Untuk yang pertama

"Mas, tadi apa yang mau di lurusin?"

Sebatang rokok yang sudah terjapit di tangan tinggal nunggu di sundut api langsung di buang Gibran begitu saja ketika sosok Viandra muncul. Mata Gibran berbinar. Bibirnya tersenyum gemetar seperti orang yang telah mengalami ketakutan. Ia menarik Viandra ke dalam kontrakan dan memeluknya sekilas.

"Ay, maafin aku. Aku salah udah nerima acara tanpa bilang kamu. Acara sore selesai jam setengah delapan. Aku pikir gak bakal ganggu acara kita, tapi pas mereka bubar, ada orang dari kampung yang mau ketemu sama aku sebentar aja. Yaudah aku mutusin untuk keluar sebentar biar kalau ngobrol di gang gak bisa lama-lama. Tapi ternyata kenyataan gak sesimple schedule yang aku buat. Kepancing sama isi pembacaan orang itu, akhirnya lupa waktu."

"Memangnya orang yang dari kampung Mas itu siapa? saudara?"

"Temannya Bapak. Dia bilang Bapak nyuruh aku pulang terus."

"Kalau gitu pulang kampung aja Mas, siapa tahu penting. Atau gak Bapak lagi kangen."

"Nanti saja, bareng kamu. Ay, kamu udah makan belum?"

"Belum."

"Tadi katanya udah?"

"Kalau lagi ngambek, segala sesuatu yang belum, di bilang udah. Perut lapar aja di bilang kenyang. Begitu rumus kalau orang ngambek Mas." Viandra akan selalu begitu. Apa yang ada di dalam pikiran akan di keluarkan ketika perasaannya mulai membaik. Dan Gibran selalu ketawa atas kejujuran Viandra.

"Makan dulu ya, aku udah siapin di dapur."

"Iya Mas, aku nyetel tv dulu. Udah lama gak nonton drakor di sambung ke tv. Lagi ada drama bagus menceritakan tentang orang ketiga." Viandra ngomong sendiri karena cewek itu tidak sadar Gibran sudah beranjak ke dapur. Ia pun menyusul Gibran.

"Kamu hari ini masak?" tanya Viandra.

"Sejak kapan aku bisa masak?"

"Oh iya hehe, selain masak air dan mi kamu gak bisa masak yang lain. Maaf ya hari ini aku gak masakin kamu."

"Iyaa ay gak pa-pa. Lagian kamu capek habis pulang kerja. Soal makan aku bisa beli di luar." Ujar Gibran dengan tangan yang sibuk menata makanan ke atas piring.

"Tapi kalau aku gak masak hari ini kamu tetep sayang kan sama aku?"

"Kamu gak masak hari ini, besok, dan lusa, gak bakalan ngurangin rasa sayang aku ke kamu ay. Lagipula rasa sayang aku gak bisa di ukur pakai pecak peda, semur jengkol, sayur asem, goreng ikan asin tembang pake jaket, sambel terasi, dan banyak lainnya yang sering kamu masakin buat aku."

Viandra tertawa sembari membungkuk memegangi perutnya. Kadang-kadang kalau mendengar Gibran cerita apa aja yang cowok itu petik dari hasil pacaran bersama Viandra, dia terkikik geli.

"Lha kok ketawa ay? kamu tuh harus bangga sama diri kamu Ay. Gak semua gadis bisa masak semua menu rumahan daerah masing-masing."

Sudah selesai menata makanan, giliran Gibran menata hatinya untuk memandangi tawa Viandra yang candu.

"Mas,"

"Hmm."

"Ini kamu beli ya?"

Bagaimana caranya aku bilang kalau semua ini Jihan yang masak?

Gibran menganggukkan kepala pelan. Besok saja dia berterus terangnya, karena jika malam ini, Gibran tidak mau situasi seperti di awal. Gibran masih kebingungan kenapa Viandra antipati terhadap sahabat perempuan. Dia akan memberikan pengertian secara perlahan, nanti, atau entah malah dia yang diberikan pengertian oleh alam semesta.

Di ruang tv,

Sesuatu tidak terduga terjadi ketika ada Gibran di sini. Acara drakor yang sedang berlangsung masuk ke scene pemeran utama lelaki memagut bibir pemeran wanita. Viandra yang melihatnya langsung rusuh nyari-nyari remot.

"Ih ih ih, ganti dulu lah." Cerocos Viandra tidak enak kalau sampai Gibran melihat. Dia tidak mau cowoknya berpikiran kalau ia diam-diam suka nonton yang begituan. Padahal kan di dalam drama suka ada scene seperti itu. Viandra tetap tidak enak hati.

Namun sayangnya, Gibran sudah menangkap scene yang sedang berlangsung. Viandra kalah cepat.

"Di drakor emang suka ada adegan begini." Viandra menjelaskan tanpa adanya pertanyaan.

"Aku lagi gak nuduh kamu Ay." Gibran bergeser menutup pintu depan agar sedikit rapat.

"Kenapa pintunya di tutup?"

"Kamu mau makan, biar nggak ada laler yang masuk. Ay, aku boleh nanya sesuatu?"

"Nanya apa Mas?"

"Boleh nggak, aku cium kamu?"

Viandra salah tingkah. Dalam hatinya merutuk Gibran kenapa hal seperti itu harus pakai di tanya terlebih dahulu, kan jadinya malu kalau Viandra bilang iya aku mau. Kira-kira jawab bagaimana ya, supaya terkesan mau tapi pura-pura gak mau?"

"Kamu beginian segala pakai di tanya dulu Mas, kan jawabnya malu." Viandra menutupi wajahnya, terus ngintip lewat celah jari sambil cengengesan. Lagi-lagi Gibran gemas di buatnya.

"Kalau nggak di tanya dulu takut marah. Cewek kan kalau lagi marah foto profil sama pasangan langsung di ganti. Kalau foto profil kamu sendiri, nanti banyak cowok yang gangguin." Tutur Gibran, Viandra pun ketawa.

"Memangnya kenapa sih Ay, cewek itu kalau lagi ngambek ngeblok nomor cowoknya atau gak dia ganti foto profil? serius aku nanya!" Gibran nampaknya serius karena tidak nyaman Viandra dalam mode ngambek. Kalau ngambeknya minta di beliin berlian bagi Gibran tidak masalah, dia bisa giat cari uang. Tapi kalau ngambek dengan cara memblok nomornya, Gibran rasanya tidak kuat.

"Aku gak tau Mas, ikutin mood aja kalau lagi marah. Maaf ya, aku gak lagi-lagi deh kaya gitu. Aku bakal lebih berkepala dingin menyelesaikan perselisihan di antara kita dan ju--"

Gibran menempelkan bibirnya pada bibir sang kekasih tanpa tedeng aling-aling. Awalnya mereka kaget dengan apa yang terjadi karena bagi keduanya ini merupakan pengalaman ciuman yang pertama. Lambat laun keduanya memejamkan mata seakan-akan telah setuju untuk mengarungi ruang asmaraloka.

...*****...

Di belahan bumi yang lain.

Malam-malam Jihan duduk di teras rumah memandangi bulan yang terang. Tangannya memainkan dawai, bermusik mengiringi melownya perasaan seorang Jihan. Dia bernyanyi 'tak seindah malam kemarin'.

Jreng..

"Malam ini.. tak seperti.. malam kemarin saat kau peluk aku.. malam ini..

"Malam ini dari pada gonjrang gonjreng kagak jelas mending lu harus mulai pikirin gimana besok bayar utang bapak lu. Punya anak perempuan satu kerjaan maeeeen terus. Lu cari kerjaan yang bener kek, biar hidup kita cepet kaya!"

.

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Teteh Lia

Teteh Lia

ga usah bilang, bakal panjang urusannya nanti .

2024-03-30

1

Teteh Lia

Teteh Lia

ada semur jengkol juga donk...

2024-03-30

1

Teteh Lia

Teteh Lia

seperti hubungan kalian saat ini, ada orang ketiga meski sahabat sekalipun. tetep orang ketiga kan ya..🤔

2024-03-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!