Episode 3

\*\*\*

Dengan perasaan bahagia setelah meminta Daniel untuk datang berkunjung ke rumahnya, Elena bersiap-siap untuk menyambut akhir pekan yang dijanjikan bersama Daniel.

Hari-hari berlalu dengan cepat, dan akhirnya malam yang dinanti pun tiba. Kini Elena merasa gugup dan bersemangat, ia sedang berlenggak-lenggok di depan cermin kamarnya, sementara kakak dan kakak iparnya, Shopia dan David, menunggu dengan antusias di ruang keluarga.

Ting tong! Ting tong!

Seketika Elena terperanjat mendengar bel rumah berbunyi. Ia segera berlari menuruni anak tangga seraya berteriak, "Bi, biar aku saja yang buka pintunya!," Pembantu rumah tangga itu pun menurut dan memberi jalan pada Elena.

"Aw!," pekik Elena saat kakinya terpeleset, namun ia tidak menghiraukannya. Ia terus melanjutkan langkahnya meskipun kakinya terasa ngilu, saking bahagianya menyambut kedatangan sang kekasih.

Namun, ketika pintu akhirnya terbuka, bukan Daniel yang muncul, melainkan seorang kurir yang membawa pesanan paket milik Elena. "Paket atas nama nona Elena."

"Makasih ya, Bang," ucap Elena sambil memangku paket yang cukup besar.

Sambil menutup pintu, Elena merasa sedikit kecewa. Shopia yang melihatnya pun segera mencoba menenangkannya. "Sabar, El, dia pasti datang kok."

Elena menghela napas panjang dan mencoba tersenyum. "Lagi-lagi, kenapa sih Daniel suka terlambat? Gimana coba kalau dia terlambat dan aku keburu diambil orang?!," batinnya menggerutu sambil menoleh ke belakang, berharap melihat sosok Daniel, namun yang terlihat hanya pintu yang terbuka tanpa tanda-tanda kedatangan seseorang.

David yang memperhatikannya dari sofa, menepuk bahu Elena saat dia kembali ke ruang keluarga. "Jangan khawatir, El. Mungkin ada sesuatu yang membuatnya terlambat. Kita tunggu sebentar lagi, ya."

Elena mengangguk pelan dan berjalan gontai sambil meletakkan paketnya di meja dekat tempatnya berdiri. Kali ini ia merasakan ngilu di kakinya akibat kecelakaan tadi lalu mendudukkan dirinya di kursi samping Shopia.

"Kenapa El, kakimu sakit?," tanya David saat melihat Elena sedang memijat kakinya. "Mungkin karena terpeleset tadi Kak...," jawabnya sambil terus memijat.

David berjongkok dan mencoba melihat keadaan kaki Elena, namun beberapa saat kemudian...

Akhirnya terdengar suara mobil berhenti di depan rumah. Elena langsung melompat dari kursinya dan berlari ke pintu depan. Dengan harapan tinggi, dia melebarkan pintu dan kali ini, Daniel benar-benar berdiri di sana dengan senyum lebar di wajahnya.

"Maaf terlambat, El, jalanan macet banget," kata Daniel sambil mengangkat kantong kertas berisi sesuatu. "Tapi aku bawa makanan favoritmu sebagai penebus keterlambatanku."

Elena merasa lega dan bahagia melihat Daniel. "Kamu selalu tahu cara untuk membuatku memaafkanmu," katanya dengan senyum lebar seraya memeluk Daniel erat.

Kemudian, mereka masuk ke dalam rumah bersama-sama, dan suasana ruang keluarga langsung berubah menjadi hangat dengan kehadiran Daniel.

Tanpa membuang waktu, David dan Sophia dengan cepat menyambut kedatangan Daniel, lalu mengundangnya masuk ke dalam rumah dengan hangat.

Dengan sikap yang rendah hati, Daniel memperkenalkan diri kepada keluarga Elena. Sambil sesekali melirik ke arah Elena yang tersenyum bahagia, Daniel menjelaskan tentang dirinya, pekerjaannya, dan kehidupannya dengan sopan dan ramah.

Ekspresi Elena yang penuh kebahagiaan menjadi saksi betapa pentingnya momen itu baginya. Setiap kata dan gerakan dari Daniel memberikan kepastian bahwa hubungan mereka berdua adalah sesuatu yang berharga dan bernilai.

Dalam suasana yang hangat dan akrab, Daniel dengan cepat merasa nyaman bersama Sophia dan David. Mereka berdua menerima Daniel dengan tangan terbuka, dan mereka pun dengan cepat akrab.

Beberapa saat kemudian, rencana selanjutnya untuk acara malam itu, mereka ingin masak-masak barbeque.

Sementara Daniel dan David sibuk mengatur panggangan untuk acara barbeque, Elena dan Sophia duduk di meja makan dengan penuh keceriaan.

"El, sepertinya dia laki-laki yang baik dan bertanggung jawab, kakak merestui kalian," ucap Shopia sambil membelai rambut hitam Elena dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih Kak...." jawab Elena terharu. Kemudian mereka pun berpelukan.

Melihat keakraban kekasih dan kakak iparnya, Elena pun menghampiri mereka yang sibuk berkutat di depan panggangan lalu membisikkan beberapa kata pada Daniel.

"Senengnya yang dapat restu...," ucap Elena dengan senyum manisnya. Seketika Daniel pun menoleh dan tersenyum bangga atas dirinya. "Mau coba?," tanya Daniel seraya memberikan satu suapan daging yang terlihat lezat pada Elena.

Mereka menikmati aroma sedap dari makanan yang dipanggang dan beberapa kali menyantapnya bahkan saling menyuapi satu sama lain. Elena dan Daniel tidak sungkan terlihat mesra meski David dan Shopia berada di samping mereka.

Dengan senyuman hangat, David tidak bisa menahan rasa kagumnya pada keahlian Daniel dalam memasak. Saat mereka semua menikmati hidangan lezat yang dipersiapkan oleh Daniel, David tidak ragu untuk menyampaikan pujian dan apresiasinya.

Dia mengakui kelihaian Daniel dalam mengolah makanan. Pujian David bukan hanya sekedar kata-kata, tetapi juga menjadi ungkapan dari hati yang tulus atas penghargaannya terhadap kemampuan Daniel.

"Sepertinya dia laki-laki yang tepat untuk Elena," batin David.

Malam itu, suasana di rumah Shopia dan David terasa sangat hangat dan penuh kebahagiaan. Mereka menikmati makanan yang telah disiapkan oleh Daniel dengan lahap.

Setelah makan malam, Daniel mengambil kamera otomatisnya dan mengajak mereka berempat untuk berfoto.

Berbagai pose mereka lakukan untuk memastikan setiap foto terlihat bagus dan sempurna. Shopia, yang penuh semangat, meminta agar mereka mengambil foto bertiga—Elena, Daniel, dan David—dengan posisi Elena duduk di tengah mereka.

Hal ini disambut dengan antusias oleh ketiganya. Lalu mereka mulai berpose layaknya model profesional.

Daniel dan David, kedua pria tampan, mengapit Elena yang terlihat bingung seolah-olah harus memilih di antara keduanya, menciptakan suasana yang lucu dan menghibur.

Mereka berganti-ganti pose, tertawa dan bercanda. Dalam satu foto, Daniel dan David berpose seperti dua pangeran tampan, sementara Elena berada di tengah dengan wajah yang seolah-olah kebingungan memilih siapa yang lebih tampan. Ini membuat mereka semua tertawa terbahak-bahak.

Setelah sesi foto yang panjang, mereka akhirnya mengakhiri dengan sebuah foto keluarga yang menunjukkan senyum bahagia di wajah masing-masing.

Saat ini, Elena merasakan kehangatan dan kebahagiaan yang luar biasa berada di antara orang-orang yang dia cintai.

"Jangan lupa dicetak ya," seru David pada Daniel yang masih asyik bercanda dengan Elena.

"Siap," balas Daniel dengan senyum lebar. "Akan ku cetak dan ku buat album khusus untuk malam ini."

Malam semakin larut, tetapi suasana kebahagiaan itu semakin terasa dan membuat mereka enggan mengakhirinya. Mereka semua duduk di ruang keluarga, mengobrol, dan berbagi cerita.

"Daniel, ada sesuatu yang ingin kami bicarakan denganmu."

Bersambung...

Lanjut ke episode 4

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!