Bunda 03

Minggu pagi, matahari bersinar cerah, namun hati Anisa terasa berat. Biasanya, setiap Minggu pagi seperti ini, dia begitu bersemangat bangun pagi untuk mengurus rumah dan anak-anaknya. Karena nanti Haris akan membawa mereka untuk menikmati hari libur, pergi ke tempat hiburan, atau makan di restoran kesukaan mereka.

Namun, itu kini hanya menjadi kenangan yang tersimpan dalam benak Anisa. Semalam, Haris menginap di rumah untuk pertama kalinya setelah mereka memutuskan untuk berpisah. Anisa merasa ada harapan untuk bisa sarapan bersama seperti dulu, namun ternyata itu hanyalah harapan kosong belaka.

Pagi ini, dia terbangun mendapati Haris sudah tidak ada di rumah. Pria itu ternyata berangkat pagi-pagi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Anisa menatap kosong ke arah pintu yang terbuka, tak mampu menahan kesedihan yang menghujam hatinya. Ia bisa merasakan rasa sakit yang semakin dalam, seperti luka yang tak kunjung sembuh.

Anak-anaknya masih terlelap di kamar mereka, belum menyadari bahwa ayahnya telah pergi lagi. Dengan perasaan berkecamuk, Anisa mengambil langkah untuk memulai hari Minggu ini. Ia berusaha menyembunyikan air matanya saat memasak sarapan untuk anak-anaknya. Di meja makan, ia tersenyum pahit saat anak-anaknya bertanya tentang keberadaan Haris. Anisa hanya bisa menjawab dengan nada yang berusaha tenang.

"Papa sudah pergi bekerja, Nak. Kita sarapan dulu, ya?" Hari Minggu itu berlalu tanpa kehadiran Haris, seakan menjadi pengingat bagi Anisa bahwa kini ia harus belajar hidup tanpa pria yang pernah menjadi suami dan teman hidupnya. Mungkin suatu saat nanti, Anisa akan bisa menerima kenyataan ini dan kembali menemukan kebahagiaan bersama anak-anaknya.

Namun, untuk saat ini, hari Minggu pertama setelah berpisah dengan Haris masih terasa seperti mimpi buruk yang sulit untuk dihadapi.

"Bunda, ini hari libur. Bagaimana papa pergi bekerja?"tanya Alvin, anak tertua Anisa. Wanita itu tertegun dan mengingat setiap hari Minggu Haris pasti akan memilih cuti dan tinggal di rumah bersama dengan anak-anaknya. Anisa, jarang ke kantor Haris. Dia tak pernah menganggu pekerjaan atau urusan suaminya di luar. Anisa adalah tipe istri yang memberi kepercayaan penuh pada suaminya, Haris.

"Papa kan bilang hari ini ingin bertemu dengan teman. Siapa tahu, ada hal penting buka? Bukan kah kalian ingin jalan-jalan hari ini? Ayo, siap-siap! Bunda akan membawa kalian pergi berenang,"ucap Anisa dengan senyuman yang menghiasi wajah cantiknya yang mulai pucat.

"Bunda kenapa?"tanya Salsa, anak keduanya. Ketika melihat Anisa memegang kepalanya yang terasa pusing.

"Bunda, nggak apa-apa. Kita ajak Tante Mira ya biar seru!"antusias Anisa, anak-anaknya langsung bersorak kesenangan dan berlari ke kamar untuk bersiap-siap. Sedangkan yang paling kecil, baru saja bangun di bantu oleh seorang pelayan rumah.

"Bu, Anda sakit?"tanya Bi Nan.

"Tidak, Bi. Hanya kurang sehat saja,"Aisyah berkata dengah sudah yang pelan sembari tersenyum dan menatap Rayhan dalam gendongan Bi Nan. Bocah itu tersenyum pada ibunya. Bi Nan, meletakkan Rayhan di kursi meja makan dan mengambil sarapan untuk bocah usia tiga tahun itu.

Alvin, Salsa, dan Rayhan telah bersiap-siap dengan semangat untuk berangkat ke Ancol bersama ibu mereka, Anisa. Mereka saling mengejek satu sama lain sambil menunggu Anisa mengambil kunci mobil. Setelah semua siap, mereka berempat memasuki mobil dengan ceria. Anisa mengendarai mobil dengan hati-hati sambil sesekali melihat senyuman anak-anaknya melalui spion depan. Melihat kebahagiaan itu, hatinya hangat dan berjanji akan terus melawan penyakit yang mengancam hidupnya.

Tak lama kemudian, Anisa menerima pesan dari Mira, sahabatnya yang ingin bergabung dalam liburan singkat ini. Ia pun segera mengganti arah mobil dan menuju ke rumah Mira. Ketika Anisa tiba di rumah Mira, sahabatnya itu langsung berlari keluar dengan tasnya dan menaiki mobil.

"Terima kasih sudah menjemput, An!" ujar Mira sambil menghembuskan napas lega. Mereka melanjutkan perjalanan ke Ancol dengan penuh semangat, Alvin, Salsa, dan Rayhan tak sabar ingin segera bermain di pantai. Di dalam mobil, Mira menggenggam tangan Anisa erat-erat.

"Kamu harus tetap kuat, An. Aku tahu penyakitmu itu berat, tapi jangan biarkan itu mengambil kebahagiaanmu bersama anak-anak," ucap Mira dengan mata berkaca-kaca. Anisa mengangguk sambil tersenyum, menatap Mira dan anak-anaknya.

"Aku akan terus berjuang, Mir. Demi mereka dan masa depan kami bersama." Ujar Anisa dengan tekad bulat di matanya. Mereka pun melanjutkan perjalanan ke Ancol, bersiap untuk menciptakan kenangan indah bersama keluarga dan sahabat tercinta.

Tak lama setelah tiba di Ancol, Alvin dan Salsa langsung berlarian menuju wahana yang ingin mereka coba. Mata mereka bersinar penuh semangat, sudah tak sabar untuk menikmati keseruan liburan ini.

Sementara itu, Rayhan masih berada dalam gendongan Mira, tersenyum manis melihat kakak-kakaknya yang bersemangat. Anisa sibuk mengeluarkan barang-barang dari dalam mobil, memastikan tidak ada yang tertinggal. Setelah semuanya siap, mereka mulai melangkah memasuki kawasan Ancol.

Suara tawa anak-anak terdengar riang, semakin menambah kebahagiaan Anisa. Namun, kebahagiaan itu seketika sirna saat Anisa tak sengaja melihat sosok yang sangat familiar di antara kerumunan. Ternyata, itu adalah Haris, mantan suaminya yang pernah menyakiti hatinya. Sosok Haris yang kini telah berubah, terlihat lebih tampan dan berdiri di samping seorang wanita cantik yang lebih muda daripada Anisa.

Wanita itu berambut panjang lurus, berkulit putih mulus, dan tubuhnya ramping. Tampaknya mereka sangat mesra, sesekali Haris mencubit pipi wanita itu, membuat Anisa terenyuh. Hatinya terasa seperti ditusuk, melihat mantan suaminya bersama wanita lain. Namun, Anisa mencoba untuk menahan emosinya demi anak-anaknya yang sedang menikmati liburan. Ia mengepalkan tangannya, menahan rasa sakit yang mulai meluap.

Anisa berusaha mengalihkan perhatiannya dari sosok Haris dan wanita itu, lalu memusatkan perhatian pada anak-anaknya yang sedang bermain dengan riang. Anisa menghela nafas panjang, mencoba menguatkan diri. Ia tidak ingin liburan ini terganggu oleh kehadiran Haris dan wanita itu. Dengan tekad yang bulat, Anisa memutuskan untuk tetap menikmati liburan bersama keluarganya dan melupakan mantan suaminya itu.

Akan tetapi, Mira yang sejak tadi melihat Anisa melamun pun mencoba mengikuti ke mana arah penglihatan sahabatnya itu. Mira terkejut melihat Haris bersama dengan wanita lain.

"Haris?"gumam Mira. Anisa memalingkan wajahnya dan melihat Mira. Wanita itu menatap Anisa dengan ekspresi campur aduk.

"Ayo, Mir kita pergi! Sebelum anak-anak menyadari kehadiran Papa nya di sini!" Anisa menarik tangan Mira dan membawanya pergi dari tempat itu.

"Apa ini alasan dia ingin bercerai?!"tanya Mira dengan nada kesal yang sudah siap ingin menjambak rambut wanita yang berdiri mesra di samping Haris.

_____

Baca nya jangan di skip ya🙏🏿

Terpopuler

Comments

Ma Em

Ma Em

Anisa yg sabar Haris pasti menyesal karena telah menyia nyiakan anak dan istrinya hanya untuk kesenangan sesaat semoga kamu dan anak anak selalu diberi kesehatan dan berbahagialah.

2024-05-02

0

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

Anisa istri tangguh semoga di sembuhkan dari sakitnya

2024-04-05

0

Anita yoongia

Anita yoongia

biar kan haris menyesal nis ..u wanita kuat ....demi anak anak

2024-04-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!