***
"Eh Jun kamu juga kuliah disini ternyata, gak nyangka kita satu kampus!" langkah Juna terhenti saat seseorang menegur, dan nyatanya adalah Doni teman SMA nya dulu. Pria ini juga pernah diam-diam menyukai Nara, tapi sebagai pria sejati dia tidak mau merebut atau bermusuhan dengan Juna. Doni tetap memperlihatkan sisi baik, bahkan menjalin hubungan pertemanan kepada Juna. "Ah Doni, padahal kita gak pernah bahas mau kuliah disini sebelumnya bukan?" sahut Juna, dia merasa kaget sebenarnya. Dulu waktu lulus sekolah Doni tidak pernah membahas akan kuliah diluar kota, ini sangat kebetulan namanya. Mengingat di kampus tidak ada siapa-siapa yang mereka kenali jadi Juna dan Doni memutuskan pertemanan mereka lebih menjadi persahabatan. Mereka berdua juga ternyata mengambil jurusan yang sama berarti kedua pria tampan ini pun berada dalam satu kelas yang sama.
Hari itu adalah hari pertama mereka memulai studi setelah beberapa hari mengadakan MOS, Juna tampak bersemangat karena di kota yang sangat jauh Nara masih setia memberi kabar dan memberi perhatian padanya.
"Bay the way kamu kuliah sambil kerja?" tanya Doni yang mengetahui ternyata Juna mengambil les kuliah sambil kerja. Ini sangat berat memang, sebelum mengejar cita-cita dia terlebih dahulu mengejar untuk menyambung hidup. Juna sadar tempatnya sekarang adalah kota besar yang dimana sangat jauh dari orang tua dan saudara, jadi kesempatan tak ingin dia sia-siakan. Biarkan kuliahnya berjalan sesuai kehendaknya, seiring berjalannya waktu kesuksesan akan bertabrakan padanya.
"Benar Don, aku hanya ingin belajar hidup mandiri. Tidak mau membebani keluarga dikampung," jawab Juna apa adanya, keadaan sekarang tak membuatnya malu sedikit pun. Bahkan dia bangga bisa menujukan sisi pria sejati dalam dirinya. "Aku setuju Jun, tetap semangat!" Doni juga salah satu pria yang bisa mempertanggung jawabkan kehidupannya sendiri, dia kuliah ke kota dan tinggal disana tanpa membebani diri kepada keluarga di kampung. Dia juga kerja seperti Juna, bahkan mempunyai cita-cita tinggi yang harus dia gapai.
"Oh yah, hubungan mu dengan Nara bagaimana?"
"Masih baik-baik saja Don, untuk sementara waktu kita LDR,"
"Intinya kalian harus saling percaya satu sama lain, sekali lagi tetap semangat!"
Juna tersenyum ketus seraya mengedikan kedua bahu, mengingat Nara yang masih berada di kampung rasanya ingin sekali memeluk dan bercerita banyak kepada gadis itu. Juna tiba-tiba merindukan sang kekasih, wajah cantiknya seketika terbayang sehingga membuatnya sedikit tidak fokus untuk belajar.
Namun semua rasa itu Juna harus lalui, dia tidak boleh berlarut seperti ini. Jika kenyataan tak ingin jauh dari Nara, lantas mau sampai kapan dia akan mendapatkan kesuksesan seperti yang telah dia janjikan kepada sang kekasih?
Beberapa saat Juna kembali mengkonsentrasikan perhatian kepada Dosen yang mengajar di depan kelas, soal kerinduan kepada Nara nanti saja. Toh, mereka masih bisa bertemu lewat vc walaupun tidak secara langsung.
***
"Nara, kemari sebentar!"
"Baik bos aku akan kesana!"
Nara yang berada di kampung tidak ingin pengangguran, dia harus mencari pekerjaan dan beruntung sekali Tuti membawanya disebuah toko baju yang lumayan besar. Kebetulan menerima karyawan, kesempatan itu pun tidak disia-siakan Nara. Dia bekerja, hitung-hitung untuk membantu Juna saat kesulitan di kota sana.
"Ada apa bos memanggilku?" tanya gadis itu dengan sopan, tidak lupa dia menunduk sebagai rasa hormat kepada seorang bos. "Karyawan lain telah gajian, dan ini gajimu tapi tidak penuh mengingat kamu baru bekerja dalam 3 minggu!" balas seorang bosnya menyerahkan amplop yang berisi uang sebagai gaji Nara selama bekerja.
Bibir gadis itu tampak tersenyum merekah, tidak menyangka jika hari itu dia diberi gaji. Semangat nya bekerja semakin menggebu, dia menerima uang itu dengan rasa syukur sampai berkali-kali berterima kasih kepada sang bos.
"Sekali lagi terima kasih bos, kalau begitu aku mau lanjut kerja dulu,"
"Yah silahkan! Jangan lupa kabarin aku jika terjadi sesuatu,"
"Baik bos, permisi!"
Perasaan Nara semakin bahagia saat ini, uang itu segera dia masukan kedalam tas setelahnya dia menemui Tuti yang sedang sibuk melayani pembeli.
"Na, bos bilang apa sama kamu?"tanya Tuti yang mempunyai jiwa kepo, apa pun yang dia lihat patang sekali jika dia tidak ketahui dengan pasti. "Bos memberi ku gaji Tut, kalian udah gajian bukan?" jawab Nara dengan jujur, Tuti sebagai sahabatnya tidak tega jika harus berbohong atau menyembukan sesuatu. Hari ini juga Tuti gajian, jadi buat apa lagi harus di sembunyikan.
"Oh udah dong, tapi kamu belum sampai satu bulan Na. Apa bos kita memberimu gaji penuh?"
"Tentu tidak, dia hanya menggajiku sesuai berapa lama aku bekerja dibulan ini,"
Penjelasan Nara cukup membuat Tuti paham, sehingga gadis itu menjawabnya dengan kata O sambil mengangguk-angguk.
Setelah obrolan itu terhenti, kedua gadis itu kembali sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Setiap sore seperti ini para pelanggang begitu ramai datang kesana sehingga karyawan-karyawan yang melayani tidak punya waktu untuk bermain atau sekedar mengobrol.
Namun waktu sudah menunjukan bahwa mereka harus mengakhiri pekerjaan itu, setelah melayani banyak costumer beberapa karyawan segera bersiap-siap untuk segera pulang.
"Na kita mampir nongkong ditaman dulu yah, hari ini aku sangat capek. Ingin sekali bersantai sebentar!" ucap Tuti, sesuatu keinginan yang ingin dipenuhi tanpa harus ditolak. "Baik, aku juga ingin sekali bersantai sebentar," jawab Nara, antusias menyetujui keinginan sahabatnya. Kali ini mereka tidak langsung pulang kerumah, kini keduanya menuju taman sambil membeli beberapan makanan, cemilan dan minuman.
"Kamu gak takut gemuk makan yang berlemak sebanyak ini Tut?" melihat sahabatnya yang doyan makan, Nara sampai dibuat kaget saja. "Gak ah, asal kamu tau orang gemuk itu tandanya bahagia jadi buatlah orang-orang disekitarmu iri dengan kebahagianmu!" jawaban seperti ini pun membuat Nara geleng-geleng saja. Sungguh diluar nalar, padahal jika dipikir-pikir perempuan gemuk akan dijauhi oleh laki-laki. Pantas saja sih sampai sekarang Tuti masih jomblo, mungkin saja pria pada ilfiel padanya.
"Sudah lah gak usah bahas, lebih baik kita duduk disana!" tidak ingin berdebat dengan hal konyol seperti itu, Tuti tidak mau ambil pusing dia malah menarik Nara dan duduk santai ditempat yang nyaman seperti yang diinginkan nya.
Kedua gadis itu begitu menikmati cemilan dan juga suasana senja di sore hari, sambil mengobrol sesekali bercanda dan tertawa, Nara hampir lupa dengan suasana hatinya yang sering galau karena rindu. Hari ini dia sangat bersyukur karena kehadiran Tuti membuatnya sedikit ceria.
***
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Morna Simanungkalit
lanjut
2024-06-07
1