Gema dan Chila kembali menemui para orang tua yang sedari tadi menunggu mereka.
"Akhirnya kalian kembali, kau tidak terperdaya dengan pesona keluarga Bamantara, bukan?" bisik Armon yang merasa cemas. Dia berbisik pada putrinya yang duduk di sampingnya saat ini.
"Daddy..." Chila memandang Armon di sana. "Aku menerima lamaran Gema!"
"Apa? Kau tidak sedang bercanda, bukan?" Armon tidak bisa menyerahkan putrinya begitu saja. "Pikirkanlah lagi Chila! Pernikahan itu tidak semudah yang dibayangkan!"
"Tenang saja, ayah mertua. Aku akan berusaha membuat Chila bahagia atas pernikahan ini!" Gema menyela.
"Jadi, sudah diputuskan bahwa Gema dan Chila akan menikah. Karena mereka masih sekolah, kita bisa mengadakan pernikahan secara kekeluargaan saja, ketika mereka lulus nanti baru kita adakan resepsi besar-besaran," ucap Galang.
Armon mengepalkan kedua tangannya, dia tidak bisa menerima.
Tiba-tiba Roro mengelus tangan suaminya itu.
"Sayang, jika anak kita ingin menikah, kita tidak boleh melarangnya," bujuk Roro.
"Benar sekali, saya juga tidak mau anak kita menikah di usia sekolah tapi ini semua demi kebaikan mereka sendiri. Saya pernah mengalami sendiri bagaimana rasanya terbuai oleh pesona papa Gema jadi..." Dara jadi malu mengatakannya.
Galang berdehem karena mengingat masa lalu, dia tidak mau Gema berbuat hal yang sama dengan dirinya.
Hari itu diputuskan bahwa lamaran Gema akhirnya diterima.
"Istriku, aku pulang dulu!" pamit Gema pada Chila seraya mengeluarkan ponselnya. "Berapa nomor ponselmu?"
"Bahkan kita tidak pernah bertukar kabar, ini sungguh tidak masuk akal," ucap Chila.
Namun, gadis itu tetap memberikan nomor ponselnya.
Memang benar inilah daya pikat dari pesona keluarga Bamantara. Chila harus berhati-hati.
"Ingat rahasia kita, ini hanya pernikahan kontrak. Aku setuju karena itu," Chila mencoba mengingatkan kembali perjanjiannya dengan Gema di taman tadi.
"Baiklah," jawab Gema singkat.
Gema terpaksa menerima pernikahan kontrak dengan Chila daripada menerima penolakan gadis itu. Selama masa kontrak nanti pasti Gema akan membuat Chila membalas cintanya.
*
*
"Chila..."
Suara itu terdengar ketika Chila masuk ke dalam kelasnya.
Kyla segera mendatangi sahabatnya itu untuk bertanya kebenaran tentang putusnya Chila dengan Tony.
"Apa itu benar?" tanya Kyla tidak sabar.
"Iya benar, kami baru putus kemarin," jawab Chila.
"Kau tega sekali tidak memberitahuku," protes Kyla yang justru mendengar gosip itu dari orang lain.
"Maafkan aku, kemarin begitu melelahkan sekali, aku sampai kehabisan tenaga," balas Chila. Biasanya dia memang tidak pernah menyembunyikan apapun dari Kyla.
Tapi, untuk urusan Gema lebih baik tidak ada yang tahu kecuali keluarga Bamantara dan Brisek.
"Tony sampai tidak masuk sekolah hari ini, dia pasti sangat terluka," ucap Kyla memberi informasi.
"Lama-lama dia pasti akan terbiasa," sahut Chila. Dia tidak bisa berkomentar lagi karena rasanya campur aduk.
"Ada kabar baru lagi, katanya hari ini ada murid baru di kelas kita," tambah Kyla.
"Murid baru di tahun terakhir begini?" tanggap Chila.
Dan ketika bel berbunyi sang murid baru yang dimaksud masuk ke dalam kelas dengan wali kelas.
Chila memicingkan matanya karena sangat mengenal murid baru itu.
"Perkenalkan murid baru di kelas kita, namanya Gema Axelle Bamantara!" Wali kelas memperkenalkan pemuda itu dan disambut tepuk tangan oleh seisi kelas.
Wah, ternyata murid baru berasal dari keluarga Bamantara!
Terdengar bisik-bisik yang membuat Chila sangat risih.
"Gema, kau boleh duduk di bangku belakang!"
Wali kelas mempersilahkan Gema untuk duduk dan sialnya tempat duduk yang kosong berada di belakang bangku Chila.
"Asyik, setiap hari aku akan melihat punggung istriku," batin Gema kesenangan.
Setelah pulang dari kediaman keluarga Brisek waktu itu, Gema langsung meminta Galang untuk memasukkannya ke sekolah yang sama dengan Chila.
Walaupun harus adu otot dengan Galang terlebih dahulu, pada akhirnya sang papa menuruti permintaannya.
Karena Gema sekarang duduk di belakangnya, Chila jadi tidak leluasa bergerak. Rasanya jadi tidak nyaman.
Apalagi sedari tadi Gema berusaha membuatnya menoleh ke belakang dengan sengaja menyentuh punggungnya.
"Aku kira sekolah adalah tempat paling aman untuk terhindar dari anak gila tapi ternyata aku salah," gerutu Chila sebal.
Gadis itu benar-benar tidak menoleh ke belakang sama sekali sampai bel istirahat berbunyi.
Sebelum Gema mengganggunya lebih jauh, Chila buru-buru berdiri dan mengajak Kyla keluar kelas.
"Ayo cepat!" Chila menarik tangan Kyla tidak sabar.
"Eh tunggu dulu!" Kyla merasa belum siap.
Kedua gadis itu pergi meninggalkan kelas dan Gema masih duduk di tempat duduknya.
"Aku akan membiarkanmu kali ini, istriku," batin Gema. Masih banyak waktu untuk mengganggu Chila.
Di sekolah barunya tidak ada hal menarik kecuali Chila jadi Gema tidak berniat untuk melakukan apapun.
Namun, banyak anak-anak yang menghampirinya bahkan dari kelas lain.
"Kau benar-benar Gema dari keluarga Bamantara?"
"Kenapa pindah ke sekolah kami?"
"Bukankah sekolah lamamu lebih terkenal dari sekolah ini?"
Gema dicecar oleh pertanyaan-pertanyaan yang malas dijawab olehnya.
"Maaf ya, aku lagi menghemat kata yang keluar dari mulutku hari ini," balas Gema seraya menutup wajahnya menggunakan buku. Dia menaikkan kedua kakinya di meja lalu duduk menyender pada bangku.
Sementara Chila sendiri membawa Kyla ke atap sekolah. Di sana adalah tempat paling aman.
"Kenapa kita ke sini? Ayo ke kantin saja!" ajak Kyla yang ingin membeli makanan.
Chila menggelengkan kepalanya. "Ada sesuatu yang penting, bisakah kita bertukar tempat duduk?"
"Hah? Apa tidak salah?" Kyla jadi bersemangat karena akan duduk di depan Gema.
"Aku dari dulu ingin duduk di bangkumu," ucap Chila memberi alasan.
"Baiklah kalau kau memaksa," Kyla langsung setuju.
Dan ketika mereka kembali ke kelas, Chila bertukar tempat duduk dengan temannya itu.
Gema sudah terbangun dan tersenyum karena merasa bangku di depannya sudah diduduki.
"Aku harus melihat punggung bidadari," batin Gema segera memperbaiki posisi duduknya.
Ada hal yang membuat pemuda itu bingung saat melihat punggung orang yang di depannya.
"Punggung siapa ini?" Gema segera mencari punggung Chila yang ternyata ada di seberang.
"Hallo?"
Kyla menoleh ke belakang untuk menyapa Gema dan membuat pemuda itu kaget.
"Kenapa terkejut begitu? Oh iya, mulai sekarang aku akan duduk di sini," ucap Kyla.
Gema hanya diam saja tidak mau menjawab.
"Wah, kau memang dingin seperti rumor yang beredar, ya," tambah Kyla.
"Tidak tuh, aku takut kau jatuh cinta padaku. Sudah ada orang yang aku sukai sekarang," ungkap Gema.
Sayup-sayup Chila mendengar perkataan Gema, jangan sampai pemuda itu membocorkan gadis yang dia sukai.
Chila pun menoleh ke arah Gema seraya memicingkan mata sebagai tanda peringatan.
Bukannya merasa terancam, jantung Gema justru berdebar semakin kencang.
"Astaga, apa begini rasanya jatuh cinta? Kenapa Chila jadi bernuansa pink?" Gema merasa Chila memancarkan aura berwarna pink.
"Aku harus memikirkan masa depan selanjutnya, aku tidak boleh bersantai. Setidaknya harus punya rumah sendiri dan punya dua anak rasanya cukup," lanjut Gema dengan khayalannya.
_
Author : Yaelah, belum nikah udah mikir anak lu, Gem!
Gema : Cepat nikahin kami, Thor!
Author : Wani piro?😎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Fitri ahmad
koplak bgt
2024-10-24
0
Qaisaa Nazarudin
Suami mu Chila..😂😂👍👍👍
2024-10-06
0
Qaisaa Nazarudin
Ku pikir minta nomor rekening..🤣🤣🤣
2024-10-06
0