Lamaran Resmi

Chila rasanya ingin berteriak, dia selalu dibuat speechless setiap menghadapi Gema.

"Aku tidak akan banyak berkomentar lagi karena aku bisa ikut-ikutan gila," ucap Chila yang sudah menyerah.

Gadis itu mengibarkan bendera putih, sekarang Chila tidak akan terlalu terbawa emosi.

Setelah selesai makan, tentu saja Gema tidak langsung pulang. Banyak hal yang harus dibicarakan menjelang pernikahan.

Termasuk membuat surat kontrak.

"Aku tidak mau tinggal satu kamar, di sekolah kita tidak boleh saling bicara, kita mengurus diri masing-masing...." Chila mengetik surat perjanjian di laptopnya.

Sekarang Chila dan Gema berada di gazebo taman untuk berbicara empat mata.

"Intinya pernikahan ini hanya status, tidak ada yang berubah di hidup kita!" tegas Chila.

Sebenarnya Gema merasa kecewa karena cintanya bertepuk sebelah tangan.

Tapi, dia tidak akan menyerah.

Suatu hari pasti Chila akan mengerti jika perasaannya sangat tulus.

"Terserahmu saja, aku tetap akan menganggap pernikahan kita serius dan sakral, aku juga akan berusaha menjadi suami yang baik," balas Gema.

Chila mengirimkan file perjanjian kontrak pada Gema untuk ditanda tangani secara digital.

"Baiklah, kau bisa tanda tangan!" pinta gadis itu.

"Aku akan tanda tangan di rumah nanti," ucap Gema.

"Jadi, kau akan pulang?" tanya Chila.

"Iya, kita harus jaga jarak dulu sebelum menikah," jawab Gema.

"Maksudmu dipingit? Astaga..." Chila menepuk jidatnya sendiri karena Gema memang terlalu banyak berkhayal.

Sebelum pergi, Gema meraih tangan Chila lalu mengecup punggung tangannya.

"Aku pulang dulu, istriku. Aku akan segera mempersuntingmu, tunggu saja!" pamit Gema.

Kalau mereka pasangan yang saling jatuh cinta pasti Chila akan senang bukan main tapi gadis itu justru merinding mendengar Gema berbicara seperti itu.

"Pulanglah sana!" Chila setengah mengusir.

*

*

Dara baru pulang dari rumah sakit dan segera mencari putrinya saat sampai rumah.

"Gempi..." panggil Dara karena membawa beberapa kue.

Mendengar suara sang mama, Gempi keluar dari kamarnya dan segera mendatangi Dara.

"Mama sudah pulang?" Gempi berlari ke arah mamanya.

"Cuci tangan dulu, mama bawa kue!" Dara mengeluarkan semua kue yang sudah dia beli.

"Aku ingin makan bersama kakak," ucap Gempi.

"Kakakmu ada di rumah? Biasanya dia kan berkumpul dengan teman-teman motornya," Dara jadi keheranan.

"Kakak kelihatan sedih saat pulang tadi," ucap Gempi melapor.

Mendengar itu, Dara ingin melihat keadaan putranya.

Dara ke kamar Gema dengan membawa kue.

"Ini mama, buka pintunya!" Dara mengetuk pintu kamar Gema dan meminta putranya membuka pintu.

"Masuk saja!" sahut Gema dari dalam.

Dara membuka pintu kamar Gema dan melihat putranya tengah sibuk berkutat di depan laptopnya.

"Sedang mengerjakan tugas? Bagaimana sekolah barunya?" tanya Dara.

Gema masih fokus dengan laptopnya lalu meminta Dara untuk mendekat tanpa menjawab pertanyaan sang mama sebelumnya.

"Menurut mama apartemen ini bagus atau tidak?" tanya Gema sambil memperlihatkan unit apartemen yang dia pilih.

"Apartemen? Untuk apa?" Dara jadi bingung.

"Untuk tempat tinggalku dengan Chila setelah menikah nanti," jawab Gema.

Dara menghela nafasnya kasar, keinginan Gema tidak bisa dibendung lagi. Tugas orang tua hanya bisa mengarahkan saja sekarang.

Lebih baik Dara tidak terlalu ikut campur tapi tetap mengawasi, biarlah Gema belajar kalau membangun rumah tangga tidak semudah itu.

Apalagi cinta Gema masih bertepuk sebelah tangan.

"Sebelum itu, bukankah lebih baik menyiapkan acara lamaran dan menentukan tanggal pernikahan!" Dara memberi saran.

"Ah," Gema sampai lupa karena terlalu banyak yang dipikirkan.

Pemuda itu jadi mondar-mandir, Gema panik dan berdebar.

"Tenang dulu," ucap Dara mencoba menenangkan.

"Biar mama yang urus untuk acara lamaran dan pernikahanmu!"

Gema merasa bersyukur karena mempunyai mama yang pengertian.

"Aku pasti akan jadi suami yang baik, mama percaya saja padaku," Gema meyakinkan sang mama.

Dara hanya bisa menggelengkan kepalanya, semoga saja Gema bisa belajar sesuatu nanti.

*

*

Besok malam berdandanlah yang cantik, istriku!

Chila membaca pesan singkat dari Gema, gadis itu mengerutkan kening karena bingung. Pasti Gema membuat rencana hidup lagi.

"Biarkan saja," Chila tidak mau membalasnya.

Dia pikir kalau Gema akan mengganggunya di sekolah karena tidak membalas pesan tapi Gema hari itu lebih tenang.

Bahkan sepulang sekolah langsung pulang begitu saja.

"Kenapa kalau dia tenang begitu jadi aneh," komentar Chila dalam hati.

Rupanya malam harinya Gema benar-benar ke kediaman keluarga Brisek untuk melamar Chila secara resmi.

Gema beserta orang tuanya berpakaian rapi dan membawa beberapa seserahan.

"Cepatlah ganti baju, Chila. Calon suamimu sudah menunggu," Roro sampai mendatangi Chila ke kamar putrinya itu.

"Apa aku harus memakai kebaya?" tanya Chila kebingungan.

"Sini mami bantu," Roro akhirnya membantu memilihkan baju dan merapikan penampilan Chila.

Setidaknya mereka harus pantas walaupun tidak ada persiapan sebelumnya.

"Sepertinya untuk ke depan, mami harus terbiasa dengan menantu yang suka memberi kejutan," ucap Roro yang dibuat syok terapi terus oleh Gema.

Chila sampai tidak bisa berkomentar.

Di lantai bawah Armon sudah rapi dan menyambut kedatangan keluarga Bamantara.

"Jadi, kami ingin melamar Chila secara resmi," ucap Galang menjelaskan maksud kedatangannya.

Gema mengeluarkan kotak cincin dari dalam jasnya. Dia memilih cincin pasangan yang cantik untuk Chila.

Sebenarnya Armon menolak keras dari awal tapi kalau Chila menerima Gema, mau bagaimana lagi.

"Baiklah," balas Armon.

Tak lama Chila turun bersama dengan Roro, gadis itu jadi malu sendiri.

Acara lamaran berjalan lancar karena tidak ada yang emosional seperti lamaran pertama.

Gema dan Chila saling bertukar cincin, mereka sudah resmi bertunangan.

"Saya sudah menentukan hari pernikahan kami, ayah mertua," ungkap Gema pada Armon.

"Kapan itu?" tanya Armon penasaran.

"Hari minggu ini," jawab Gema sangat yakin.

Pupil mata Chila membesar karena hari minggu tinggal hitungan hari, sebelumnya Gema tidak minta pendapatnya.

"Saya yang akan mempersiapkan semuanya jadi tidak perlu khawatir," ucap Dara menambahi.

Armon memijit pelipisnya, menghadapi keluarga Bamantara lebih melelahkan daripada menghadapi pasien-pasiennya selama ini.

"Apa kau sudah siap menjadi istri, Chila?" tanya Armon pada putrinya.

Sudah kepalang basah, Chila tidak bisa menolak lagi kalau begini.

"Aku sudah siap, Daddy," jawab Chila pada akhirnya.

Mendengar itu, Gema kesenangan bukan kepalang. Hitungan hari Chila akan menjadi istrinya.

"Tenang saja dokter Armon, selama mereka masih sekolah aku yang akan menanggung biaya hidup mereka," ucap Galang merasa bertanggung jawab atas ulah anaknya.

"Aku tidak akan melepas putriku begitu saja, aku juga mampu membiayai hidup Gema dan Chila," balas Armon tidak mau kalah.

Gema menggelengkan kepalanya. "Chila adalah tanggung jawabku sekarang jadi aku yang akan menafkahi istriku sendiri.

Pemuda itu sangat merasa percaya diri yang membuat Galang dan Armon saling pandang satu sama lain.

"Kau terlalu menganggap remeh, anak muda!" batin mereka.

Terpopuler

Comments

Syifa Azahrasiyah

Syifa Azahrasiyah

ya ampun gema,tekadmu sekuat baja.awas saja kalau ada masalah dikit kamu nangis,aku tabok online kepalamu😂😂

2024-10-05

1

vania

vania

pusing punya mantu yg sat set

2024-09-09

1

🦋🦋Lore Cia🦋🦋

🦋🦋Lore Cia🦋🦋

😭🤣🤣🤣🤣

2024-08-27

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!