kepada Abim dengan nada penuh harap agar anaknya luluh dan menuruti kehendaknya.
Abim masih membisu, ingin menyangkal tapi Abim merasa tak tega dengan ibunya sendiri. Abim sempat bahagia akan kelahiran putrinya dengan Inara, bahkan pemuda itu tak begitu mempermasalahkan jenis kelamin anaknya.
Namun justru Abim melupakan kesepakatan yang sudah ia buat bersama ibunya dulu saat menikah dengan Inara. Karena sebenarnya Abim akan di nikahkan dengan gadis pilihan ibunya. Bukan Inara. Meski akhirnya Bu Retno menerima kehadiran Inara, namun perempuan paruh baya itu mengajukan syarat serta tuntutan kepada Abim.
Yaitu syarat dan tuntutan yang pertama ialah Abim dan Inara harus melahirkan anak berjenis kelamin laki-laki. Jika Inara melahirkan anak perempuan, maka Abim siap menikah kedua kalinya dengan perempuan pilihan ibunya. Dan Abim menyanggupinya kala itu.
“Abim masih ingat bu,” sahut Abim dengan lesu.
Rasanya Abim ingin sekali kecelakaan lalu hilang ingatan jika sudah begini. Mana mungkin ia akan menduakan sang istri dan menikah dengan perempuan pilihan ibunya?
Rasanya Abim ingin menolak keras-keras permintaan ibunya itu. Tapi Abim takut jadi anak durhaka jika melawan kehendak ibunya itu. Bisa menikah dan hidup bersama dengan wanita pilihan hatinya saja sudah merupakan anugerah bagi diri Abim.
“Bagus! Ibu akan segera pertemukan kamu dengan gadis pilihan Ibu itu Abim. Ibu yakin kamu pasti tidak akan menyesal,” seru Bu Retno dengan riang.
Menikah dengan Inara pun Abim juga tidak menyesal ibu, Abim justru menyesal pernah menyetujui permintaan ibu waktu itu...
Abim terus merutuki penyesalannya dalam hati. Tidak mungkin ia menyerukan rasa penyesalannya itu di hadapan sang ibu, yang bisa membuat wanita yang ia muliakannya itu merasakan sedih. Dan Abim tak ingin ibunya bersedih.
“Abim minta waktunya, untuk membicarakan hal ini kepada Inara dulu ibu.”
“Baiklah ibu kasih waktu kamu 3 hari dari sekarang Abim. Ibu harap istrimu Inara itu menyetujui usul ibu untuk kamu menikah lagi karena ia tidak becus memberi cucu laki-laki untuk ibu!”
“Baik ibu.”
Kala itu Abim terburu-buru menyetujui syarat dan tuntutan dari ibunya itu. Tanpa berfikir jauh ke depan, di benak Abim saat itu hanya ingin mendapat restu dan menikah bersama Inara. Abim tak habis fikir, jika akhirnya ketakutannya selama ini benar-benar terjadi. Dan kini Abim harus menduakan cinta Inara meski sejujur Abim tak sanggup melakukannya.
Abim keluar dari kamar Bu Retno dengan langkah lesu. Seluruh persendiannya terasa rapuh bagaikan jelly. Abim memandang Inara dari tempatnya, nampak wanita itu sangat bahagia akan kehadiran putri cantik dalam pangkuannya saat ini.
Tanpa terasa air mata Abim terurai begitu saja. Rasa tak tega menelusup relung hatinya yang terdalam. Bagaimana tidak? Apakah Abim begitu tega menduakan wanita yang sangat sempurna di matanya seperti Inara? Inara adalah wanita yang sempurna dari segi akhlak dan perilaku.
Selain cantik, Inara adalah sosok wanita yang lemah lembut dan penurut kepada suami. Inara juga wanita yang rajinnya luar biasa. Abim merasa begitu di manjakan oleh Inara selama membina biduk rumah tangga bersama wanita pilihan hatinya itu.
Kini Abim di ambang dilema yang begitu dasyat. Di matanya Inara adalah sosok yang istri yang sempurna. Abim tak ingin mencari wanita lain, karena baginya Inara saja sudah cukup. Namun permintaan ibunya merupakan sebuah perintah yang mutlak harus di laksanakan. Jika saja Abim menolak, pasti ibunya memaksa Abim untuk menceraikan Inara. Abim tidak ingin berpisah dengan Inara apa pun yang terjadi nanti.
“Mas Abim! Kok malah melamun? Sini mas!” panggil Inara begitu menyadari kehadiran Abim tak jauh dari tempatnya duduk.
Mendengar panggilan Inara, membuat Abim terkesiap. Lalu buru-buru pria tampan berkulit bersih itu menghapus air matanya kasar agar sang istri tidak curiga.
Abim pun melangkah menghampiri sang istri yang masih tersenyum bahagia dengan putrinya. Ada rasa nyeri di ulu hatinya, rasa tak tega menghapus paksa senyum cantik dari kekasih hatinya itu.
“Mas kenapa? Mas Abim habis menangis? Kenapa?” tanya Inara penuh selidik begitu melihat mata merah suaminya.
“Tidak apa-apa, mas hanya kelilipan tadi. Ya sudah yuk kita masuk ke kamar. Kasihan anak cantik kita pasti kedinginan di luar sini,” ujar Abim mengalihkan topik pembicaraan.
“Baik mas.”
Inara berlalu lebih dulu mendahului suaminya. Senyum wanita itu tak pudar seraya menatap sang putri dalam dekapannya. Inara sangat bahagia memiliki seorang putri yang cantik menandakan ia sudah menjadi seorang ibu dan istri yang sempurna.
Sampainya di kamar, Inara memasukkan bayi cantiknya di box bayi dekat ranjang tidurnya. Inara pun menatap sang suami yang terlihat gelisah usai keluar dari kamar ibu mertuanya. Seperti ada sesuatu yang tengah suaminya itu sembunyikan.
“Mas, bagaimana hasilnya? Apa ibu sudah bisa menerima kehadiran putri kita?”
Bersambung ..
Jangan lupa dkung author sertakan giftnya biar otor semangat up ya readers..😘😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Rini Antika
semangat terus say, iklan mendarat
2024-08-13
0
Rini Antika
ibunya aja yg stres,
2024-08-13
1
Noviyanti
pisah aja deh kalian
2024-07-16
1