\*\*\*
Beberapa saat kemudian, Daniel yang sedang berdiri di dapur di hampiri David dan mengajaknya bicara berdua.
"Daniel, dengarkan aku, Kami tidak akan minta mahar yang besar atau apapun darimu, hanya... Kami ingin kamu selalu membahagiakan Elena dan jangan pernah membuatnya menangis, jika sesuatu yang buruk terjadi pada Elena, maka akulah orang pertama yang akan kamu hadapi."
Beberapa kata yang bisa di katakan sebagai amanat, David utarakan saat dirinya dan Daniel berada di depan cermin westafel. Pantulan wajah mereka nampak jelas begitupun keseriusan dari wajah keduanya.
Daniel yang mengerti pun tersenyum seraya meyakinkan David jika ia benar-benar menyayangi Elena dan tidak berniat sekalipun untuk menyakitinya.
"Tenang saja, aku benar-benar tulus mencintai Elena, aku tidak akan pernah menyakitinya sedikitpun," jawab Daniel tersenyum meyakinkan.
"Duaaarrr! Lagi pada ngapain nih... Serius sekali?."
Kedatangan Elena rupanya membuat kedua pria yang sama-sama menyayangi Elena dalam arti yang berbeda pun merasa terkejut.
"Kamu ini, kebiasaan mengejutkan orang, bisa kualat tau," omel David sambil mencolek lembut hidung Elena dan lalu pergi dari hadapan dua sejoli itu di ikuti tatapan Daniel pada punggung David yang tidak bisa di artikan.
Sementara Elena mencuci tangannya, Daniel bersandar di dinding dengan tangannya yang di lipat di dada. Ia memperhatikan gadis pujaannya tanpa berhenti memuji dan bersyukur karena tidak lama lagi mereka akan menikah juga, pikirnya.
"El, sepertinya kakak iparmu itu sangat menyayangimu, dia lebih seperti kakak kandungmu."
Elena mangut-mangut sambil menyeka kedua tangannya dengan tisu. "Kak David itu bukan sekedar kakak bagiku, dia sudah seperti pengganti ayah semenjak aku kehilangannya," tutur Elena.
Kini, Elena dan Daniel melanjutkan perbincangan di sela waktu yang Shopia berikan untuk mereka. Suasana malam yang mereka rasakan dari atas balkon membuat keduanya semakin tenggelam dalam hangatnya asmara.
"Elena, jika kamu tidak keberatan, dalam waktu dekat ini aku akan membawa orang tuaku untuk menemui kakakmu, lebih tepatnya untuk melamarmu."
Entah perasaan apa yang menyelimuti hati Elena saat ini, ia merasa saat ini banyak sekali kembang api yang meledak dan memeriahkan pikirannya. Namun, tidak bisa di pungkiri, jika perkataan Daniel barusan itu membuatnya sangat bahagia.
Daniel meminta persetujuan Elena untuk hal itu dan langsung di setujui tanpa penolakan sedikitpun. Mereka pun membahas perencanaan tersebut dan berharap jika waktu itu akan segera tiba.
Ketika waktu menjelang larut malam, Daniel pun berpamitan pada Shopia dan David. Ia sangat berterima kasih atas penyambutan hangat mereka. Terlebih, ia sangat berterima kasih karena sudah mengizinkan adik kesayangan mereka akan segera ia lamar dan miliki.
~Hmm... Dambaan setiap wanita dan pria yang saling mencintai, ya tentu restu, bener gak?? 😅😍~
Lanjut...
Setelah pertemuan malam itu, sesuai rencana, Daniel pun sudah mengabari kedua orang tuanya dan langsung mendapat restu. Secara, Daniel adalah anak laki-laki satu-satunya di keluarga, maka kabar tentangnya yang akan menikah di sambut antusias oleh keluarga besarnya.
Dan akhirnya, dua pekan setelahnya, keluarga Daniel berencana mengunjungi keluarga Elena, lebih tepatnya untuk melangsungkan lamaran.
~Gercep banget ya orang tua Daniel 😁~
Mendapat kabar dari jauh hari sebelumnya, Shopia dan David pun sudah mempersiapkan segala sesuatu dengan sempurna untuk acara lamaran Elena tersebut.
Keduanya nampak sibuk dan berpikir tidak boleh ada yang terlewat dalam persiapan untuk acara yang sakral tersebut. David pun menata kembali persiapan untuk mengecek takut-takut ada kekurangan.
"Sayang... Kontrol kandungan hari ini biar aku sendiri saja ya? di antar supir, kamu disini saja, kita harus menyelesaikan persiapan hari ini juga," pinta Shopia mengingat hari ini jadwalnya untuk periksa kandungan.
"Tidak, aku akan mengantarmu, sedikit lagi juga selesai, tunggu sebentar lagi, ok?," jawab David meyakinkan dan Shopia pun manggut.
Waktu terus berlalu, dan jam janji dengan dokter pun hampir terlewat. Melihat David yang masih dalam kesibukannya, Shopia pun mencoba meyakinkan jika ia merasa baik-baik saja jika pergi sendiri.
Lalu, dengan berat hati, David pun mengizinkan Shopia untuk pergi, di samping karena Elena juga akan ikut dengannya.
"Hati-hati, jaga kakak dan calon anakku baik-baik ya...," pesan David pada Elena yang hendak masuk mobil menyusul Shopia yang sudah masuk terlebih dahulu.
"Siap Bos!."
Namun, sebelum Elena benar-benar masuk ke dalam mobil, pandangannya teralihkan oleh beberapa mobil yang baru saja datang. Rupanya, beberapa sahabatnya datang lebih awal untuk menemani Elena di hari tunangannya.
"Elena...!."
Tiga gadis cantik yang baru saja keluar dari mobil, langsung berhamburan memeluk Elena secara bergantian sambil tak henti-hentinya mengucapkan selamat.
Mereka nampak asyik menyelamati bahkan menggoda Elena karena ia yang paling cepat bertemu jodoh. Hingga akhirnya Elena tersadar saat Shopia memanggilnya.
"Elena, kamu di rumah saja bersama teman-temanmu, biar kakak pergi sendiri saja," ucap Shopia meyakinkan.
Elena merasa tidak enak hati pada kakaknya, tapi membiarkan sahabatnya yang sudah datang jauh-jauh pun membuatnya lebih tidak nyaman. Dan akhirnya, Elena pun membiarkan Shopia pergi meskipun dengan berat hati.
Melihat Elena yang masuk lagi ke rumah bersama teman-temannya, David pun segera menghampiri. "El, bukannya kamu ikut kakak?."
Elena belum sempat menjawab namun David mengerti karena ada teman-temannya. Lalu ia menyusul Shopia namun mobil yang di kendarai Shopia pun sudah berlalu beberapa menit yang lalu.
Melihat Shopia yang sudah pergi, David menatap kepergian mobilnya yang sudah tidak terlihat dan merasa berat hati. "Semoga kamu dan anak kita baik-baik saja, Shopia," batin David.
Saat Shopia berangkat, David masih berdiri di depan pintu, merenung sejenak dan berpikir untuk menyusulnya ke klinik. Namun, dia tahu bahwa banyak persiapan yang harus dilakukan di rumah dan pekerjaannya belum selesai.
Dengan berat hati, dia memutuskan untuk tetap di rumah, sambil terus mengirim pesan ke Shopia lewat ponsel untuk memastikan semuanya berjalan lancar dan Shopia baik-baik saja.
Shopia mengabari David bahwa dia dalam perjalanan dan hampir tiba di klinik. David pun merasa sedikit lega, tetapi tetap ada rasa cemas yang sulit dihilangkan.
Dia mencoba menenangkan diri dengan melanjutkan pekerjaannya di rumah dan berharap waktu segera berlalu lalu Shopia kembali dengan kabar baik.
Namun, takdir berkata lain. Ketika mobil yang dikendarai Shopia hendak berbelok dan parkir di depan klinik, sebuah mobil di belakangnya melaju dengan kecepatan tinggi dan menabrak mobil Shopia dengan keras.
Jederrr!
Benturan tersebut membuat mobil Shopia terpental beberapa meter, menabrak tiang lampu dan berhenti dengan kondisi ringsek.
Di dalam mobil, Shopia terluka sangat parah dan langsung tidak sadarkan diri. Orang-orang di sekitar yang menyaksikan kejadian itu segera berlari mendekat dan mencoba memberikan bantuan semampunya sambil menunggu ambulans datang.
Sementara di rumah, David masih berkonsentrasi pada pekerjaannya ketika ponselnya berbunyi dengan nomor tak dikenal muncul di layarnya. Dengan perasaan cemas, dia pun mengangkat panggilan itu.
"Pak David?," suara di ujung telepon terdengar panik.
"Ya, ini David, siapa ini?" tanyanya.
"Saya dari klinik tempat istri Anda hendak berkunjung. Maaf, Pak, tapi istri Anda mengalami kecelakaan serius di depan klinik. Kami sudah mengirim ambulans dan membawanya ke rumah sakit terdekat."
David membelalakan matanya, ia merasa dunianya runtuh seketika. Ia merasa berada di alam mimpi buruk yang tidak bisa keluar dari mimpi mengerikan itu.
" Apa!."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments