Bab 3

"Dul, jawab, dong! Sebenernya gue ini cantik atau gak 'sih?"

Adul sok memperhatikan gue. Kemudian dia tersenyum canggung. Tangannya langsung sibuk menggaruk tengkuk belakangnya.

Gue langsung bingung dengan tingkahnya yang kadang-kadang absurd itu.

"Ren, kalau gue boleh jujur, lo itu gak cantik, tapi manis. Maniiis banget! Sampai gue tuh pengen makan lo bulat-bulat!"

Gak pakai aba-aba, gue langsung mengeplak tangan dia yang masih sibuk garuk-garuk tengkuk itu. Jujurly, baru kali ini gue lihat Adul malu-malu miaw kayak gitu.

"Ada-ada aja lo! Kalau gue memang manis, kenapa gak ada satupun cowok di dunia ini yang suka sama gue, Dul?" gue berucap lirih.

"Ada kok, Ren. Lo nya aja yang gak tahu."

Gue menoleh dan terheran-heran dengan ucapannya itu. Adul masih sibuk memperhatikan gue sebelum dia cengengesan gak menentu.

Memang sudah tak betul budak nih!

"Eh, Ren! Lo bilang tadi lo suka sama cowok? Siapa orangnya?"

Gue senyum-senyum. Gue tiba-tiba diserang rasa malu untuk cerita sama si Adul.

"Ya elah, Ren! Gak usah sok malu-malu gitu! Biasanya juga lo gak punya rasa malu!" ucap Adul tanpa tedeng aling-aling.

Bangsyat! Kurang ajar betul mulut si Adul ini. Walaupun gue kayak begini penampilannya, tapi punya rasa malu itu kan sudah datang secara lahiriah dan naluriah, dan berlangsung terus sampai menjadi jariyah. Etdaaah! Gue ngomong apaan sih?

"Dul, gue sebenarnya suka sama Mas Amar. Kakak angkatnya Nika."

Adul langsung menoleh dan menatap gue dengan tajam.

"Lo serius suka sama Tuan Amar?"

Gue mengangguk mantap. "Heem!"

Adul berdecak. "Ren, apa gak ketinggian lo bisa suka sama Tuan Amar?"

Gue mengernyit. "Eh, memangnya kenapa? Apa ada yang salah, kalau gue suka sama dia?"

Adul mencebik dan menaikkan kedua bahunya. "Gak salah, sih! Cuma gue takut lo kecewa, Ren."

Gue menghela nafas dan menunduk. Adul kok ngomongnya gitu, ya? Apa dia sudah bisa melihat kalau gue memang agak kecewa karena chat gue selama dua tahun lebih ini gak pernah dibalas?

Adul tiba-tiba menepuk bahu gue. "Eh, jangan sedih gitu, dong. Kalau memang lo suka sama Tuan Amar, doa gue, mudah-mudahan dia bisa balas perasaan lo, ya?"

Gue menoleh dengan bibir mewek. Seandainya saja gue bilang sama Adul masalah chat gue yang gak pernah berbalas itu, gue yakin Adul pasti minta gue mundur sekarang. Tapi entah kenapa gue merasa harus lebih berjuang lagi. Huuuft.

Tanpa berkata apa-apa lagi, tangan Adul sudah sibuk menepuk-nepuk kepala gue. Haaaaaah.

.....**.....

Sekitar pukul sembilan malam, di saat Emak dan Jabrig sudah menuju alam mimpi, gue masih duduk di teras sambil membaca novel tentang percintaan. Walaupun umur gue sudah kepala tiga sekarang, gue masih demen tuh sama novel-novel beginian.

Sesekali perasaan gue juga khawatir, karena sampai pukul sembilan gini, Bapak belum pulang juga. Makanya sekalian deh gue tungguin Bapak pulang. Herannya, Emak gue alias bininya Bapak, kenapa kagak khawatir ya tambatan hatinya belum pulang. Hemmm.

"Bapak pasti pulang, Reeen! Dia kan belum pikun dan masih hapal jalan ke rumah kita. Lagi pula Emak besok harus bangun pagi-pagi banget untuk jualan ke pasar pagi. Atau jangan-jangan lo yang udah pikun kali, ya?"

Etdaaah, Emak. Apaan dah. Kenapa gue pula malah yang dibilang pikun. Ck.

Haaaah, entah kenapa gue malah jadi teringat waktu bantuin buat kuah pentol dua tahun lalu. Di situ Bapak ingatkan gue untuk segera kawin karena umur gue sudah 28 tahun. Dan sekarang, tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat. Umur gue sudah 30 tahun, tapi gue tetap belum kawin-kawin juga.

Maafin Reni ya, Pak.

Samar-samar suara motor Bapak kedengaran. Gue langsung menjatuhkan buku novel itu ke pangkuan gue. Terlihat samar-samar cahaya lampu dari motor Bapak yang ada tulisan Legendanya itu.

"Ren, belum tidur?" tanya Bapak sambil tersenyum.

"Belum, Pak. Reni nungguin Bapak."

Gue tersenyum sendu melihat Bapak. Padahal sudah malam begini baru pulang jualan, dan pastinya capek. Tapi masih bisa kasih senyum sama gue, anaknya yang paling manis ini.

Gue bantuin Bapak untuk angkat barang-barang yang ada di atas motor. Setelah selesai, Bapak duduk di salah satu kursi yang ada di teras ini.

"Pak, Reni buatin teh manis, ya?"

Bapak menggeleng. "Gak usah, Ren. Dah malam juga, gak bagus minum yang manis-manis."

Gue mengangguk dan kembali duduk. Gue lihat Bapak mengusap keringat dengan sapu tangannya.

"Gimana jualan hari ini, Pak?"

"Alhamdulillah dapat lima puluh ribu, Ren."

Masya Allah. Satu harian jualan, Bapak cuma dapat gocap? Tapi gue lihat Bapak masih bisa senyum dan bersyukur.

Gue mengerjapkan mata. "Bapak gak mau buat pentol varian baru?"

"Hah, maksudnya, varian baru apa, Ren?"

"Yaaah, pentolnya dibikin kayak pentol mercon, pentol joss gitu, Pak!"

Bapak bergidik. "Ish, itu kan pedes, Ren!"

"Ah, iya, Pak. Pentol pedes mampus, biar yang makan juga mampus!" Gue cekikikan dengan ucapan gue sendiri.

"Iiihh lo, Ren! Yang ada bisa tutup permanen pentol Bapak."

"Hahaha. Bikin pentol mercon aja, Pak. Gak usah yang pedes-pedes banget. Nanti Reni cari tahu deh resepnya di gogel."

Bapak manggut-manggut sambil memilin kumisnya. "Hemm, boleh juga dicoba itu, Ren."

Gue mengacungkan jempol dengan semangat. "Oke, Pak!"

.....**.....

"Jabrig! Mau ke mana lo?"

Gue tarik kerah jaket jeansnya waktu dia sudah bersiap mau lari dari hadapan gue. Di hari minggu ini, lagi-lagi dia mau kabur bawa motor gue. Gue heran juga sama nih anak. Setiap hari minggu, dia pasti mau pergi. Dan yang paling kesal, entah kenapa dia selalu minjam motor gue.

"Duh, Kak! Sakit, Kak! Kecekek gue!"

Gue tarik lebih keras lagi kerah jaketnya. "Dari kemarin kan gue bilang, minggu ini kita bantuin Bapak jualan di terminal! Kenapa lo mau kabur, hah?"

"Lepasin dulu, Kak!"

Disentaknya tangan gue. Terus dia berdiri menegakkan badannya di hadapan gue. Uuhh, dikiranya gue ciut apa dengan dia berdiri tegap begitu?

"Apa? Lo kira gue takut?" tantang gue.

Jabrig memanyunkan bibir. Dia kemudian membenarkan kerah jaketnya yang berantakan karena ulah gue.

"Kak, gue anterin aja ya?"

Alis gue mengernyit. "Eh, kenapa gitu? Memangnya lo mau ke mana?"

"Untuk sekarang, gue gak bisa kasih tahu, Kak."

Sekarang gantian gue yang manyun.

.....**.....

Di terminal.

Hari minggu gini, biasanya banyak orang hendak pergi ataupun baru pulang dari suatu tempat. Hal itu dimanfaatkan sama Bapak untuk berjualan di terminal ini.

Benar saja! Baru saja kami sampai, para pembeli langsung menghampiri. Eaaak.

Bapak yang masukin pentol ke plastik, setelah itu Bapak kasih ke gue yang bertugas menuangkan kuah. Selesai dikasih kuah, gue langsung ikat menggunakan karet.

"Assalamu’alaikum, Pak!"

"Wa’alaikumsalam!"

Gue terperangah mendengar ada yang ngucap salam. Langsung gue alihkan mata gue ke sumber suara. Ya salam! Ternyata suara itu bersumber dari seorang pria tamfan, Pemirsah.

Pria itu menoleh juga ke gue. Dia tersenyum sambil menundukkan sekilas kepalanya. Gue juga melakukan hal yang sama. Setelah itu gue bodoh amat. Karena bagi Reni Marheni Setiani, pria tertampan di muka bumi ini selain Bapak ya Mas Amar.

"Eh, Inul! Mau pergi atau pulang, nih?" tanya Bapak penuh keramahan.

Gue membelalak. Hah? Inul? Masa cowok seganteng dia namanya Inul? Puuuffft.

"Ah, Bapak. Kebiasaan! Panggil Zain, Pak."

Bapak terkekeh. "Iya, seingat Bapak kan nama kamu Zainul. Ya udah Bapak panggil Inul aja. Wuahaha."

Gue hampir saja keceplosan untuk ketawa. Gue yakin cowok itu pasti ngelihatin gue sekarang.

"Pak, buatin pentolnya kayak biasa, ya?"

"Siap!"

"Ini anak Bapak?"

Gue menaikkan alis sebelah mendengar pertanyaannya.

"Iya, Nul. Cantik 'kan?"

Si Inul alias Zainul tersenyum. Bisa gue rasakan kalau dia sesekali mencuri pandang ke arah gue. Apakah itu artinya?

...***...

Terpopuler

Comments

Miu Nih.

Miu Nih.

etdah cowok tamvan again, bakal jdi rivalnya Amar 🤭

2025-05-13

0

Malika

Malika

artinya dia suka sama kamu Ren🤭

2025-03-23

0

Abu Yub

Abu Yub

kok kamu bilang aku sih?

2025-05-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!