Pulang

Setiap hari kedekatan antara Gibran dan Raja semakin terlihat. Mereka seringkali bercanda, bermain, bahkan tertawa seperti dunia hanya milik mereka.

Meski begitu, Gibran tetap memperhatikan Raja untuk beristirahat, makan dengan teratur, apalagi meminum obatnya. Pria itu tidak ingin anak kecil yang masih belum pasti anaknya bisa kembali sakit hanya karena kelelahan.

Akan tetapi, sebagai ayah yang baik Gibran terlihat peduli sekali hingga membuat Ayu merasa tidak nyaman. Kedekatan mereka perlahan bisa menggeser tempat Ayu di hati Raja-anaknya.

Jika sampai itu terjadi Ayu tidak akan mengizinkan Raja dekat dengan Gibran yang belum tentu 100 persen ayah kandungnya.

Wajah mereka memang mirip bagai pinang dibelah dua, tetapi hati Ayu masih tidak yakin sepenuhnya. Dikarenakan pada saat itu dia sama sekali tidak melihat wajah pria yang sudah menidurinya.

***

Selang satu hari. Kondisi Raja sudah mulai membaik, hanya saja sesekali kepalanya sering berdenyut karena efek kecelakaan yang mengakibatkan benturan cukup keras di kepalanya. Namun semua itu hal yang wajar. Dokter cuma menyarankan supaya pasien tidak boleh berpikir keras yang kelak bisa berakibat fatal.

“Kapan anak saya pulang, Dok?” Tanya Ayu yang sudah kangen melihat sang anak pulih.

“Hari ini juga pasien sudah boleh pulang, Nyonya. Namun semua berkas kepulangan diurus terlebih dahulu, setelah itu pasien boleh pulang. Suster akan membantu melepaskan infusnya,” Jawab Dokter Rifan tersenyum kecil melihat semua orang.

“Kalau begitu biar Gibran yang antar Ayu mengurus berkas kepulangan Raja. Dan satu lagi, saya minta Ayu juga Raja untuk ikut kami pulang ke rumah sampai tes DNA keluar. Apa pun hasilnya nanti saya yakin Raja adalah cucu saya, anak kandung Gibran!” Tegas Wiratma.

Ayu yang terkejut dengan perkataan Wiratma langsung menoleh ke arah Satyo. Sang ayah terdiam melihat wajah kaget putrinya yang pasti berat menerima keadaan ini.

“Raja mau ‘kan, pulang ke rumah Kakek dan Nenek? Nanti di sana Raja bisa main sama Papa Gibran sepuasnya, tapi ingat. Raja juga harus istirahat sampai sembuh, nanti Oma akan ajak Raja jalan-jalan. Gimana? Mau, Sayang?”

Widya mengusap kepala Raja dengan penuh kasih sayang. Dia sangat yakin bila anak tak berdosa ini merupakan cucu dari keluarga Wiratma, meskipun dihasilkan dari perbuatan tak disengaja pria kecil itu mengandung darah keturunan mereka.

“Mau, Nenek. Raja mau ikut Nenek, tapi ….” Raja menoleh ke arah Ayu yang dari tadi terdiam mematung.

Jika boleh jujur wanita itu masih sangat berat menerima kehadiran Gibran yang secara tiba-tiba, padahal sekuat tenaga dia berusaha melupakan. Akan tetapi, takdir berkata lain dengan kembali mempertemukan Raja dengan ayahnya.

“Tapi apa, Sayang?” tanya Widya penuh kelembutan.

Raja kembali menatap wajah Widya yang selalu memberikan senyuman terhadapnya, “Kalau Ibu setuju, Raja mau ikut Nenek, Kakek, sama Papa Gibran. Tapi kalo Ibu nggak bolehin Raja nggak bisa ikut, maaf ya, Nek.”

Jantung Ayu langsung terketuk mendengar perkataan sang anak. Dia rela menjauhi keluarga dari ayah kandungnya hanya demi memikirkan perasaan Ayu. Sungguh, mulia hati Raja yang tidak pernah egois untuk memihak siapa pun dari ayah atau ibu kandungnya.

Widya melirik ke arah Ayu berharap bisa mengizinkan mereka untuk merawat cucu yang selama bertahun-tahun mereka cari.

“Ma-maaf sebelumnya kalau kesannya keluarga saya memaksakan kalian, tapi dengan segenap hati yang tulus. Saya, Gibran ayah dari Raja ingin meminta izin kepada Ayu juga Pak Satyo untuk mengurus dan merawat mereka sampai hasil tes keluar dan kita tahu jika Raja memang putra kandungku.”

Dengan penuh rasa hormat Gibran unjuk diri. Dia memang tidak tahu bagaimana cara meminta izin yang baik, tetapi pria itu berusaha untuk meyakinkan Ayu dan Satyo untuk mengizinkan mereka merawat Raja sebagaimana seorang ayah merawat anaknya.

Ayu menatap semua wajah satu per satu dengan manik mata indahnya. Dia memperhatikan mata mereka yang tidak ada kejahatan sedikit pun, itu berarti mereka memang tulus ingin merawat Raja.

Hanya saja Ayu malah menarik Satyo untuk keluar ruangan. Perdebatan antara anak dan ayah terjadi saat putri kecilnya masih tidak yakin bahkan tidak rela jika Raja dirawat orang pria yang baru dikenalnya.

Terlepas Gibran ayah kandung atau bukan hati Ayu masih tetap merasa tidak nyaman, seolah-olah pria itu ingin merebut putra semata wayang miliknya yang dirawat dari mulai berada di dalam perut sampai detik ini.

“Tapi, Pak. Ay—”

“Nak, dengarkan Bapak. Bagaimanapun Gibran juga berhak merawat Raja. Dia ayah kandungnya loh, jadi kamu tidak boleh seegois itu. Bukannya kamu sudah dengar penjelasan mereka seperti apa? Jadi, Bapak minta jangan hukum Gibran seperti ini. Mau dia ayah kandung Raja atau bukan setidaknya kita izinkan mereka dulu merawat Raja, setelah hasilnya keluar nanti baru kita pikirkan. Toh, kamu juga ikut bersama Raja, bukan? Terus apa yang dikhawatirkan, hem?”

Penjelasan yang Satyo berikan pada Ayu memang ada benarnya. Sebagai seorang ibu memang Raja berhak bersamanya, apalagi dari kecil sang putra selalu berada di dalam asuhannya.

Cuma Ayu juga tidak bisa menutup kenyataan, bahwa Raja memang memiliki kemiripan yang hampir mendekati 99 persen dengan Gibran.

Satyo mengajak Ayu kembali masuk ke dalam ruangan Raja. Dia berharap sang anak bisa mendengar penjelasannya tadi dan tidak memberatkan keluarga Gibran.

“Saya paham, mungkin berat untuk kalian mengizinkan Raja tinggal bersama kami, terlepas ini juga kesalahan yang tidak diinginkan. Namun saya pastikan Raja akan baik-baik saja bersama kami dan selalu bahagia, lagi juga Ayu akan selalu ada di samping Raja karena kami tidak akan memisahkan anak sama ibunya. Anggaplah ini sebagai penebus dosa Gibran baik disengaja ataupun tidak. Kita mulai memperbaiki masalah, jangan sampai masalah itu menghambat proses kebahagiaan Raja.”

Ayu menatap lekat wajah sang anak yang dari tadi terlihat datar. Dari ekspresi Raja sang ibu bisa melihat, jika sang anak begitu berharap untuk bisa merasakan tinggal bersama sang ayah.

Semuanya terdiam menunggu jawaban dari Ayu, perlahan mata wanita itu kembali menatap wajah Satyo. Di mana sang ayah cuma bisa memberikan kode anggukan kepala yang berarti menyetujui mereka.

Dengan berat hati Ayu menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya secara perlahan dan mengatakan, “Baiklah, aku izinkan Raja ikut bersama kalian. Tapi ingat! Jika hasilnya sudah keluar nanti dan terbukti Raja bukan anak Gibran, detik itu juga saya dan Raja akan angkat kaki. Kalian juga jangan ganggu hidup kami lagi, gimana?”

“Tapi gimana kalau Raja terbukti benar-benar anakku?” tanya balik Gibran membuat Ayu terdiam mematung. Dia sendiri bingung harus menjawab apa karena pertanyaan itu sangatlah berat untuk diterima.

“Cukup, Gibran. Kita akan bahas semua itu nanti, intinya Raja dan Ayu akan tinggal bersama kita sampai tes DNA keluar, baru kita bicarakan bagaimana baiknya!”

Tatapan tajam dari sang ayah membuat Gibran menundukkan pandangannya. Dia tidak berani jika Wiratma sudah berbicara penuh keseriusan.

“Baiklah, kalau begitu Tuan Gibran dan Nyonya Ayu bisa mengurus semua biaya juga berkas kepulangan Raja. Suster juga sudah selesai melepaskan infusnya, jadi hanya tinggal menunggu berkas selesai dan dicabut dari rumah sakit, barulah pasien bisa langsung pulang ke rumah. Jangan lupa untuk mengambil obatnya yang harus diminum setiap hari jangan sampai telat ataupun terputus.”

Semua pun mengangguk mendengarkan perintah Dokter Rifan demi kesembuhan Raja. Tak lupa mereka juga mengucapkan banyak-banyak terima kasih karena sudah merawat pria kecil itu sampai sembuh.

“Ya, sudah. Saya dan suster kembali bekerja, sekali lagi saya ucapkan lekas sembuh jagoan. Jangan sakit-sakit lagi, ya. Semangat!”

“Semangat!! Dokter hehe ….”

Mereka tersenyum melihat semangat Raja yang membara, rasanya dia sudah tidak sabar untuk melihat rumah sang ayah yang katanya besar juga megah.

Selama ini Raja hanya tinggal bersama Ayu di panti yang tidak terlalu besar juga mewah, jadi rasa penasaran akan rumah Gibran yang bagaikan istana itu membuat sang anak senang.

Dokter dan Suter keluar dari ruangan, begitu juga Gibran dan Ayu yang segera mengurus kepulangan Raja dari rumah sakit.

Sebelum Raja benar-benar pulang, seorang dokter datang menemui mereka untuk melakukan beberapa tes sekedar mengambil sampel untuk melakukan tes DNA. Mulai dari rambut, air liur, gigi, bahkan darah sekalipun.

Selepas semuanya selesai. Raja dan Ayu ikut bersama keluarga Gibran untuk pulang ke rumah mereka. Sementara Satyo hanya bisa melambaikan tangan, berharap semoga putrinya juga cucu kesayangannya bisa mendapatkan keadilan serta kebahagiaan yang sempat tertunda.

***

Terpopuler

Comments

💥💚 Sany ❤💕

💥💚 Sany ❤💕

Moga ini yang terbaik untuk kebahagiaan Raja

2024-04-20

1

💥💚 Sany ❤💕

💥💚 Sany ❤💕

Wlo berat mungkin itu yg terbaik. Sebaik n sebanyak apapun kasih sayang yang ibunya berikan, tetap gak kan mampu menutupi kasih sayang seorang Ayah.

2024-04-20

0

Wawa sakura Lavender

Wawa sakura Lavender

ada ayat aku baca ada yang tak kena, tak enak dibaca perkataan nya seperti ini pria kecil itu mengandung darah keturunan mereka. sepatutnya perkataan nya meskipun dihasilkan dari perbuatan yang tak disengajakan, tetapi wanita itu telah mengandung dan melahirkan anak/cucu dari darah keturunan keluarga Wiratma,itu baru betul enak dibaca.

2024-04-17

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!