Bab 1

Hidung gue mancung. Kedua lobangnya juga proporsional, dan kedalamannya juga pekat. Bola mata gue berwarna cokelat madu, berbulu mata lentik aduhai. Bibir gue juga lumayan agak sexy, agak hot-hot gimana gitu.

Mata gue juga indah kalau dipandang-pandang. Apalagi ketika gue lagi berkedip-kedip manja. Ulala! Tapi sayangnya entah siapapun yang mau memandang. Huuftt.

Haaaah, seandainya saja ada gitu yang jatuh hati sama gue yang cantik paripurna ini. Tapi sayang banget, kagak ada cowok yang mau jatuh hati sama gue.

Padahal setiap kali gue bercermin, gue seperti melihat bidadari yang memantul dari cermin itu. Hem, iya melihatnya cuma dari dua biji mata gue saja. Di biji mata orang lain, gue biasa-biasa saja. Nasyib!

Gue menyesap kopi macchiato yang masih mengepul asapnya itu. Sambil sesekali gue cek hp, mana tahu chat gue dibalas sama tambatan hati. Oh, Mas Amar yang tampan rupawan, yang gak pernah sekalipun balas chat gue. Kapan lo jadi milik gue, Mas!

Setelah minggu kemarin gue gak jadi jalan-jalan sore karena motor gue dipake si Jabrig, dan finally__di hari minggu sore yang damai ini__gue berhasil juga. Gue memilih nongkrong di kafe favorit gue dan Danika. Kalau kalian gak tahu siapa Danika, please baca kisah dia dengan judul Jadi Istrinya ya, weh.

Daripada bengong mikirin hati gue yang kagak karuan karena Mas Amar, akhirnya gue chat deh Danika. Mana tahu dia punya waktu untuk nemenin sohibnya yang punya kegalauan yang sudah masuk dalam keadaan kritis ini.

Kalau dia bisa datang, gue bakalan ngebet minta dijodohin sama Kakaknya itu. Iya! Gue bakalan ngebet minta di mak comblangin sama Nika! Gak mau tahu gue!

Ish! Boleh gak sih gue se-begininya amat. Ya ampyuuun.

Bunyi pintu kafe terdengar, gue langsung terperanjat dan pasang senyum sumringah saat tahu sahabat gue akhirnya datang juga.

Kayaknya kok cepet banget dia sampainya? Gue coba meminum kopi gue, yang etdaaah ternyata sudah dingin. Ya Munaroooh, alias nama Emak gue, kayaknya gue dari sehabis nge-chat Nika, gue langsung ambil posisi nyaman untuk melamun. Tapi gue gak nyangka bakalan selama itu gue melamun.

Nika gak datang sendirian, dia bawa anak pertamanya yang cantik dan imut itu.

"Maaf ya, Ren. Gue agak lama datangnya."

Gue tersenyum. "Gak apa-apa kali, Ka. gue tahu kalau lo repot. Halo Shahidah sayang. Apa kabar, Nak?" Gue gak tahan untuk gak menjawil pipi chubby-nya.

"Alhamdulillah baik, Tante," kata Nika karena Shahidah hanya diam dan sibuk memperhatikan gue. Apakah Shahidah si bocah ini mulai sadar sedang melihat bentuk nyata bidadari?

"Ayo salim Tante Reni."

Shahidah menurut, dia menghampiri gue dan menyalim tangan gue. Gue yang memang sayang banget sama nih bocah, langsung mengusap rambutnya yang terkepang dua itu. Setelah menyalim tangan gue, dia langsung duduk di dekat Nika.

"Ka, lo mau minum apa? Biar gue pesenin!"

Nika mengernyit. "Apa ya, Ren? Cokelat panas aja kali, ya?"

Gue mengernyit juga. Kenapa tumben Nika minta cokelat panas? Biasanya juga dia si paling suhu menghabiskan kopi sampai entah berapa cangkir.

"Kok lo tumben gak pesan kopi, Ka?"

Nika tertawa. "Lo lupa, Ren? Hem," ucapnya sambil menunjuk perutnya yang agak buncit.

Omaygyut! Saking kepikiran Mas Amar terus, gue jadi lupa kalau Nika lagi hamil anak keduanya sekarang. Duh, Nika. Enak banget dia sudah merasai yang namanya hamil dan punya anak. Lah, gue? Jangankan bisa merasai itu semua, merasakan namanya nikah dan kawin saja belum.

Gak pakai lama, gue langsung memesan apa yang Nika mau. Dua cangkir cokelat panas, satu piring roti bakar dan satu piring berisi kentang goreng.

Setelah pesanan datang, Nika mengajarkan Shahidah untuk minum dengan menyendok sedikit-sedikit cokelat panas itu. Masalah anak sudah beres, Nika langsung menyeruput cokelatnya sendiri.

Gue perhatikan lamat-lamat Nika yang lagi minum itu. Sahabat gue ini memang cantik dan manis, dan asal kalian tahu, kalau dia ini punya kepribadian yang begitu baik dan hangat. Mungkin itu yang membuat Tuan Arsenio__Suaminya Nika begitu mencintai dia. Pun Mertuanya juga begitu sayang sama Nika.

Gue tersenyum sedih. Gue punya apa ya? Gue gak sebaik dan secantik Nika. Apakah gue harus mencontoh apa yang Nika punya, agar Mas Amar mau sama gue? Hem.

"Ren! Kok lo melamun terus? Ada apa?"

"Eh, apa, Ka?"

"Gue perhatiin dari gue sama Shahidah datang, lo melamun terus. Ada apa?"

Bibir gue langsung merot kiri, merot kanan. Tanpa gue sadar, Nika merhatiin gue ternyata.

"Apa lo ada masalah, Ren? Cerita dong sama gue!"

Gue terkekeh dan memegang pipi gue. "Apa kelihatan ya kalau gue ada masalah?"

"Kelihatan banget, tahu! Makanya cerita sama gue!"

Gue menghela nafas. "Iya! Gue lagi galau, Ka!"

Mendengar itu, Nika langsung pasang wajah jahil. "Khem, khem. Galau karena cowok, ya? Cieee! Cieee!"

Gue tersentak dan meringis malu. "Apaan sih lo, Ka!"

"Siapa cowok itu, Ren? Jadi penasaran gue! Maaf ya, karena keadaan gue udah berbeda, gue jadi gak tahu apa-apa lagi tentang lo, Ren."

"Kalau gue bilang siapa namanya, lo jangan marah, ya?"

Nika menyatukan alis. "Maksud lo Mas Arsenio? Lo suka sama Suami gue?"

Ya salaaam! Mata gue langsung melebar seketika. Ini karena efek Nika habis minum cokelat panas kali ya, makanya dia kagak nyambung.

"Ya, gak lah, bego! Ada aja gue suka sama Suami lo!"

"Oohh, hahaha."

Buset! Gue sudah memonyongkan bibir dan menatap sinis Nika.

"Sorry ya, Ren! Gue kira lo suka sama Mas Arsenio. Hahaha, entah kenapa gue malah nyambung ke situ!"

Gue mencebik. "Uuuhh. Gak mungkinlah gue suka sama Suami lo! Macem gak ada cowok lain aja!"

Nika masih tertawa. Gue yakin, hidup dia sudah sempurna banget sekarang, makanya ketawa mulu dari tadi.

"Iya! Iya! Sekarang kasih tahu, dong, siapa cowok itu?"

Gue kayaknya ragu-ragu untuk ngomong. Tapi gue juga gak tahan untuk gak bilang. Karena di dada ini semakin syesyak saja rasanya.

Haaaah, ke mana niat gue tadi untuk minta Nika mak comblangin gue sama Kakaknya? Ke mana jiwa-jiwa dan semangat-semangat gue yang membara tadi? Huuufft.

"Ka, sebenarnya, habis lo kasih nomor Mas Amar sama gue, gue langsung coba chat dia."

Gue lihat mata Nika berbinar. Bibirnya bergerak-gerak karena menahan senyum. Duh! Tuh, kan! Pasti gue bakal diledekin sama nih anak.

"Iihh, lo serius, Ren? Gue gak nyangka lo berani juga chat cowok duluan. Terus-terus?"

Gue menghela nafas beberapa kali. "Terus-terus apanya? Chat gue satupun gak ada yang dibalas sama Mas Amar! Nih, lihat sendiri!"

Gue menggeser hp gue ke Nika. Dia ambil hp itu dan mulai membaca semua chat gue ke Kakaknya.

"Ya Allah, Mas Amar," desahnya.

"Nika, apa Mas Amar risih ya gue kirimin chat terus?" agak lemah suara gue karena ada unsur sedih di dalamnya. ceileh.

Nika menghela nafas. "Mas Amar itu emang gitu orangnya, Ren. Dia itu dingin dan pendiam kalau udah berurusan sama cewek."

"Hem, apa jangan-jangan Mas Amar udah ada yang punya ya, Ka?"

Entah kenapa, pas ngomong begitu, hati gue mendadak sedih. Sudah gak mendadak lagi, sih. memang sudah sedih dari tadi.

"Mas Amar itu gak pernah dekat sama siapa-siapa, Ren. Makanya gue seneng pas tahu lo nge-chat dia. Rupanya dia masih dingin kayak es kristal bolong-bolong di tengah itu! Huuuftt!"

Haaaaah, akhirnya gue bernafas dengan lega setelah tahu kalau Mas Amar memang masih sendiri.

"Tapi, lo tenang aja, Ren! Gue bakal bujuk Mas Amar untuk lo, Ren! Udah waktunya dia berubah. Gue bakal berusaha untuk jodohkan kalian berdua."

Omaygyut. Apa ini? Mata gue terasa panas, Pemirsah! Gue terharu beut denger omongan si Nika. Sumpah, deh.

"Ya Allah, Nika. Makasih banget, Ka! Gue terharu banget, tahu!"

Nika terkekeh. "Gue seneng tahu lo suka sama Kakak gue, Ren."

Gue jadi malu-malu. "Apa iya, Ka? Kelihatan banget, ya?"

Nika manggut-manggut. "Jelas banget! Apalagi sebenarnya lo udah kebelet kawin 'kan sama Mas Amar! Kelihatan jelas banget di biji mata gue!"

Gue langsung tersentak kaget.

"Bangsat!" maki gue. Sedang yang dimaki malah semakin menjadi ketawanya.

Haaaah. Akhirnya gue lega juga sudah bilang ini semua ke Nika. Dan satu hal yang pasti, gue tunggu usaha Nika untuk mak comblangin gue sama Mas Amar. Dan semoga berhasil. Amiin gue yang paling serius.

....****....

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

semoga lancar perjodohan Reni dan amar

2025-04-24

2

Miu Nih.

Miu Nih.

aku udh bayangin kok, tenang aja 😌😉

2025-05-13

0

Indah MB

Indah MB

ya iyalah.. amar sukanya sama danika... mana mau di Deket cewek lain.. semangat ya Ren... semoga berjaye mendapatkan hati amar

2025-04-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!