“Rumi, andai saja aku wanita. Pasti aku memilih tinggal Bersama dengan mu dan mengurus mu. Ini minum obat herbal, aku sendiri yang merebusnya. Kekuatan mu semakin menurun, kondisi mu juga bertambah buruk setelah mengenal makhluk kuno itu. “
Gen meneruskan omelannya, sebagai adik senior yang menganggap Rumi adalah kakaknya itu tidak ingin melihat Rumi kesulitan dan sakit. Di luar tempat peristirahatan dedaunan hijau, dia menyodorkan sebuah wadah minuman herbal dan sebuah lagi wadah yang berisi bubur. Asap mengepul, Gen benar-benar lihai menyiapkan hidangan makanan.
“Terimakasih adikku yang baik, teman ku atau junior kecil ku. Apakah kau bisa mengambilkan satu wadah bubur lagi?”
“Wah-wah, pasti bubur ku lezat kan? Dengan senang hati aku akan memberikannya padamu…”
Mulut Gen membentuk huruf O besar, bengong Panjang melihat Rumi membawa sup itu jauh darinya. Di dalam pikiran yang terbaca, buburnya pasti akan di berikan pada sang naga api. Gen menggelengkan kepala, melanjutkan masakannya yang lain.
Perjuangan, penantian dan kegigihan guna menerjang badai demi menggapai Impian. Keinginan Rumi menguak misteri kehilangan sahabatnya Karak dan mencari asal-usulnya di bumi. Dia sangat yakin, sang naga api akan memberikan semua kabar di belahan informasinya selama hidup di antara perbatasan langit dan bumi.
Buburnya tumpah terjatuh mengenai kakinya, di dalam gua bebatuan yang gelap gulita tidak Nampak celah sinar atau Cahaya yang menembus celah terkecil. Rumi sangat membenci kegelapan, dia menahan phobia gelap sembari memejamkan mata. Ketakutan yang tidak bisa di sembunyikan, teriakan Rumi terdengar jelas oleh Banyu.
“Firasatku tidak salah, Rumi pasti ke gua bebatuan, Untung aku tepat pada waktunya” gumamnya berlari masuk.
Banyu menggunakan kekuatan sihir, dia melemparkan Cahaya pedang raksasa yang sangat Terik menyilaukan mata. Rumi menoleh melihat Banyu menyerang sang naga, dia mendorong tubuh raksasa naga api. Kekuatan pedang mengenai lengannya, sang naga menutupi tubuh Rumi. Pedang api menembus tubuhnya, darah sang naga memandikan tubuh Rumi.
“Tidak mungkin, kenapa siluman berdarah dingin predator itu tunduk melindungi Rumi?” gumam Banyu menghentikan serangan.
Dia meninggalkan gua, menyimpan amarah sampai menyeret Gen ikut keluar. Rumi melihat keajaiban dan hal yang tidak pernah dia duga. Kilauan sinar Cahaya api mengubah tubuh sang naga menjadi tubuh manusia. Dengan cepat Rumi menutupi tubuh sang naga dengan jubahnya. Rumi berlari meninggalkan gua sembari menahan detak jantungnya yang sangat cepat berdetak.
Di dalam kediaman dedaunan hijau muda, dia membersihkan diri dari darah sang naga. Aroma anyir yang masih melekat di samping ingatannya akan kejadian tadi.
“Ternyata, di balik penampilannya yang mengerikan. Naga api raksasa itu sangat baik, Rumi sebentar lagi kamu kan terlepas dari negeri hijau yang mengerikan ini” batinnya berkecamuk.
Selesai berpakaian dan mengeringkan rambutnya, dia membongkar isi lemari memilih beberapa selimut dan pakaian yang berukuran besar. Rumi tergesa-gesa berjalan sampai tanpa sadar menjatuhkan pita yang mengikat rambutnya.
“Apalagi? Haduh, mala mini tugas ku berpatroli menjaga naga kuno. Kenapa kamu malah kesini Rum? Belum puas kalau nggak di bakar naga itu? Banyu marah besar tuh! Itu gimana luka di lengan kamu? Darahnya masih banjir tuh…”
“Sstthh! Jangan berisik. Aku akan merasa tenang kalau melihat naga raksasa mulai jinak__”
Rumi menggunakan penerangan lentera memasuki gua bebatuan. Dia mendekati sang naga yang terlihat enggan memperlihatkan wajahnya. Sinar lentera berganti lebih terang dari kekuatan api naga yang bersinar di telapak tangannya.
“Apa kabar mu naga yang baik? Aku membawakan mu selimut yang hangat. Mendekatlah, aku akan mengobati luka dalam mu__ oh ya, kemana perginya semua bekas darah itu?"
Rumi memandangi ke sekitar bebatuan, tidak ada setetespun tanda luka di tubuhnya. Rumi meletakkan lentera, Menyusun beberapa tumpukan selimut. Dia sedikit meringis, luka di lengannya semakin terbuka lebar. Sosok siluman naga mulai mendekati, dia menghembuskan api kecil berwarna biru ke arah luka. Pertama-taman Rumi merasakan sakit yang luar biasa, sampai dia berteriak kesakitan.
“Rumi! Apa yang terjadi? Hei Dimana naga api gila itu? Kemari lawan aku secara Jantan. Beraninya sama Perempuan kamu!” Gen memasang posisi kuda-kuda.
“Aku baik-baik saja__”
Rumi menghembus luka sambil menatap wajah sang naga. Gen tertegun bertanya di dalam hati akan siapa gerangan pria yang ada di sampingnya. Rumi tersenyum lebar, dia menyentuh Pundaknya dan mengucapkan kalimat terimakasih naga api.
“Rum__ maksud mu. Pria berotot itu adalah naga api gila?” Gen melangkagh lebih dekat.
Gen menepuk-nepuk kecil wajahnya sendiri, dia mengamati raut dan goresan wajah sang naga api. Bentuk wajah tampan, sepasang bola mata cekung yang tajam, kulit kuning langsat, aura mengerikan dan sisik naga yang menonjol di kedua tangannya.
“Aku tidak mau mengakui kalau kau si naga api gila itu. Mustahil ada pria yang ketampanannya melebihi aku. Bahkan si Banyu saja masih menduduki peringkat pria mempesona di nomor dua di negeri padang hijau ini. Rumi, jujur pada ku. Siapa dia?”
Gen terlalu mencengkram lengan sang naga. Wajah amarah sang naga mengendus dari mulutnya mengeluarkan nyala api yang membara. Gen sangat ketakutan, dia berlari meninggalkan gua bebatuan. Rumi tertawa terbahak-bahak, sekali lagi dia berterimakasih pada sang naga yang telah menyembuhkan lukanya.
“Naga api raksasa, siapa nama mu? oh ya perkenalkan, nama ku R-U-M-I..” ucapnya dengan riang.
“Oh ya, kau suka makan apa? Walau aku tidak bisa memasak. Aku akan tetap berusaha membuatkan makanan yang kau inginkan. Adik senior tadi adalah sahabat ku, Namanya Gen. Dia yang paling dekat dengan ku di Lembah ini. Aku hidup sebatang kara, tuan Lincau menemukan ku di ujung perbatasan di saat aku masih kecil. Aku tau kau rindu tempat asal mu kan? Kumpulkan semua energi dan kekuatan mu. Perlahan kau akan bisa keluar dari kurungan ini asal kau mau mendengarkan ucapan ku..”
Rumi duduk di sampingnya, dia masih tidak percaya melihat secara langsung kepribadian sang naga yang ternyata memiliki sifat pembersih, pemalu dan kebaikan yang tertanam jelas Ketika dia menyembuhkan lukanya. Namun, tidak ada jawaban yang keluar membalas semua pertanyaannya. Rumi berpikir Panjang, ya membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menjinakkan naga api kuno yang hidup di antara belahan perbatasan langit dan bumi. Dia berdiri sambil tertatih meminta ijin berpamitan pulang dan berjanji di hari esok akan Kembali menemuinya.
Gen menatap Langkah wanita itu hingga tidak terlihat lagi, dia mengamati seluruh isi gua bebatuan. Sepanjang hidup ratusan tahun sebagai naga kuno, di hari yang penuh misteri ini dia berubah wujud menjadi seorang manusia setelah menyelematkan seorang wanita yang Bernama Rumi.
“R-u-m-i..” ucapnya sedikit terbata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Mirsyah𓆤𓆤𓆤𓆤
Woy, drama antara si Rumi dan si naga itu kayak sinetron India yang episode-episode nya nggak ada abisnya! Dari si naga yang setia nungguin Rumi sampe Rumi yang lebih sering bikin ulah daripada bocah TK. Udah jelas-jelas si naga tuh sayang banget sama Rumi, tapi Rumi malah cuek dan sok-sokan mau jadi ratu drama. Nggak heran si naga sampe bingung sendiri gimana cara ngurusin si Rumi yang kelewat rewel. Udah kayak ojek online aja, siap sedia diperintah mulu. Padahal udah kayak diperas keringatnya, masih aja Rumi nggak puas. Mungkin harusnya si naga putusin aja deh Rumi, biar dia bisa ngeliat gimana susahnya hidup tanpa perhatian dari si naga. Drama mereka tuh lebih bikin pusing kepala daripada nonton ulangan ujian nasional!
2024-04-09
0
erina
pertemuan seribu tahun buat qhu nggak bisa mikir. banyu tetap tegar nieehhh
2024-04-08
0
⫸ᑎᑕT⫷
Eh, si Beijing kok kayak penjaga penjara yang gemesin ya? Niatnya pengen jaga Rumi, tapi malah bikin bingung. Jadi penjara aja jadi tempat romantis buat mereka berdua.
2024-04-08
0