Jerat perangkap naga api raksasa, segel yang semula tidak di isi berbagai macam perangkap mantra berubah lebih tersegel penuh ranjau. Gen di perintahkan oleh wakil Lincau agar menjaga bagian depan pintu masuk gua. Suasana tegang di malam itu lebih di kejutkan dari sikap Banyu yang semula terlihat sangat membenci Nilam ternyata lebih mengkhawatirkannya. Sikap Banyu merubah jarak ukur pemikiran Lincau.
Di dalam gambaran pandangan belasan tahun lalu. Sengaja dia menjauhkan kedua, semula kakak beradik yang di pertemukan di padang hijau hanya di peruntukkan bagi Lincau untuk mengubah emosi dan sikap lemah anaknya. Suatu hari, Lincau sengaja membentuk pohon yang tubuh di salah satu sumber akar ladang sihir. Dia menggerakkan siluman yang terbentuk, sang pemimpin yang tidak tanggung-tanggung meleburkan pohon ke dalam satu wadah yang dia sembunyikan di dalam ruang rahasia Altar padang hijau.
“Semula, aku mengumpulkan energi-energi spiritual, sihir terkuat serta bermaksud mengambil kekuatan dari jiwa para penjaga pilihan. Tapi semua usaha ku di gagalkan karena masih mempertimbangkan permintaan Banyu. Dia sangat jelas berbicara pada ku dengan mengatakan memiliki seluruh negeri padang hijau tapi tidak berpaling melindungi Rumi…”
......................
Di dalam peristirahatan, Rumi di temani Banyu sepanjang malam di terjaga hingga menjelang senja memastikan keadaannya mulai membaik dengan menyalurkan energi spiritual ke tubuhnya. Seza mengamati dari depan pintu, dia mengikuti Banyu dengan tatapan sinisnya melihat Rumi.
“Sebelumnya aku sudah mengingatkan mu, bahkan berulang kali agar jangan menyentuh Rumi tanpa persetujuan dari ku. Kali ini aku tidak akan memaafkan mu jika terjadi sesuatu padanya. Kali ini aku mau kau merenungi kesalahanmu. Kembalilah ke jurang ular, aku akan memanggil mu Kembali jika membutuhkan bantuan” Banyu tidak sekedar menggertak namun benar-benar menyingkirkannya.
Seza sangat terkejut, dia bertekuk lutut di hadapan Banyu yang memalingkan wajah. Dia meminta maaf, berkali-kali hingga tangisnya hampir pecah akibat mendapat tepisan kuat dari tangannya.
“Tiga puluh hari atau lebih, kau harus membuat keributan di dalam negeri ini sedikit reda. Aku menunggu kabar di setiap benteng. Kau pasti tau cara mengembalikan Cakra pelindung paku penahan pembatas langit.”
“Tuan, saya akan melakukan segala Upaya untuk menebus segala kesalahan saya…”
Seza meminta ijin sambil mengepal kuat tangannya. Dengus, desisan suara ular di sela mata ular piton yang menyala. Hujan yang tidak kunjung datang, di atas langit di negeri padang hijau memperlihatkan jelas kedatangan musim kemarau berkepanjangan.
Gen berlari keluar dari persembunyian, dia memasuki ruangan peristirahatan melihat Rumi dengan wajahnya yang sayu. Sungguh malang sahabat yang selalu mendapatkan Nasib buruk di depannya itu. Seolah-olah dia mendapat garis seumur hidup menerima kehidupan penuh kepahitan.
“Rumi, bagaimana keadaan mu?” Gen mengguncangkan tubuhnya.
“Duh sakit, jangan guncang aku Gen. Isi kepala ku sedang tidak stabil. Naga api! Aku harus segera menemuinya!”
“Stop jangan bergerak!”
Gen menahan Rumi yang terus memaksa menemui sang naga. Waktunya tidak banyak untuk menjinakkan siluman raksasa kuno. Di dalam benak Rumi, dia bukan hanya ingin menjinakkan siluman tersebut. Dia ingin menjadi teman terdekat yang bisa membawanya menuju kea lam dunia.
“Jangan menahan ku Gen!” Rumi menggunakan kekuatannya mempercepat laju melompati setiap dahan pohon.
Dari atas cabang pohon yang paling tinggi, dia sangat terkejut melihat sekeliling gua bebatuan terdapat banyak mantra dan jebakan. Energinya belum pulih, di samping itu kekuatannya akan menghilang bahkan tidak bisa di gunakan Kembali kalau memaksa menerobos masuk.
“Di posisi ini, aku akan di jadikan tersangka. Terlebih lagi aku baru saja membuat masalah besar” gumamnya.
Gen memanggilnya dari bawah, dia juga memberi isyarat kode kedatangan wakil Lincau. Rumi melompat turun, dia tersenyum melihat raut wajah Banyu. Tidak terbayangkan keinginannya menyambut uluran tangan. Ternyata genggaman itu semakin kuat, Banyu tanpa berkata sepatah kata menarik Rumi ke hadapan Lincau.
“Ada apa kakak wakil ketua? Apakah sejauh ini kita harus melangkah sebagai saingan?” tanya Rumi menarik tangannya.
“Katakan semua itu di hadapan ketua..”
Di dalam sidang yang di hadiri para penjaga, Rumi menjawab semua urutan pertanyaan dengan tenang. Dia menegaskan tidak ada unsur kecurangan atau menembus pembatas di dalam gua. Ucapannya di bantah Sebagian pihak sepuh Altar, Rumi harus memberikan bukti yang kuat. Lincau memutuskan mengeleminasinya, tapi Rumi mengukuhkan keinginannya menjadi pelatih siluman naga raksasa.
...----------------...
Hari yang semakin berat, dia melangkah keluar dari Latar sambil menyeka keringatnya. Gen ada disana, menunggunya untuk mendengarkan keinginan Rumi. Dia membuka mantra pembatas untuknya. Tidak dengan keinginan menjinakkan naga, Gen tidak kalah saing kini menyebutkan ikut di dalam pertempuran.
“Aku akan berpaling kalau kau masih bertekad bulat melukai diri Kembali” Gen merentangkan tangan menghalangi Rumi masuk ke dalam Gua bebatuan.
“Gen, tolong kali ini saja ya jangan mengulah. Aku nggak akan di panggang siluman itu kok, terimakasih sudah mengkhawatirkan ku. Oh ya, kalau kau masih mau menjadi teman ku maka jangan halangi semua jalan yang ku pilih!”
Rumi menggunakan mantra penahan akar, tubuhnya yang seolah cepat sekali pulih dan terkadang lebih sering mengeluarkan kekuatan yang sangat mirip seperti siluman di hutan Barat. Dia menarik nafas sebanyak tiga kali, mendekati naga raksasa yang di rantai menggunakan besi spiritual perak.
“Bahkan kekuatan dewi tidak bisa membukanya. Banyu benar-benar keterlaluan, dia menggunakan senjata ketua Lincau sesuka hati untuk kepentingan pribadinya” gumam Rumi.
Mendekati wajah sang naga, dia juga mengamati setiap sisik dan kukunya yang lancip. Tubuhnya yang sangat besar melingkar hampir menutupi gua bebatuan. Saat siluman membuka mata, Rumi perlahan mengusap kepala naga api dengan lembut.
“Jangan khawatir naga yang baik, aku tau kau tidak semudah itu melukai manusia yang tidak berniat membunuh mu bukan? Ya, ya bagus. Tenang ya aku akan mencoba melepaskan rantai mu” kata Rumi yang mulai mengeluarkan kekuatan.
Sang naga sepertinya mengetahui apa yang di katakan Rumi, dia menunggu Rumi melepaskan rantai yang menyakitkan menjerat tubuhnya itu. Akan tetapi rantai semakin menjerat tubuh sang naga sampai dia mengeluarkan api memenuhi seluruh Gua.
“Rumi! Cepat keluar atau kau akan terbakar hidup-hidup!” teriak Gen dari luar.
Api yang berkobar ternyata tidak sedikitpun membakar sehelai rambutnya. Tubuh mungil Rumi tertutupi tubuh sang naga api. “Terimakasih naga api raksasa..” ucapnya pelan.
Api telah padam, Rumi tidak Lelah meyakinkan padanya agar tidak membuang energy. Dia berjanji akan melepaskannya, Rumi meminta sang naga agar tenang. Perlahan siluman raksasa itu tenang mengikuti ucapannya.
“Sebentar lagi Banyu akan datang, kau tidak boleh melawan. Jangan bertindak brutal lagi atau kau akan terperangkap selamanya disini dan aku tidak bisa mengeluarkan mu__”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Jendela dunia
terhubung secara emosional dengan karakter-karakter dalam cerita ini, terutama dengan Rumi dan perjalanan pribadinya. Saya mengagumi keberanian dan ketabahan Rumi dalam menghadapi rintangan-rintangan yang dia hadapi, serta hubungannya yang unik dengan sang naga api. Cerita ini benar-benar mengajarkan nilai-nilai seperti persahabatan, keberanian, dan kesetiaan dengan cara yang menginspirasi dinamika hubungannya dengan sang naga api. Cerita ini mengajarkan banyak pelajaran tentang keberanian, persahabatan, dan penerimaan diri sendiri.
2024-03-28
0
Orchid
Kisah cinta mereka juga menghadirkan banyak momen yang penuh dengan kejutan dan keindahan. Dari pertemuan pertama yang penuh kebaperan hingga saat-saat romantis di mana mereka saling menyelamatkan, setiap adegan dalam cerita ini membangun ketegangan dan keintiman yang membuat pembaca terus ingin tahu tentang nasib kedua karakter ini. Saya sangat terkesan dengan cara penulis menggambarkan perasaan mereka satu sama lain, menjadikan kisah cinta mereka begitu hidup dan menggerakkan.
2024-03-28
0
Serda AD
Seperti gelap malam yang hanya di temani bulan, tanpa bintang.
Tanpa rasi yg membentuk gugusan-gugusan indah
Mampu temani jiwa-jiwa sepi meski tanpa keindahan sempurna
Seperti mentari yg kekurangan cahaya
Tak mampu menghangatkan meski mampu tuk sedikit menerangi
Seperti aku yang kehilangan setengah nyawa
Masih mampu berdiri meski raga terlalu rapuh
Terselip segumpal luka dalam senyumku
Kehilangan yang teramat perih, perih, sangat perih
Tersiksa batin, tersiksa hati, tersiksa seluruh jiwa-jiwaku.
2024-03-27
1