Suka sama kamu

Kalau Viandra adalah orang asli sini dan ngontrak karena ingin mempersingkat waktu, lain hal dengan Gibran. Cowok itu anak rantauan yang berasal dari Klaten. Di kampungnya, ia hanya memiliki satu bapak. Maksudnya itu orang tua Gibran tinggal sebelah. Bukan gitu, bukan badannya yang hanya tinggal setengah melainkan orang tuanya hanya tinggal Bapak karena ibunya meninggal sejak ia masih bayi.

Setelah dua kali pertemuan di tempat fotokopi, Viandra dan Gibran bertemu kembali di jalan tanpa perencanaan. Waktu itu, Viandra sedang menuju tempat kerja mengalami insiden kecil. Ia mengendarai motor dengan kecepatan rendah karena lalu lintas padat merayap. Jalanan yang di lewati merupakan jalanan kecil di dalam kampung alih-alih jalan raya besar. Jalan ini jalur tercepat menuju kawasan industri. Jadi, tak ayal jika pengendara menemukan beberapa polisi tidur buatan warga seperti terbuat dari ban ataupun kayu.

Entah kenapa, biasanya juga tidak seperti itu karena dia sering melewatinya, tiba-tiba ban motor belakang yang dikendarai Viandra ngelecer alias tidak mau di ajak jalan saat melewati salah satu polisi tidur. Viandra menarik tuas gas agak kencang tetap saja ban belakang tidak mau naik malah terus berputar di tempat.

Viandra lumayan panik, ia menoleh ke belakang sembari terus mencoba berusaha, eh tau-tau ada pengendara cowok naik motor Honda PCX putih bergerak mengulurkan tangan kirinya mengangkat ujung jok Motor Viandra, sedangkan si cowok masih dalam keadaan naik motor. Akhirnya, motor yang dikendarai Viandra pun berhasil melaju.

Alhamdulillah.

Viandra ingin mengucapkan terimakasih padanya, namun situasi kondisi tidak memungkinkan karena orang yang menolongnya sudah jalan duluan. Juga keadaan sekitar banyak pengendara motor yang berlalu lalang. Tapi.. dari perawakan dan wangi cowok itu, Viandra menduga dia adalah Gibran.

Tuh kan benar.

Cowok yang menolong Viandra belok ke toko fotokopi dan berhenti di sana. Ketika helm sudah di lepas, semakin fakta kalau dia adalah Gibran.

Itu cerita siangnya.

Malamnya, Gibran belum kunjung mengirimkan WA sesuai janjinya tempo hari pada Viandra. Padahal setiap hari, Viandra selalu memeriksa beranda ponselnya secara antusias. Tidak apa-apa. Viandra mulai mengendurkan harapan untuk bisa lebih dekat dengan Gibran. Tidak terlalu berharap pada manusia membuat Viandra terhindar dari penyakit hati.

Tetapi,

Viandra terkejut bukan main malam ini, setelah melihat pesan yang baru saja masuk.

Gibran: Assalamualaikum.

Viandra: Wa'alaikumsalam, ini siapa ya?

Gibran: Saya Gibran Mbak.

Balas apa nih, ya ampun. Viandra ingin jingkrak-jingkrak sambil kayang. Viandra menelungkupkan ponselnya, jeda sebentar untuk merasakan pipinya yang menghangat. Cewek itu mengumpulkan kesadaran dan menetralkan degup jantungnya.

Balas so cool kali ya?

Viandra: Oh Mas Gibran yang baik hati dan ganteng itu bukan si? yang udah bantu editin?

Rencana balas pesan so cool hanya tinggal kenangan.

Gibran: hehe bisa aja Mbak. Saya penjaga fotokopi yang Mbak datangi.

Balas apalagi ya? lama Viandra berfikir.

Viandra: Salam kenal Mas, nama saya Viandra biasa di panggil Vivi. Biarin ya saya memperkenalkan diri duluan. Nungguin Mas Gibran nanya nama saya, kaya nunggu upin-ipin tumbuh rambut.

"Dih, nih bocah senyam-senyum bae sama HP dari tadi!" Cupli mengomentari Gibran karena cowok itu mesem-mesem sendiri kepada HPnya. Sedangkan Gibran hanya melirik sebentar ketika Cupli mengomentarinya. Cupli merupakan salah satu teman tongkrongan Gibran ketika merantau di kota ini.

Tinggal di perantauan, Gibran memiliki banyak teman karena sifat cowok itu yang mudah berbaur. Tetapi dari sekian banyaknya teman, ada tiga orang paling akrab layaknya sahabat dari bayi. Mereka dua teman laki-laki yang bernama Proto dan Cupli, kemudian satu perempuan bernama Jihan.

Mereka berempat akan selalu ada bagi satu sama lain dalam masa apapun termasuk sekarang ini. Gibran yang tiba-tiba ingin pindah lokasi kontrakan senantiasa menyibukkan para ketiga sahabatnya tersebut. Tidak ada yang merasa keberatan sama sekali walaupun hari sudah malam, justru di libatkan dalam segala urusan membuat mereka merasa dianggap bagian.

Selesai pindahan, mereka menyempatkan waktu untuk berkumpul di depan teras kontrakan tiga petak tersebut yang baru saja Gibran singgahi. Kontrakan Gibran yang baru ini adalah kontrakan yang sama dengan Viandra tempati. Cewek itu tidak tahu, bahwa dia berkirim pesan dengan Gibran hanya dalam radius enam meter saja. Diam-diam tanpa desas-desus, Gibran stalking informasi tentang tempat tinggal Viandra. Maka cowok itu langsung booking kontrakan kosong di sebelahnya tanpa aba-aba. L

"Kesambet lu ya? kudu di bersihin dulu nih tempat kayanya. Kosong berapa tahun emang si?" samber Jihan. Gibran masih diam tak menjawab. Hanya tawa kecil yang menjadi jawaban dari cowok tersebut.

Sedangkan temannya satu lagi, Proto, dia sibuk makan jamuan yang telah disediakan Gibran.

Kok di depan agak berisik? apa mungkin ada yang pindahan ke kontrakan sebelah? ah besok pagi aja lihatnya. Viandra bergumam.

Begitulah cerita malamnya. Usut punya usut, esok harinya pun Viandra masih belum bisa menemui tetangga baru sebelah.

...*****...

Suatu hari kemudian.

Ada satu moment dimana Gibran menemukan sosok Viandra menarik minat. Gibran yang awal hanya menginginkan suasana baru lambat laun mengerti dengan perasaannya sendiri terhadap Viandra. Dia ingin lebih dekat, bahkan ingin memiliki hati cewek itu.

Awal percikan cinta tumbuh dari sudut Gibran, terjadi ketika Gibran jalan kaki sendirian pulang dari masjid.

Dia melihat Viandra menaiki sepeda motornya dengan keranjang besar di jok belakang. Di dalamnya banyak bungkusan makanan yang siap di jajakkan.

Tidak menunggu lama, Gibran langsung melancarkan aksi heroik. Dia tidak bisa melihat cewek kelelahan karena membawa banyak dagangan.

Pekerja keras banget. Sebelum berangkat kerja sempet-sempetnya jualan dulu. Bantuin ah.

"Mbak Vivi, bawa ini semua ke tempat tongkrongan saya ya. Mari saya bantu."

Viandra melongo sebentar. Mencerna sesuatu, sebelum akhirnya ia manggut-manggut.

"Emang tongkrongannya dimana Mas? jauh nggak kira-kira?"

"Kalau jalan kaki jauh, kalau naik motor dekat. Naik motor aja, bisa ini saya akalin." Tempat nongkrong mereka yang paling sering adalah rumah Proto.

Hanya berfikir sedikit, Gibran bisa mencarikan solusi bagaimana ia harus menggiring Viandra ke tempat tongkrongan tanpa ada yang jalan kaki dari salah satunya. Mereka berdesakan, berbagi ruang dengan keranjang di atas motor Honda beat warna merah milik Viandra.

"Mas, emang bagen kita nempel-nempel kayak gini?"

"Bagen itu apa Mbak?" Gibran bertanya tidak mengerti. Matanya tetap fokus mengemudi.

"Ehehe, 'bagen' itu sama kaya 'biarin' atau juga bisa 'tidak apa-apa', maaf Mas, kadang-kadang mulut ini suka nyaman banget ngomong bahasa di kampung saya."

"Ya bagen Mbak, se-nyamannya aja." Gibran menanggapi, ikut-ikutan berbicara seperti Viandra. Padahal Gibran sering mendengar temannya berbicara ceplas-ceplos seperti Viandra.

"Laaaah..jadi ikut-ikutan." seru Viandra, dan mereka pun tergelak bersama.

Tempat tujuan sudah sampai.

Di sana ada Cupli, Proto, Jihan, dan kawan-kawan lainnya satu tongkrongan menatap kedatangan dua manusia ini. Proto maju lebih dulu membantu menurunkan keranjang. Mulutnya bergumam lezatos saat melihat banyak makanan.

"Ambil aja kalau mau. Yang lain kalau mau tinggal ambil aja."

"Serius ini ran?"

"Serius, udah tenang. Pokoknya hari ini kalian semua kenyang."

"Aseeeek." Bersamaan sorak gembira dari kawan-kawan, Viandra tersenyum lebar ikut merasakan euforia senang. Makanan pun di bagi-bagikan.

"Mbak Vivi, jadi berapa total semua? biar saya yang bayar." Gibran sudah buka-buka dompet, sedangkan Viandra seperti terkejut sambil cengengesan.

"Hah? jadi berapa Mbak?" tanya sekali lagi memastikan.

"Ini gratis Mas, saya gak jualan. Saya emang lagi bagi-bagi jum'at berkah."

Viandra pamit pergi, Gibran seketika membeku di tempat. Lelaki itu berteriak setelah lima menit terdiam.

"ANJIIIR...MALU BANGET GUA!!!" sambil gosok-gosok muka. (bertepatan dengan ini, Viandra juga gosok-gosok hati di kontrakan sembari nepuk-nepuk pipinya yang hangat).

"HAHAHA.. YUHUUU.. ada orang ngerampok jum'at berkah!" Teman-teman Gibran meledek cowok tersebut. Tawa pecah memeriahkan kekeliruan seorang Arshaka Gibran. Tumben Gibran salah perhitungan. Beberapa detik kemudian tawa meriah berangsur-angsur reda, tergantikan dengan gumaman dalam hati beberapa orang.

Alhamdulillah, Gibran udah bisa suka sama perempuan.

Inilah kisah Gibran tidak bisa tidur gara-gara Viandra.

.

.

.

Bersambung.

Zenun: Pas Gibran gosok-gosok muka, Viandra gosok-gosok hati, Zenun mau nyanyiin lagu D'Bagindas yang judulnya suka sama kamu.

Nyanyi ah.

Hatiku berkata ingin katakan cinta..

Namun aku malu untuk mengawalinya..

Jantungku berdebar saat kau menatapku..

Jadi salah tingkah bicara sama kamu..

Bibirku terbungkam melihat senyummu..

Aku tak kuasa saat di depanmu..

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

Semangat thor

2024-04-07

0

nowitsrain

nowitsrain

Yeuhh, sa ae modusnya

2024-03-28

1

Teteh Lia

Teteh Lia

aq pikir bakal nyanyi lagu dangdut 🤭🌹

2024-03-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!