NovelToon NovelToon

He Is Mine

Bab 1

Memiliki keluarga harmonis dan kedua kakak laki-laki yang begitu penyayang dan sangat menjaganya adalah hal yang paling Abel syukuri. Terlebih memiliki dua sahabat yang juga sangat setia padanya, membuat Abel selalu bersyukur akan itu semua.

Abel adalah gadis yang mandiri meskipun sering di manja oleh keluarganya. Abel bahkan sudah bisa membeli sebuah cafe yang cukup besar dari hasil menabungnya selama ini. Karena Abel bertekad untuk memiliki penghasilan sendiri dan membanggakan keluarganya.

Di umurnya yang menginjak 22 tahun, Abel sudah memiliki usaha sendiri. Selain itu, Abel baru saja lulus S1 jurusan Ekonomi dan tidak ingin lanjut S2 dan seterusnya. S1 saja dia minta bantuan kakak-kakaknya untuk mengurus skripsi dan tugas-tugas yang lain.

Meski terlahir dari keluarga berada dan terpandang, Abel terlalu malas untuk berpikir. Masuk sepuluh besar saja sudah bersyukur, dia tidak mau neko-neko ingin dapat ranking satu.

Abel Xaviera adalah wanita dengan tinggi badan 165 cm. Rambutnya panjang sebahu berwarna hitam legam. Matanya berwarna coklat, mata hazel yang begitu indah yang diturunkan oleh daddy nya.

Sekarang Abel sedang bersiap-siap untuk berangkat ke restoran bintang lima.

Hanya acara makan-makan sederhana yang dihadiri keluarga kecil saja, kedua orangtuanya dan kedua kakaknya.

Kini semuanya sudah siap untuk berangkat bersama. Agar tidak terpisah saat perjalanan, mereka menggunakan mobil yang muat untuk satu keluarga. Ada seorang supir yang mengemudikan mobilnya.

Abel duduk di sebelah kakak pertamanya, sedangkan kakak kedua duduk di belakang mereka, di depan Abel ada kedua orangtuanya.

"Sekarang kau sudah tua, jangan makin keras kepala ya Bel," ucap Mom Velyn sambil sedikit menoleh ke arah anak bungsunya.

"Aku tidak keras kepala, Mom!" balas Abel tak suka.

"Lalu apa? Susah diatur?" tanya Mom Velyn kemudian.

Abel berdecak. Memang sih, dia anak yang paling keras kepala diantara kedua kakaknya yang lain. Tapi jangan diperjelas juga lah.

"Setelah ini, cepat cari calon. Jangan seperti kakak-kakak mu yang belum menikah sampai sekarang," kata Mom Velyn lagi.

Zayn dan Kenzo hanya diam mendengarnya. Bukan tidak laku, mereka hanya ingin menikmati masa muda. Jika sudah sampai waktunya, pasti mereka akan bergerak.

Zayn Alxavier adalah pria cuek sedunia bagi Abel. Kakaknya itu meskipun sedang bersama keluarga, cueknya tidak kurang sedikitpun.

Lalu kakak kedua Abel Kenzo Alxavier yang sebelas dua belas dengan Zayn. Tapi, Kenzo agak lebih waras dikit karena dia tidak secuek Zayn saat bersama keluarga. Umur mereka sudah 28 tahun.

Beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai di restoran bintang lima yang terkenal. Mereka diarahkan menuju ruang VIP yang sudah di pesan oleh Daddy Liam.

Abel cukup kaget saat memasuki restoran itu. Karena semua pelayan adalah laki-laki tampan nan gagah. Membuat semua wanita yang berkunjung bisa memanjakan mata.

Saat membuka pintu ruang VIP, Abel langsung disuguhkan kue dua tingkat yang sangat cantik. Lilin angka juga sudah menyala menghiasi kue itu. Mata Abel berbinar, padahal sebelumnya dia sudah dapat kue dari keluarganya, sekarang dia dapat kue lagi.

Dengan langkah pelan, Abel menghampiri kue itu dan meniup lilinnya.

"Suka?" tanya Mommy seraya menghampiri anak bungsunya.

Abel mengangguk antusias. "Suka sekali! Terimakasih," ucapnya dengan tulus, matanya menatap keluarganya.

"Itu kakak mu yang menyiapkan semuanya," ujar Mommy.

"Benarkah?" Tatapan Abel beralih pada kedua Kakaknya yang selalu memasang wajah datar.

"Aaa makasih kakak-kakak ku yang tampan!" ucap Abel lalu menghampiri kedua Kakaknya dan mencium pipi mereka berdua.

Zayn dan Kenzo menghela nafas. Pasti lipstik Abel menempel di pipi mereka, tapi keduanya tetap membalas mencium pipi dan kening sang adik.

Abel langsung menyengir lebar.

Mereka langsung duduk di kursi yang di depannya ada meja kaca yang sudah di hias secantik mungkin.

Lalu seorang pelayan memberikan buku menu pada mereka.

"Jangan yang pedas, Abel. Nanti kau merengek sakit perut lagi," peringat Mommy saat anaknya hendak menunjuk menu ramen pedas.

Bibir Abel langsung mengerucut, dia pun beralih memesan steak dan jus strawberry.

Tak lama dari itu, dua orang pelayan datang dengan troli berisi makanan dan minuman yang mereka pesan.

Bukannya fokus pada makanannya, Abel malah fokus pada salah satu pelayan pria yang begitu tampan. Padahal pelayan satunya juga tampan, tapi tatapan Abel malah terpaku pada sosok satunya.

Selesai menyajikan makanan, kedua pelayan itu langsung pergi setelah pamit.

"Matamu, Bel," peringat Daddy. Dia terkekeh melihat tatapan memuja anaknya yang ditujukan untuk pelayan pria tadi.

Abel menatap Daddy nya dengan senyum lebar. "Cocok dengan ku kan, Dad?" tanyanya meminta pendapat.

"Dia terlalu sempurna untuk dirimu yang selalu membuat orang-orang geleng kepala," sahut Mommy.

Dad Liam langsung tertawa. Sedangkan Abel cemberut dan merasa kesal dengan sang mommy.

"Dad, coba minta Paman Jo untuk menyelidiki dia," pinta Abel.

"Apanya yang harus diselidiki? Kalau suka tinggal dekati, apa susahnya? Cinta itu perlu perjuangan," ucap Dad Liam.

"Masih kecil, tidak usah bicara cinta-cintaan," sahut Zayn dengan suara dinginnya, lalu menyodorkan piring milik Abel yang steak nya sudah dia potong-potong.

"Bilang saja iri!" serobot Abel, matanya menatap sinis sang Kakak.

Zayn hanya diam dan mulai memakan makanannya dengan tenang.

"Fokus pada perkembangan cafe mu saja, tidak usah mencari kekasih. Kau masih kecil, takutnya dia memanfaatkan mu nanti," celetuk Kenzo yang juga memberi wejangan untuk sang adik.

Abel berdecak, "Aku bukan kalian yang betah sendirian!" katanya.

Selama ini banyak pria yang mendekatinya. Tapi semuanya Abel tolak dengan alasan bukan tipenya. Dan tipenya adalah si pria pelayan tadi. Gagah, tampan dan tentunya pekerja keras.

"Auranya terlihat seperti bukan pelayan. Iya kan, Dad?" tanya Abel meminta persetujuan atas pendapatnya.

"Entahlah, Daddy tidak terlalu memperhatikan," jawab Dad Liam.

"Aku jadi penasaran," gumam Abel lalu kembali memakan steak nya.

Dalam hati, Abel mulai menyusun rencana agar dia bisa bertemu dengan pria itu tiap hari.

Seketika dia ingat bahwa jarak cafe miliknya dan restoran ini lumayan dekat, mungkin hanya memakan waktu lima menitan untuk sampai di sini.

Sejak saat itu, dia bertekad untuk mengejar cintanya. Bodo amat jika kedua Kakaknya melarang, yang penting Abel bisa mendapatkan hati pria yang sudah menjadi incarannya itu.

Dia adalah wanita yang penuh tekad. Apapun yang ia inginkan harus dia capai bagaimanapun caranya.

Setelah acara makan malam itu, Abel benar-benar menjadi wanita yang mandiri. Bekerja untuk diri sendiri, menikmati uang sendiri, itu rasanya sangat bahagia sekali. Setidaknya dia tidak meminta uang jajan pada Daddy nya lagi. Ya meskipun Daddy dan kedua kakaknya masih selalu mengiriminya uang.

***

Bab 2

Victor Xalvador Domonic adalah anak dari seorang mantan mafia yang kini berumur 26 tahun. Dia bekerja sebagai pelayan di salah satu restoran ternama. Tapi bukan berarti dia jatuh miskin. Perusahaan yang dia dirikan sendiri sudah memiliki cabang di berbagai negara.

Selama ini, dia tidak pernah turun langsung ke perusahaan. Dia akan mengamati dari jauh. Sedangkan yang menghandle pekerjaan di kantor adalah asisten kepercayaannya.

Victor sengaja menutupi identitasnya. Dia hanya ingin seperti itu sampai ada seorang wanita yang mencintainya dengan tulus tanpa melihat pekerjaannya sebagai pelayan.

Selain itu, Victor juga merasa nyaman bekerja di restoran. Selagi dia betah, maka tidak ada salahnya.

Keluarganya juga sudah tau tentang kehidupannya, dan mereka setuju-setuju saja.

Seperti siang ini, restoran sedang cukup ramai karena sudah jam makan siang. Victor sibuk mengantar pesanan para pelanggan. Tak lama kemudian seorang gadis masuk dan langsung duduk di kursi yang paling ujung dekat jendela.

Karena tugas Victor sebagai pengantar makanan saja, jadi dia tidak menanyakan apa yang ingin gadis itu pesan. Lalu setelahnya seorang pria yang bertugas mencatat pesanan pelanggan datang menghampiri gadis tersebut. Victor sudah kembali ke dapur.

"Aku ingin dessert strawberry dan milkshake strawberry saja," ucap Abel. Matanya menatap liar ke sekelilingnya mencari pria idamannya.

"Baik, mohon ditunggu."

Sebagai pecinta buah stroberi, Abel sangat suka dengan warna merah muda. Merah muda memang bukan warna khas stroberi, tapi Abel merasa cocok dengan warna itu. Bahkan dinding kamarnya bercat warna pink dan seprei nya bergambar stroberi juga.

Beberapa menit menunggu, pesanan Abel datang. Ternyata yang mengantar makanannya adalah pria pujaannya.

"Silakan dinikmati," ucap Victor setelah selesai menyajikan makanan Abel dan hendak pergi.

"T-tunggu!" Dengan lancang Abel menyentuh lengan kekar itu. Sadar akan tindakannya, Abel langsung menarik tangannya kembali.

"M-maaf jika aku lancang menyentuhmu," ucap Abel lagi merasa tidak enak.

Victor diam menatap datar pelanggannya itu. Entah kenapa, pelanggannya kali ini terlihat menyebalkan di matanya.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Victor. Dia berdiri di depan Abel.

"Boleh aku tau siapa namamu?" tanya Abel dengan hati-hati.

Victor terdiam sebentar sebelum menjawab.

"Maaf, Nona. Itu privasi," jawab Victor masih dengan nada datar.

Abel mengerjapkan matanya. "Ah baiklah. Maaf jika aku mengganggumu."

Memang. Batin Victor.

Victor mengangguk dan segera pergi dari sana.

"Kenapa sulit sekali, sih?! Pokoknya aku harus minta Paman Jo untuk menyelidikinya!" gumam Abel.

"Tapi kenapa wajahnya sangat menyebalkan sekali?! Dan anehnya kenapa masih terlihat tampan?!" kesal Abel.

****

Abel kembali ke cafe dengan wajah sedikit cemberut. Dia langsung menuju ruangannya. Padahal memiliki cafe sendiri, tapi dia malah memilih makan di restoran itu. Semuanya hanya demi menemui sang pujaan hati.

"Paman Jo, tolong selidiki seorang pelayan di restoran yang dekat dengan cafe milikku. Di lengan atasnya ada tato kecil, tapi aku tidak tau itu tato apa. Intinya dia punya tato, ya! Secepatnya! Aku sangat membutuhkan informasi itu," ucap Abel panjang lebar setelah teleponnya tersambung dengan Paman Jo, asisten ayahnya yang sudah mengabdi bertahun-tahun.

"Baik Nona," jawab Paman Jo. Abel langsung mematikan sambungnya.

"Hanya seorang pelayan restoran saja, kenapa sangat sulit didekati?!" gumam Abel. Dia menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya sambil memainkan ponsel.

"Hello Abellll! Happy birthday my love honey darling!" seru seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangannya. Di tangan orang itu ada cake kecil dan satu lilin.

Meski dengan wajah bosan, Abel tetap meniup lilinnya dan memeluk sahabatnya tersebut. Suara cempreng itu membuat telinganya berdengung.

"Kapan kau datang? Kenapa tidak mengabari aku?" tanya Abel. Mereka berdua beralih duduk di sofa.

"Tadi pagi. Sengaja tidak menghubungi mu karena aku ingin membuat suprise!" jawabnya antusias.

Dia adalah Eve. Sahabat Abel semasa sekolah menengah atas. Awalnya Eve tinggal di luar kota, tapi entah kenapa tiba-tiba dia datang kemari dengan membawa kue untuk Abel.

"Terimakasih. Ya meskipun kue nya kurang besar. Tapi aku tetap menerima ini," ucap Abel sambil mengambil alih kue kecil itu dari tangan Eve dan langsung memakannya menggunakan sendok.

Eve berdecak kesal. Sahabatnya itu memang tidak tau diri. Untung-untung dia bawakan kue tadi.

"Semakin tua, sifatmu semakin parah ya," sindir Eve.

Abel langsung tertawa sambil menepuk pundak Eve. Kebiasaan kalau dia tertawa seperti itu.

Eve berdecak. Pukulan Abel tidak main-main. Meski badannya terlihat mungil, tapi tenaganya seperti kuli. Jelas, karena Abel bisa bela diri, sebab kedua kakaknya lah yang mengajarinya.

"Ngomong-ngomong, kau sudah makan siang? Aku berencana mengundang Belle ke sini untuk makan siang bersama," tanya Eve sekaligus memberitahu rencananya untuk mengundang Belle yang tak lain sahabat mereka juga.

"Sudah. Kau saja yang telat datang," jawab Abel.

Eve cemberut. "Harusnya kau tunggu aku dulu tadi!"

"Mana tahan?"

Benar. Mana tahan dia tidak melihat wajah tampan pujaan hatinya?

"Sana, pesan makanan. Nanti aku yang bayar. Sekalian ajak Belle juga tidak apa-apa," lanjut Abel. Dia ingin istirahat dan tidak ingin diganggu.

Mata Eve langsung berbinar dia mengecup pipi Abel sebelum berterimakasih.

"Terimakasih Abel ku sayangggg!"

Setelah itu Eve keluar dari ruangan sahabatnya itu sambil menghubungi Belle.

Abel mendengus, dia mengusap pipinya yang pasti ada bekas lipstik Eve.

****

Sore harinya Abel pulang dijemput Kenzo. Pria itu pulang lebih awal karena pekerjaannya sudah selesai semua. Sedangkan Zayn hari ini dia lembur.

Setelah masuk ke dalam mobil, Abel langsung menyalakan ponselnya. Dia ingin melihat file yang dikirim oleh Paman Jo. Ya, memang secepat itu Paman Jo menyelidiki seseorang.

Abel membaca dengan seksama informasi tersebut. Informasi singkat yang berisi biodata milik pria pujaannya yang bernama Victor. Sisanya tidak ada. Marga dan informasi keluarganya juga tidak ada.

Dengan kening mengerut, Abel menelpon Paman Jo.

"Halo Paman. Kenapa hanya itu saja? Paman tidak kehilangan keahlian kan? Informasi tentang keluarganya kenapa tidak ada?" Belum juga Paman Jo menyapa, tapi Abel sudah lebih dulu menyerobot.

"Maaf, Nona. Hanya itu yang saya dapat. Sepertinya identitas keluarganya disembunyikan."

Abel menghela nafas. Dia mengucapkan terimakasih sebelum menutup teleponnya.

"Kenapa?" tanya Kenzo yang sejak tadi hanya diam menyimak.

"Tidak papa," jawab Abel dengan bibir cemberut dan alis menekuk.

"Kau masih mencari tau tentang pria itu? Kau benar-benar menyukainya?" tanya Kenzo lagi.

Abel berdecak. "Bukannya aku sudah bilang waktu itu? Jangan larang aku Kak! Sudah terlanjur soalnya."

"Kau masih kecil, Bel. Jangan aneh-aneh. Fokus mengurus cafe mu saja," ucap Kenzo.

"Tidak mau!"

Kenzo menghela nafas. Sifat keras kepala Abel sangat sulit dihilangkan dan hasilnya gadis itu menjadi pembangkang.

"Terserah. Tapi kalau dia menyakiti mu, Kakak tidak bisa diam saja."

Abel pun hanya diam. Dia tau betul kedua kakaknya itu sangat posesif padanya. Meski sedikit merasa risih, tapi Abel tetap suka jika mereka seperti itu. Artinya kedua kakaknya sangat menyayanginya, bukan?

***

Bab 3

Terhitung sudah hampir satu Minggu Abel berjuang untuk mendapatkan cintanya. Dia bahkan jarang di cafe karena lebih memilih menemui pujaan hatinya di restoran.

Saat ini Abel hanya memesan minuman saja di restoran itu dan sisanya dia habiskan untuk memandang pria tampannya yang sibuk bekerja.

"Lihat lengan kekarnya. Aku sangat ingin memeluknya! Ah apalagi punggung lebar yang begitu menggoda untuk dipeluk. OMG! Semoga dia benar-benar jodohku! Ya Tuhan, tolong kabulkan permintaan ku kali ini saja. Meskipun dosa ku tidak sedikit, tapi tolong kabulkan permintaan ku ini." Abel menangkup kedua tangannya di depan dada sambil memejamkan matanya. Dia berdoa dengan sungguh-sungguh.

Hari ini Abel bertekad untuk menunggu Victor pulang. Dan dia akan membuntutinya. Dengan begitu Abel akan tau tempat tinggal Victor.

Alis Abel mengerut tak suka saat seorang wanita datang menghampiri Victor lalu bergelayut manja di lengan kekar itu.

"Siapa dia? Berani-beraninya dia menyentuh milikku!" gumam Abel geram. Wajahnya merah karena kesal dan marah.

"Huh! Apa dia seorang playboy? Jika iya, tidak masalah sih." Abel tertawa kecil mendengar ucapannya sendiri.

"Tapi aku tidak suka!" Wajahnya kembali berubah marah. Dengan langkah lebarnya, Abel menghampiri Victor dan seorang gadis itu.

Jika orang-orang yang melihat pasti mengira kalau Victor sedang bersama kekasihnya, karena pria itu duduk di sofa yang sama seperti gadis itu, dia juga membiarkan gadis itu bergelayut manja di lengannya. Abel makin tidak suka melihat pemandangan tersebut.

"Jangan pegang-pegang milikku!" Dengan lancangnya, Abel langsung menarik tangan gadis itu dan dia mengambil posisi duduk di tengah-tengah.

Victor dan gadis yang bernama Grace itu langsung kebingungan. Abel seperti anak hilang di sini.

"Maaf, kau siapa?" tanya Grace sambil tersenyum canggung.

Abel menatap sinis gadis itu. "Aku pacar kak Victor. Dan kau tidak boleh dekat-dekat dengannya!" jawab Abel. Lalu dengan lancang dia memeluk lengan Victor yang sudah dia idam-idamkan. Victor langsung menarik tangannya dengan kasar.

"Lancang sekali! Sebenarnya siapa dirimu?" tanya Victor tak suka. Dia kesal karena gadis ini dengan lancang menyentuhnya.

"Aku? Tentu saja pacarmu!" Abel mengibaskan rambutnya hingga mengenai wajah Grace yang sedang melongo.

Victor terkekeh sinis. "Sekarang aku ingat wajahmu. Dasar gadis lancang!"

Dia ingat waktu itu gadis ini pernah memegang lengannya dengan lancang, lalu menanyakan namanya juga, dan sekarang dia dengan lancang mengganggu waktunya.

Abel menulikan telinganya. Dia menatap Grace dari atas sampai bawah seolah sedang menilai penampilan gadis itu.

"Aku bahkan lebih menarik darinya," gumam Abel sembari mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Tolong jaga batasan, ya. Ini tempat umum, kalian tidak boleh mengumbar kemesraan. Dan kau—" Abel menunjuk Grace.

"Jauhi pacarku. Cari pria lain saja sana!" lanjut Abel.

"Baiklah, karena aku orang yang sangat sibuk, jadi aku harus pergi sekarang. Ingat! Jangan dekati pacarku lagi!" tunjuknya pada Grace yang masih syok. Sungguh, gadis di depannya ini berani sekali, dia sampai tidak bisa berkata-kata.

Victor sudah kesal setengah mati. Suara cempreng gadis ini membuat telinganya berdengung.

"Aku pergi dulu." Abel hendak beranjak. Tapi, sebelum itu, ide konyol muncul dalam otaknya, dia melirik Grace dari ekor matanya.

Cup!

"Bye, sayang. Jangan selingkuh, oke?"

Setelah mengecup pipi Victor hingga meninggalkan jejak lipstik yang samar, Abel segera keluar dari restoran itu dengan langkah anggun seolah tidak terjadi apa-apa.

Grace semakin syok. Dia bahkan langsung batuk hingga matanya memerah.

Sedangkan Victor sendiri, dia segera mengambil tisu dan mengelap pipinya yang dikecup Abel.

"Gadis itu benar-benar!" geramnya. Dia berjanji akan membalas kelakuan kurang ajar gadis sok cantik itu.

****

Abel berlari dan masuk ke dalam mobilnya. Dia merutuki kebodohannya yang memalukan.

"Apa yang aku lakukan? Astaga... Ini benar-benar di luar kendali!" ucapnya. Dia menempelkan keningnya di setir mobil.

"Tapi tidak apa-apa! Pipinya lembut sekali! Ya Tuhan.. Aku ingin mengulanginya lagi, apakah boleh?" Kali ini gadis itu mendongak dengan ekspresi penuh permohonan.

Sedetik kemudian raut wajahnya berubah. "Ish! Ini semua gara-gara wanita kurang ajar itu! Lancang sekali dia memeluk lengan kekar yang sudah menjadi hak milikku!" kesalnya.

Dia sudah seperti orang gila karena berbicara sendiri.

"Jika kak Zayn dan kak Kenzo tau, bisa habis aku!" gumamnya lagi. Dia baru pertama kali mencium seorang pria yang bukan keluarganya. Tentu saja kedua kakaknya akan marah jika tau atau bahkan sampai turun tangan untuk memberi pelajaran pada pria yang telah dicium Abel. Abel langsung bergidik membayangkannya, jangan sampai itu terjadi.

Karena sudah kepalang malu, jadilah Abel menunggu di dalam mobil sampai Victor keluar. Sekarang sudah jam 5 sore. Abel yakin Victor kerja sampai larut malam, tapi bodo amat. Dia bahkan lupa jika memiliki keluarga yang protektif. Terlihat ponsel Abel terus berdering, sedangkan sang empu malah ketiduran dalam mobil.

Di sisi lain, Mom Velyn khawatir karena anak bungsunya belum pulang. Dad Liam berusaha menenangkan sang istri sambil menelpon kedua anak sulungnya untuk mencari Abel.

"Semakin tua kenapa Abel malah makin liar begini? Apa aku harus mengurungnya seharian di kamar?" Mom Velyn mengomel.

"Tenang, sayang. Zayn dan Kenzo sedang mencari Abel," ucap Dad Liam.

"Bagaimana aku bisa tenang?! Abel adalah anak gadis kita satu-satunya!" kesal Mom Velyn. Dia mendadak kesal pada suaminya yang terus-terusan menyuruhnya untuk tenang.

Dad Liam menghela nafas. Dia kena imbasnya juga, kan? Padahal tujuannya adalah menenangkan sang istri.

"Coba hubungi Abel lagi, siapa tau diangkat," titah Mom Velyn.

Dad Liam segera menghubungi anak bungsunya tersebut. Bohong jika dia tidak khawatir. Ayah mana yang tidak khawatir kalau anak gadisnya belum pulang sampai hari akan malam? Abel adalah anak kesayangan mereka, bagaimana bisa dia tidak ikut khawatir?

"Tidak diangkat," ucap Dad Liam. Dia juga kesal sebenarnya. Abel itu gadis ceroboh dan suka berbuat semaunya tanpa berpikir jika keluarganya sangat mengkhawatirkan dirinya.

"Haiss! Anak itu benar-benar!" geram Mom Velyn.

Di sisi lain pula, ada Kenzo dan Zayn yang berpencar mencari adik mereka. Abel belum terlalu bisa menyetir mobil sendiri, tapi pagi tadi gadis itu ngeyel ingin menyetir sendiri, itulah yang membuat keduanya khawatir. Selain itu, Abel adalah gadis lemot dan bisa dengan mudah percaya perkataan orang. Bagaimana jika Abel diculik karena diiming-imingi akan dibelikan coklat? Huh! Zayn dan Kenzo sangat kesal pada adiknya yang ceroboh itu.

"Bagaimana? Sudah ketemu?" tanya Kenzo. Mereka melakukan voice call saat mencari Abel.

"Belum," jawab Zayn singkat.

Kenzo menghela nafas. Dia bingung harus ke mana lagi. Dia juga sudah mengunjungi tempat yang sering Abel datangi, tapi gadis itu tetap tidak ada.

"Coba hubungi Abel juga," ucap Kenzo lagi.

Zayn membalasnya dengan deheman singkat.

****

Abel mengerjapkan matanya, lalu menatap sekelilingnya yang gelap. Tangannya terulur untuk menyalakan lampu di dalam mobil.

"Jam berapa ini?" gumamnya dengan suara serak. Tangannya meraba ponselnya dan melihat jam.

"Jam 6? Selama itukah aku tertidur?" gumamnya.

Matanya terbelalak ketika melihat notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab dari orang tua dan kedua Kakaknya.

"Mampus," gumamnya. Dia merutuki kebodohannya karena tidak ijin lebih dulu pada keluarganya.

Tak lama kemudian panggilan telepon kembali masuk. Dari Dad Liam. Dengan ragu Abel menggeser tombol hijau.

"ABEEELLLL! PULANG SEKARANG!! KAU KELUYURAN DI MANA? HAH?!"

Bukan suara hangat ayahnya yang menyapa, tapi suara cempreng ibunya yang memekakkan telinga.

"Hehehe—"

"HA HE HA HE! CEPAT PULANG!" Mom Velyn memotong ucapan Abel.

"Iya Mommy ku tersayang.. Ini Abel pulang nih," ucap Abel selembut mungkin.

"KAU ITU TIDAK BETAH DI RUMAH ATAU—"

Tuutt

Abel mematikan sambungannya. Katakan saja bahwa dia anak kurang ajar. Tapi Abel sudah tidak sanggup mendengar teriakan sang Mommy. Dia pun segera menjalankan mobilnya, melupakan rencana awal ingin menunggu Victor pulang. Mungkin lain kali saja, karena sekarang keadaan tidak kondusif.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!