Gibran: Ay, aku ada kabar baik.
Viandra: kabar apa Mas?
Gibran: Aku di terima kerja bagian IT. Mulai besok aku udah gak lagi jaga toko fotokopi. Kamu jangan kesana lagi ya, karena aku gak bakal ada di sana.
Viandra: Alhamdulillah akhirnya apa yang kamu inginkan tercapai. Berarti harus dirayakan ini. Mas Gibran, aku memberi perintah untuk Mas pacar agar mengosongkan jadwal nanti malam. Aku mau kasih surprise ke kontrakan Mas.
Gibran: Kamu mau kasih surprise tapi bilang-bilang Ay?
Viandra: Iya hehe. Emang kenapa?
Gibran yang sedang sibuk mengetik pesan balasan untuk Viandra menoleh saat cowok itu mendengar seseorang memanggil. Jihan setengah berlari menghampirinya sambil membawa kue brownies berukuran kecil. Kelihatan manis, semanis senyuman Viandra yang tiba-tiba terlintas.
"Gibraaaan. Selamat ya, bestie gua akhirnya kerja apa yang diinginkan. Nih ada perayaan kecil-kecilan dari gua sepesial buat lu." Brownies dengan toping choco chip di sodorkan Jihan tepat di wajah Gibran. Ada bacaan selamat yang terukir di sana. Gibran menerima surprise dari Jihan, memakan sesendok sebagai bentuk menghargai sang pemberi.
"Makasih ya kuenya. Lu sendirian aja ini Ji? yang lain pada kemana?"
"Iya nih gua sendiri. Yang lain gua kontek pada sibuk-sibuk banget. Mungkin dikit lagi mereka nyusul kesini. By the way, lu lagi gak sibuk kan?"
"Nggak sibuk, lagi biasa aja."
"Oh oke dah. Sore ini kita mau ngadain makan-makan di tempat lu. Kali ini yang modalin gua, Cupli, sama Proto. Gantian, jangan lu mulu yang keluar modal."
"Sore?"
"Iya sore, sekitar jam empat lah. Gak masalah kan?"
Gibran berfikir sebentar. Dia menimbang, mungkin acara sore yang di usulkan Jihan tidak akan mengganggu acara malamnya dengan Viandra asalkan hanya sebentar. Viandra pulang jam delapan malam karena lembur, sedangkan acara sore di mulai dari jam empat. Bisa kayanya kalau diterima dua-duanya. Pikir Gibran.
"Gak masalah. Yaudah kalau begitu gua tunggu kedatangan kalian jam empat. Gak boleh ngaret ya!"
"Oke, siap bos."
...*****...
Di tempat kerja Viandra.
Hari ini Viandra sangat sibuk karena laporan defect rate baru saja di selesaikan lantaran adanya selisih. Setelah menjalani hari yang panjang, ia akhirnya bisa mengalokasikan waktu untuk Gibran seorang. Jam sudah menunjukan pukul delapan malam, dan artinya dia harus segera pulang.
"Mbak, aku duluan ya. Mau on time soalnya ada acara." Pamit Viandra pada rekan kerja senior.
"Iya, hati-hati. Eh, Vivi gua mau nanya sebentar sama lu."
"Nanya apa Mbak?"
"Emang bener ya, Bekasi itu tempat singgah ternyaman tapi tidak disarankan untuk jatuh cinta? apakah kisah cinta di sini sebatas hanya kontrak kerja, yang kalau kontrak habis hubungan pun berakhir?"
"Kok Mbak bisa nanya kaya gitu? Memang kenapa?"
"Gua baru aja di putusin Vi, tepat seminggu dia habis kontrak kerja di sini, hu hu hu mengsedih."
"Kalau menurut aku, itu hanya kebetulan aja Mbak. Gak mesti karena sebuah kontrak. Kalau Mbak putus sama dia, bukan tempatnya yang salah, bukan juga waktu yang salah. Emang kisahnya aja yang harus selesai, atau bakal ada cerita selanjutnya yang sudah dipersiapkan."
"Hmmm jadi begitu menurut lu Vi. Oke dah makasih atas pencerahannya."
"Iya Mbak sama-sama."
Dan rekan kerjanya itu pun termenung.
Untung aku punya pacar tukang fotokopi, yang kalau lembaran cinta mulai menipis, tinggal di fotokopi aja biar banyak. Ehheiii.
Eh, tapi kan Mas Gibran udah resign dari sana.
...*****...
Sampai di kontrakan, keadaan sepi tidak menunjukkan tanda-tanda ramai orang merayakan sesuatu. Viandra masuk ke dalam kontrakannya sebelum ia bertandang ke pintu sebelahnya, menunjukan surprise yang sudah di bicarakan.
Sudah beres merapikan diri, Viandra mengetuk pintu kontrakan Gibran.
Tok.. tok.. tok..
"Mas Gibran, ini Vivi udah pulang."
Hening. Viandra mengulang kembali ketukannya.
Tok.. tok.. tok..
"Mas, ini Vivi kekasihmu!"
Masih belum ada sahutan. Viandra akhirnya menempuh jalur telepon. Pas lagi ngotak-ngatik HP cari kontak bernama 'calon imamku', tetangga kontrakan sebelah kiri buka pintu dan menyapa Viandra.
Sontak, Viandra menoleh ke arahnya dan sempat tertegun karena si tetangga hanya menongolkan kepala saja. Yang lebih membuat Viandra mengeryit, si tetangga bahunya polosan seperti tidak memakai pakaian.
"Mbak Vivi, cari Mas Gibran ya?"
"Iya, kok tau?"
"Ya tadi denger Mbak Vivi nyebut nama Mas Gibran. Tadi kayanya dia keluar deh Mbak, jalan kaki gak bawa motor. Mungkin ke warung kali beli rokok."
"Oh, barusan banget apa udah lama?"
"Dari selesai acara ngeliwet sama teman-temannya. Sekitar jam setengah delapan kayaknya Mbak."
Acara? ngeliwet? kok Gibran gak bilang apa-apa? dan ini lagi, kenapa sudah di pesan sejak pagi Gibran malah tidak ada di tempat ketika jam temuan tiba? rasanya Viandra mulai bete maksimal. Pasalnya sudah sejak dari PT, Viandra membayangkan gimana situasi nanti malam saat dia memberikan surprise. Cewek kadang suka gitu, suka berekspektasi tinggi sama sebuah janji pertemuan.
Lebih-lebih Viandra tahu ternyata Gibran sebelumnya berpesta dengan teman-temannya dari mulut orang lain.
"Makasih ya Mbak atas infonya."
"Sama-sama Mbak Vivi. Eeehh itu orangnya!" Sambil menunjuk eksistensi Gibran yang lari-lari menghampiri Viandra. Mbak tetangga langsung gerak cepat menutup pintu karena memang dia tidak memakai baju.
"Ay," Gibran menyapa dengan nafas ngos-ngosan.
"Kamu darimana aja Mas? Aku tuh nungguin kamu dari tadi di sini lama banget. Kan aku udah bilang, kosongkan jadwal soalnya aku mau kasih surprise. Malah bikin acara, malah keluyuran juga!" kesal, Viandra meluapkan yang ada di dalam pikirannya.
"Aku abis dari gang depan Ay. Maaf ya, kamu udah berapa lama nungguin aku?" Gibran mau pegang tangan Viandra tapi si empunya tangan langsung menjepitkan tangannya ke dalam ketiak. Dengan begitu Gibran tidak bisa meraihnya.
Mendapati sikap Viandra demikian, Gibran pun terhenyak. Cowok itu menatap wajah Viandra dimana bola mata cewek itu terdapat kilatan kemarahan.
"Udah satu jam. Nih, surprise buat kamu." Bohong Viandra karena dia menunggu baru beberapa menit. Bungkusan berisi jaket senilai satu juta hasil nitip ke teman yang training ke jepang, di berikan Viandra kepada Gibran. Tetapi sesungguhnya surprise darinya ada dua. Kadung kesal, Viandra enggan memberitahu yang satunya.
"Terimakasih Ay. Kamu udah makan belum?"
"Udah tadi, ama nasi liwet. Enak bangeeet uhuuuy. Mas, aku ke dalam dulu ya. Tiba-tiba mataku mulai mengantuk. Nasinya udah naik ke mata."
"Ay, sebelum kamu masuk, sepertinya kita lurusin dulu kesalahpahaman ini!"
Brugh!
Pintu kontrakan Viandra tertutup. Orangnya masuk ke dalam.
Dok.. dok.. dok..
Gibran menggedor-gedor pintu Viandra yang baru saja tertutup setelah Viandra mengatakan ingin tidur. Viandra di belakang pintu melorot ke lantai, nangis sebentar tanpa suara. Masalahnya memang sepele, namun karena ekpektasi Viandra yang tinggi sepulang ia bekerja membayangkan di tunggu-tunggu Gibran, lalu makan malam romantis bercanda-canda kaya biasanya, membuat gadis itu bertingkah seperti anak kecil yang merajuk.
"Ay, buka pintunya sebentar. Aku mau ngomong."
"Ay!"
"Sayangku, buka dulu pintunya."
Viandra buru-buru mengusap air matanya yang tidak banyak keluar itu, kemudian kepikiran kata-kata temannya di PT.
Kalau hubungan mau langgeng, usahakan gak memperbesar masalah kecil. Kecuali selingkuh, masalah mending di bicarakan baik-baik. Kalau udah ketahuan cinta di bagi mah, baru dah tinggalin aja tinggalin.
Viandra mengatur nafas agar tenang. Cewek itu membuka pintunya,
Ceklek.
"Mas, tadi apa yang mau di lurusin?"
.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
nowitsrain
Wkwk ayo jawab, Kak. Ini mitos atau fakta?
2024-03-29
1
nowitsrain
Sebuah pemikiran yang menjadi awal mula huru-hara dunia persilatan wkwk alias kata gue teh jangan pernah buat beberapa janji di satu hari yang sama walaupun timeline nya berbeda
2024-03-29
1
Teteh Lia
2🌹 buat Viandra.
2024-03-27
1