Episode 5

\*\*\*

"Apa!"

Teriakan David menggema di seluruh ruangan, membuat semua orang di sekitarnya terkejut. Dalam sekejap, David berlari tergesa-gesa menuju mobilnya, dengan perasaan yang tidak karuan.

Elena yang baru saja keluar dari dapur sambil membawa nampan berisi minuman, terheran-heran melihat kepanikan di wajah kakaknya. "Kak David, mau ke mana!?" serunya, bertanya pada David yang sudah hampir mencapai pintu.

David sejenak berhenti dan menoleh ke arah Elena. Tatapannya penuh kepanikan dan kekhawatiran, tetapi dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Seolah-olah pertanyaan Elena berlalu begitu saja tanpa dijawab, lalu dia kembali berlari menuju mobilnya.

"Nona, Ibu... Ibu Shopia...," seorang art rumah tergagap, mencoba menjelaskan situasi.

"Ada apa, Bi?" tanya Elena dengan cemas, hatinya pun mulai merasakan ada sesuatu yang sangat salah.

"Barusan Bapak dapat kabar, jika... jika Ibu Shopia mengalami kecelakaan."

"Apa!?"

Prangngngng!

Nampan di tangan Elena terlepas dan jatuh berputar di lantai, menimbulkan bunyi nyaring yang menggema di seluruh rumah. Tubuhnya tiba-tiba kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh. Beruntung, beberapa art segera menopang tubuhnya sehingga mencegahnya terjatuh keras ke lantai.

Pandangan Elena menjadi kosong, ia merasa tidak tahu harus berbuat apa. Namun, beberapa saat kemudian kesadarannya segera kembali.

Dengan tangan gemetar, dia meraih ponselnya dan segera menghubungi David yang sudah terlebih dahulu berangkat ke rumah sakit.

"Kakak! Di mana kak Shopia? Apa yang terjadi?," tanya Elena panik.

"Elena, Shopia ada di Rumah Sakit Sentosa. Dia mengalami kecelakaan parah, cepat ke sini," jawab David dengan suara yang terdengar putus asa.

Tanpa berpikir panjang, Elena segera bergegas keluar rumah. Sementara teman-temannya yang sudah mendengar berita buruk itu, segera menawarkan diri untuk menemani Elena. Mereka bertiga segera naik ke mobil, dengan Mila sebagai pengemudi.

Sepanjang perjalanan, teman-temannya berusaha menenangkan Elena dengan berbagai cara, tetapi kesedihan dan kecemasan Elena tidak bisa disembunyikan. Air mata terus mengalir di pipinya sehingga membuat matanya sembab.

Pikiran-pikiran negatif mulai membanjiri kepala Elena hingga membuatnya semakin tidak karuan. "Mila, lebih cepat lagi! Aku sangat khawatir pada kakakku... hiks... hiks... hiks...."

Mila mengangguk dan mempercepat laju mobil. "Tenang, El, kita hampir sampai, kak Shopia pasti kuat, dia akan baik-baik saja."

Sementara di rumah sakit...

Di dalam ruang operasi, suasana sangat tegang. Beberapa dokter dan suster bergerak cepat, bersiap untuk melakukan tindakan darurat.

Kecelakaan yang dialami Shopia sangat parah, ditambah dengan kondisinya yang sedang hamil tua, membuat situasi semakin kritis.

David yang baru tiba di rumah sakit segera dipanggil untuk memberikan persetujuan operasi caesar demi menyelamatkan bayi mereka.

Awalnya, David ragu. Ia takut tindakan ini akan memperburuk keadaan Shopia yang sudah sangat lemah. Namun, dokter menegaskan bahwa jika tindakan tidak segera diambil, bayi di dalam kandungan bisa saja meninggal.

Dengan berat hati, David harus membuat keputusan yang sulit. Dengan harapan yang hanya 10%, ia pun setuju untuk operasi, memegang erat secercah harapan yang tersisa.

Kemudian, David mengganti pakaian dan memasuki ruang operasi. Meskipun dokter menyarankan agar ia tidak berada di sana, David bersikeras. Ia ingin berada di samping Shopia, apapun yang terjadi.

Air mata David tak terbendung saat melihat Shopia terbaring tak berdaya dengan tubuhnya yang berlumuran darah. "Aku sudah katakan, aku akan mengantarmu... Tunggu sebentar... Kenapa kamu malah pergi sendiri... hiks... hiks... hiks... Semua ini salahku! Jika terjadi sesuatu padamu, aku tidak akan memaafkan diriku!!," Tangisnya pecah di tengah ruang operasi sambil menatap istrinya dengan penuh penyesalan dan rasa bersalah.

Di ruang operasi, dokter dan tim medis bekerja dengan intensitas tinggi. Kondisi Shopia sangat kritis, namun mereka berjuang keras untuk menyelamatkan nyawa bayi dan ibunya.

Detik demi detik terasa seperti menit, dan menit terasa seperti jam bagi David. Setiap langkah operasi dilakukan dengan kehati-hatian dan ketelitian.

David yang berada di sisi Shopia, terus memegang tangan istrinya itu. Hatinya semakin cemas saat merasakan tangan Shopia yang terasa dingin. Ia hanya terus berdoa dalam hati dan berharap keajaiban akan datang.

Sementara itu, di lorong rumah sakit, Elena berlari tergesa-gesa mencari keberadaan David. Setelah beberapa saat, akhirnya ia tiba di depan ruang operasi dan menunggu dengan cemas.

"Elena!," panggil Daniel yang baru saja tiba setelah dikabari oleh Elena. "Daniel," sahut Elena yang langsung menyandarkan keningnya di bahu sang kekasih dengan air matanya yang terus mengalir.

"Tenanglah, kak Shopia pasti baik-baik saja," ujar Daniel, mencoba menenangkan Elena. Pelukan hangatnya sedikit mengobati kekhawatiran Elena, namun rasa cemas masih tak kunjung hilang.

Di luar ruang operasi itu, Elena duduk bersama Daniel dengan kedua tangannya yang menggenggam erat tangan Daniel. Matanya yang sembab dan merah menatap pintu operasi yang tertutup, seakan berharap kabar baik segera datang.

Setelah beberapa jam yang menegangkan, kini terdengar suara tangisan bayi dari dalam ruangan. Tangisan itu terdengar nyaring, namun kondisi bayi sangat lemah. Dokter segera membawa bayi itu ke unit perawatan intensif neonatal (NICU) untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

David menoleh ke dokter yang menanganinya dan mencari kepastian tentang kondisi Shopia. "Bagaimana dengan istri saya, dokter?," tanyanya dengan suara bergetar.

Dokter menatap David dengan wajah serius. "Kami telah melakukan yang terbaik, kami berhasil menyelamatkan bayinya, namun kondisi istri Anda masih sangat kritis, kami akan memindahkannya ke ICU dan terus memantau perkembangannya."

David mengangguk lemah dengan air mata yang mengalir di pipinya. "Terima kasih, Dokter," ucapnya dengan suara serak.

Lalu, Shopia dipindahkan ke ICU namun sementara tidak diperbolehkan untuk di jenguk. Sejenak, Elena melihat Shopia yang terbaring dengan berbagai alat medis terpasang di tubuhnya, wajahnya pucat dan tidak berdaya.

Elena berusaha menahan tangisnya, sementara Daniel menggenggam tangannya untuk menguatkan dan mendukungnya.

"Kak Shopia... bertahanlah, ya, kami semua ada di sini untukmu," bisik Elena dengan air matanya yang jatuh tanpa henti.

Klek!

Pintu ruangan terbuka, dan David keluar dengan wajah yang terlihat sangat lelah dan penuh kesedihan. "Kak, bagaimana keadaan kak Shopia? Apa dia baik-baik saja?," tanya Elena, menuntut jawaban dengan segera.

"Operasinya berjalan lancar, kita doakan saja yang terbaik," jawab David dengan suara serak, sambil melihat ke arah Daniel yang berada di belakang Elena.

Melihat keadaan David yang tidak baik-baik saja, Daniel melangkah lebih dekat lalu menjabat tangan calon kakak iparnya itu. Lalu, ia merangkul dan menepuk-nepuk punggung lebar David untuk menguatkan dan meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Aku ada disini untukmu," bisik Daniel. "Kak Shopia adalah wanita yang kuat, dia dan bayinya akan melalui ini."

Dengan penuh harapan, mereka semua menunggu di ruang tunggu, berharap keajaiban akan menyelamatkan Shopia dan bayinya.

~Sungguh tragis kecelakaan yang menimpamu Shopia, tepat di satu hari menjelang pertunangan Elena dan Daniel... Bagaimana cerita selanjutnya? ~

Lanjut episode 6 yuk 😍~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!