Bab 4

Abel menundukkan kepalanya. Akibat tingkahnya yang ceroboh hingga membuat keluarganya kalang kabut, Abel langsung diinterogasi ketika sampai rumah.

Ketiga pria yang dia sayangi sedang menatapnya dengan tajam. Sedangkan sang mommy tersenyum puas ketika anak bungsunya diintimidasi oleh anak dan suaminya. Jangan lupakan bahwa anaknya yang nakal itu tadi berbuat kurang ajar karena mematikan teleponnya secara sepihak.

"Jelaskan sekarang. Jangan ada yang ditutup-tutupi," ucap Dad Liam. Dia menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa, menunggu anak bungsunya menjelaskan semuanya.

"Aku cuma jalan-jalan aja, Dad," jawab Abel.

"Sejak kapan kami mengajarimu berbohong?" tanya Kenzo dengan tatapan tajamnya.

Abel menghela nafas. Memiliki keluarga yang begitu posesif ada baik dan buruknya juga ternyata.

"Kalau tidak percaya ya sudah. Yang penting aku sudah menjelaskannya kan?" kata Abel. Dia cemberut lalu langsung meninggalkan ruang keluarga.

"Abel! Sopan kah kau begitu?!" teriak Mom Velyn.

Abel menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap sang Mommy. Perlu diketahui, dia adalah orang yang keras kepala, sifat itu diturunkan dari mommy nya.

"Apa lagi, Mom? Aku sudah jelaskan semuanya!" kesal Abel.

"Benar-benar kau, Abel! Jelaskan sejelas-jelasnya sekarang! Kami khawatir karena kau tiba-tiba sulit dihubungi, lalu, tingkah mu malah seperti ini! Sebenarnya apa mau mu?"

Dad Liam mengelus pundak sang istri untuk menenangkannya.

Mood Abel sudah hancur saat rencananya gagal untuk mengikuti Victor pulang dan mengetahui tempat tinggal pria itu. Kini Mommy nya malah membuatnya makin meradang.

"Aku udah dewasa, Mom. Aku juga bisa menjaga diriku sendiri! Tidak usah khawatir lagi, oke?" sahut Abel bicara dengan nada tinggi.

"Abel, turunkan nada bicaramu," ucap Zayn dengan nada dinginnya.

"Memangnya kenapa? Benar kan apa yang aku bilang?! Aku sudah dewasa dan tidak perlu kalian khawatirkan lagi!" Bukannya menurut untuk menurunkan nada bicara, Abel malah berteriak pada Kakak sulungnya itu. Setelah itu Abel meninggalkan keluarganya yang hanya bisa mengelus dada.

"Lihat, semakin dewasa dia semakin sulit diatur dan semakin liar," ucap Mom Velyn.

Dad Liam menghela nafas. "Sudahlah, biarkan dia istirahat," katanya.

Dia tau jika Abel sangat tidak suka jika terlalu diperhatikan layaknya anak kecil. Terlebih kedua kakaknya yang sangat posesif.

"Aku ambilkan makan malam untuk Abel dulu," ucap Kenzo dan berlalu menuju dapur.

Benar kata Mom Velyn, semakin dewasa Abel pasti akan lebih keras kepala. Bukti nyata baru saja terjadi.

Di dalam kamar, Abel terus cemberut. Bahkan ketika mandi dia juga cemberut. Mengingat rencananya gagal untuk mengikuti Victor, Abel semakin memajukan bibirnya karena kesal.

Tok tok tok

Ketukan pintu membuat Abel meliriknya dengan malas. Meski dengan wajah tertekuk, Abel tetap berjalan membuka pintu tersebut.

Kenzo langsung masuk ketika adiknya membuka pintu. Hal itu membuat Abel semakin kesal.

"Kakak! Aku bisa makan sendiri, sana pergi!"

"Kau mengusir Kakak?"

"Kalau iya kenapa?!"

Kenzo terkekeh kecil. Dia meletakkan nampan yang ia bawa di atas meja belajar Abel.

"Ayo makan. Mau kakak suapi?" tawar Kenzo mengabaikan wajah cemberut Abel.

Terdengar Abel berdecak lalu langkah kaki mendekati pria berkemeja hitam itu, karena Kenzo belum mengganti bajunya sehabis pulang tadi.

"Tidak perlu, aku bisa sendiri!" jawab Abel ketus.

"Oke, kakak suapi," putus Kenzo.

"Iiihhh Kakak!" kesal Abel pula. Lalu untuk apa Kenzo bertanya tadi?

Meski begitu, Abel tetap menurut ketika Kenzo menyuruhnya duduk di sofa kecil yang muat dua orang di kamar itu.

"Jangan buat wajahmu cemberut seperti itu, Abel. Tidak boleh memasang wajah seperti itu di depan makanan," ucap Kenzo. Dia mulai menyuapi adiknya.

Abel hanya diam. Meskipun kadang dia merasa kesal atau marah pada keluarganya, Abel tetap menurut jika dibujuk seperti ini. Tapi dengan wajah cemberut tentunya.

Kenzo menghela nafas. Untung saja dia dan Zayn tidak keras kepala seperti Abel. Entah bagaimana frustasi nya Mom Velyn jika dia dan Zayn memiliki sifat seperti adiknya ini.

Abel menerima suapan dari kakaknya sambil bermain ponsel. Dia menjawab dengan ketus jika Kenzo bertanya sesuatu. Untungnya stok kesabaran Kenzo sangat banyak. Kalau tidak, mungkin piring yang dia pegang sekarang ini akan melayang.

"Suapan terakhir."

"Setelah ini tidur, sudah malam," lanjut Kenzo setelah piring makan malam Abel bersih.

"Hm."

"Kakak ke kamar, ya." Kenzo mengecup puncak kepala Abel sebelum benar-benar keluar dari kamar gadis itu.

"Bagaimana caranya agar aku bisa mendapatkan alamat rumahnya?" gumam Abel. Dia sedang menyusun rencana untuk bisa mengikuti Victor pulang ke tempat tinggalnya tanpa kendala sedikit pun.

"Kenapa dia sangat tertutup? Apakah benar dugaanku bahwa Kak Victor bukan orang biasa?" Pasalnya dia sudah meminta Paman Jo untuk menyelidiki dan mengikuti Victor pulang, tapi pria itu malah menuju sebuah club sehabis pulang dari restoran. Paman Jo berpikir Victor bekerja di club juga.

****

Esok harinya, Abel berangkat ke cafe. Sesampainya di sana, dia langsung menuju ruangannya dan mulai membuka komputernya untuk mencari tau tentang Victor. Ya, kali ini Abel ingin mandiri tanpa mengandalkan Paman Jo.

Hampir satu jam Abel berkutat dengan komputernya. Hingga tiba-tiba dua manusia tak diundang datang menerobos masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu. Siapa lagi kalau bukan Eve dan Belle?

Abel berdecak. Matanya menatap kedua manusia itu dengan tatapan datar.

"Minimal ketuk pintu dulu," ucapnya dengan sinis.

"Kami lupa." Eve dan Belle menyengir.

Abel tak menanggapi dan kembali fokus. Dia mengabaikan kedua sahabatnya yang kini telah berpindah posisi di belakangnya.

"Siapa yang kau selidiki?" tanya Belle.

Belle adalah gadis feminim yang mengutamakan penampilannya dimanapun dia berada. Bahkan di dalam tas kecil yang dia bawa ada alat make up untuk memperbaiki riasan wajahnya. Tak lupa bandana yang selalu melekat di kepalanya menjadi ciri khas seorang Belle.

"Seseorang," jawab Abel singkat.

"Ya seseorang itu siapa?" kesal Belle.

"Yang pasti orang lah."

Kali ini Eve juga ikutan kesal dengan jawaban Abel.

"Abel, serius dikit bisa?"

"Bisa."

"Siapa yang kau selidiki?" tanya Belle lagi.

"Seorang pria," jawab Abel yang sedikit ada kemajuan.

Eve dan Belle saling pandang. "Pria?" tanya keduanya bersamaan.

"Hm," jawab Abel.

"Eitss... Jangan sampai kalian merebutnya dariku, ya! Awas aja!" ancam Abel menatap tajam kedua sahabatnya.

"Bagaimana kami mau merebutnya jika wajahnya saja kami tidak tau?" Eve memutar bola matanya malas.

Abel terkikik. "Benar juga. Tapi, aku harap kalian tidak pernah melihat wajah tampannya, sih. Karena wajah itu hanyalah milikku, semuanya yang ada di tubuhnya adalah milikku!"

"Memangnya kau siapanya? Apakah kalian sudah jadian? Posesif sekali kelihatannya." Pertanyaan menusuk itu terlontar dari bibir seksi Belle.

Sontak saja bibir Abel mencebik. "Intinya dia milikku!" tekannya kemudian.

"Ya ya ya terserah. Lagi pula aku tidak tertarik dengan pria manapun kecuali calon suamiku!" ucap Belle, matanya berbinar mengingat wajah seorang pria yang dia sukai.

"Calon suami yang mana lagi?" Eve menatap bosan ke arah sahabatnya itu.

Pasalnya Belle ini suka menghalu. Calon suami yang dia maksud adalah oppa-oppa Korea yang tak mungkin sahabatnya bisa gapai. Saking asik dengan dunianya sendiri, Belle sampai menolak semua pria yang mendekatinya.

"Sstttt... Kau tidak perlu tau!" kata Belle. Dia takut jika Eve akan menyukai oppa nya juga.

Abel menghela nafas. Kedatangan keduanya membuat fokusnya seakan terpecah.

"Abel, sudahi pusing mu, mari kita party malam ini!"

***

Terpopuler

Comments

liza muzay

liza muzay

kok belum lanjut kak

2024-04-13

2

🧸fre_love❦

🧸fre_love❦

ditunggu kelanjutan nyaa

2024-04-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!