Siuman

Ayu mengerjapkan matanya, dia berusaha bangun dari pembaringannya, Sari yang tengah duduk menunggu Ayu membantu Putrinya untuk duduk. Ayu terkejut melihat kedatangan Ibunya, seingatnya dirinya tidak memberitahukan perihal Raja pada keluarganya, buka tidak melainkan tak sempat karena ia begitu panik.

"Loh, Ibu disini?" Tanya Ayu.

Sari menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, dia mengelus rambut panjang Ayu dengab senyum yang menghiasi wajah keriputnya.

"Alhamdulillah, akhirnya kamu bangun juga. Ibu datang kesini di beritahu Pak Rt, Dika juga udah coba hubungi Bu Rianti dan katanya memang Raja di bawa ke rumah sakit ini." Jawab Sari.

"Bagaimana kondisi Raja sekarang, Bu? Apa dia sudah sadar?" Tanya Ayu sambil memegang lengan Ibunya.

"Belum, Yu. Kita tunggu kabar baiknya ya, Ibu yakin Raja itu anak yang kuat, kamu sendiri yang sering bilang sama Ibu." Jawab Sari dengan lembut.

"Ayu mau lihat Raja, Bu." Ucap Ayu berusaha turun dari atas pembaringannya, tetapi Sari menahan tangannya dan menggelengkan kepalanya pelan.

"Kali ini, dengarkan Ibu baik-baik, Nak. Kamu diam disini, biarkan Dika dan Bapak yang jaga Raja." Ucap Sari dengan tatapan memohon.

Inilah salah satu kelemahan Ayu, dia tak bisa melihat wajah memohon Ibunya. Niatnya pun urung, dia mempercayakan Raja kepada Kakak dan Ayahnya.

******

Malam hari. Raja menggerakkan jari telunjuknya, matanya mengerjap beberapa kali sampai keduanya terbuka sempurna.

"A-a-ya-h." Lirih Raja dengan suara terbata.

Gibran yang tengah tertidur dengan posisi duduk lantas membuka matanya, dia beberapa kali mengucek matanya memastikan kalau penglihatannya itu tidaklah salah.

"Nak, Kamu sudah sadar? Alhamdulillah, ini ayahmu, Nak." Ucap Gibran dengan mata berkaca-kaca.

Raja melirik kearah Gibran yang tengah menatap kearahnya, genggaman tangan Gibran membuat hati Raja menghangat.

"A-ku d-di-ma-na?" Tanya Raja melihat sekeliling ruangan yang asing baginya.

"Jangan banyak bicara dulu ya, kita panggilkan dokter dulu." Ucap Gibran sambil menekan tombol yang berada di dekat Raja.

Tak berselang lama, Dokter Rifan yang menangani Raja masuk. Dengan peralatan medis yang selalu di bawanya, Dokter Rifan memeriksa kondisi tubuh Raja secara keseluruhan.

"Syukurlah, semuanya berjalan dengan baik." Ucap Dokter Rifan.

"Bagaimana kondisi Raja, Dok?" Tanya Gibran.

"Alhamdulillah, kondisi Raja cukup baik dan berhasil melewati masa kritis dengan bangun lebih cepat daripada perkiraan. Selebihnya saya akan melakukan pemeriksaan ulang nantinya, untuk sekarang pasien tidak boleh banyak bergerak dulu." Jelas Dokter Rifan.

"H-ha-us." Ucap Raja, setelah melewati tahap yang cukup panjang, rasanya tenggorokan Raja kering.

Dokter Rifan memberikan Raja air minum menggunakan sendok, saat ini Raja belum bisa mengubah posisinya karena kepalanya merasakan nyeri.

Dirasa sudah selesai, Dokter Rifan pun pamit undur diri. Gibran tak langsung memberitahukan yang lainnya, dia ingin menikmati waktunya walaupun sesaat bersama Raja.

"Kalau ada yang sakit, nanti bilang ya?" Ucap Gibran.

Raja memejamkan matanya sejenak sebagai jawaban, dia mengiyakan ucapan Gibran. Mata bening itu tak hentinya menatap kearah Gibran, Pria culun yang memiliki wajah mirip dengannya itu.

"Ssshhh, A-Ay-ah." Raja meringis memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri.

"Ayah disini, Nak."Ucap Gibran sambil mencoba menenangkan Raja.

Rasanya seperti mimpi bagi Raja, setelah 6 tahun lamanya ia baru saja mendengar sosok pria dewasa yang mengakui dirinya sebagai Ayah. Setelah rasa nyerinya mereda, Raja mengulas senyumnya membalas pegangan tangan Gibran dengan erat.

"Ayah, jangan pergi lagi." Lirih Raja.

"Tidak akan, Ayah akan selalu bersama Raja." Balas Gibran.

Gibran berpamitan pada Raja, ia memberitahukan kabar sadarnya Raja kepada yang lainnya. Betapa bahagianya Wiratma dan keluarga Ayu saat mengetahui Raja sudah siuman, Ayu pun langsung turun dari atas pembaringannya di bantu oleh ibunya untuk menemui Raja.

Begitu sampai, Ayu di buat melongo mellihat keakraban Gibran dan juga Raja. Ayu menitikkan air matanya saat melihat banyaknya alat medis yang menempel di tubuh anaknya, kakinya melangkah sambil menghapus air matanya dengan kasar.

"Raja, anak ibu." Panggil Ayu.

Merasa terpanggil, Raja pun menoleh dengan pelan kearah kiri dan ternyata itu adalah Ibunya. Senyum khas anak kecil Raja mampu membuat tangis Ayau semakin luruh, disaat seperti ini Raja masih bisa tersenyum, padahal dirinya saja yang melihat tanpa merasakan sangat sakit hati.

"Kanjeng Ratu." Ucap Raja.

Ah, panggilan itu. Panggilan spesial dari Raja, dasar bocah itu. Rasanya Ayu ingin menegurnya, bisa-bisanya dia memanggilnya kanjeng Ratu di hadapan banyak orang. Ayu memeluk tubuh kecil itu sekilas, ia mengusap pipi Raja dengan lembut.

"Ibu, sekarang Ayah sudah pulang. Ibu jangan berantem lagi ya, nanti Raja sedih." Si paling cerewet, jika pada umumnya anak kecil akan merengek dan mengeluhkan rasa sakitnya, lain halnya dengan Raja yang malah nyerocos seperti tiada habisnya.

Ayu menatap kearah Gibran, perasaannya berkecamuk. Bingung, kesal, marah dan tak tega menjadi satu, di sisi lain ia masih ada rasa marah pada Gibran setelah apa yang terjadi. Tetapi di sisi lain, ada rasa tak tega pada anaknya yang begitu mengharap kehadiran sosok seorang Ayah baginya.

"Iya, Sayang." Balas Ayu memaksakan senyumnya.

*****

Dua hari berlalu. Syukurnya, kondisi Raja berangsur-angsur membaik dan Dokter mengatakan butuh sekitar 10 hari untuk memulihkan Gegar otak ringan yang di alami oleh Raja. Selama dua hari itu pula, Gibran tidak absen untuk mendampingi Putranya.

"Nak, makan dulu ya." Ucap Ayu saat salah seorang Suster membawakan sarapan pagi untuk Raja.

"Raja maunya sama Ayah." Rengek Raja.

"Sama Ibu aja, kasihan Ayahnya harus istirahat." Ucap Ayu berusaha menolak dengan mencari alasan.

"Biar aku saja." Gibran meminta mangkuk bubur yang di pegang oleh Ayu.

Dengan berat hati, Ayu memberikan mangkok itu pada Gibran. Sejak Keluarga Wiratma tahu sosok Ayu dan Raja, mereka pula meyakini bahwa Raja adalah darah daging Gibran, meskipun tidak melakukan tes DNA. Mereka semua yakin hanya dengan melihat kesamaan wajah Gibran dan Raja, golongan darah mereka pun sama.

Ada rasa takut yang terus menghantui Ayu, dia takut bila hasilnya nanti seratus persen cocok antara DNA Gibran dan Raja, keluarga Wiratma akan membawa Raja pergi darinya. Pendengarannya menangkap percakapan Wiratma dan juga istrinya, yang isinya kalau mereka sangat mengharapkan cucu laki-laki yang akan menjadi seorang penerus. Raja adalah harapan mereka, mereka memang sudah di berikan dua cucu perempuan yang sama-sama pintar. Tetapi, kedua gadis kecilnya tidak mau berkecimpung di dunia bisnis, melainkan di dunia atlet dan juga Entertain. Karena itulah Wiratma begitu memberi perhatian besar pada Raja.

Terpopuler

Comments

💥💚 Sany ❤💕

💥💚 Sany ❤💕

Moga kluarga Wiratma melamar Ayu ntuk Gibran. Biar Raja punya kluarga lengkap

2024-04-20

0

💥💚 Sany ❤💕

💥💚 Sany ❤💕

Jangan berfikir negatif dulu Yu...., kluarga Wiratma gak kan memisahkan kamu dari anaknya. Pa lagi kisah kamu hampir sama dg mamanya Gibran dulu.

2024-04-20

0

Fida Amirsyam

Fida Amirsyam

Hadir trs di setiap karya dan menyemangati mu Thor..🙋‍♀️

2024-04-06

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!