Semarang...
Seorang laki-laki terlihat sedang menjatuhkan bobot tubuhnya di sebuah kursi di ruang kerjanya. Rambutnya sedikit berantakan dan bajunya juga terlihat kusut menandakan ia sudah bekerja keras untuk hari ini. Ia membuang sedikit penat yang menyerangnya dengan memejamkan mata.
Arsyad Dzaki Mahendra, seorang laki-laki tampan berusia 28 tahun. Seorang pebisnis muda yang bergerak di bidang properti. Keuletan juga kegigihannya dalam bekerja, berhasil membuat ia masuk ke dalam jajaran pebisnis muda sukses di kota Semarang.
Tok.. tok... tok...
Suara ketukan pintu itupun sontak membuat mata laki-laki yang bernama Arsyad itu terbuka. Ia membenahi posisi duduknya dan sedikit merapikan rambutnya.
Arsyad menarik nafas dalam. "Iya silakan masuk!".
Tak lama, seorang lelaki paruh baya masuk ke ruangan Arsyad kemudian menghampirinya.
"Maaf mas, apa sudah siap untuk kepindahan ke Jogja?", tanya lelaki paruh baya itu.
"Apa tidak bisa di undur pak, lusa atau satu minggu lagi gitu?", tanya Arsyad sedikit risau.
Laki-laki paruh baya itu mengulas senyum. "Tidak bisa mas, karena proyek yang ada di Jogja harus segera di jalankan, dan itu membutuhkan mas Arsyad untuk berada di sana".
Arsyad menghembuskan nafas kasar. "Baiklah pak kalau begitu. Besok saya berangkat ke Jogja".
"Untuk tempat tinggal, kami sudah menyiapkan sebuah rumah kecil yang bisa mas tinggali di sana", ucap lelaki paruh baya itu.
Arsyad memijit kepalanya yang sedikit pusing. "Tidak perlu pak, rencananya saya dan keluarga saya malah mau sekalian pindah ke Jogja semua, di sana ada rumah kakak saya, jadi saya akan tinggal di sana juga".
Lelaki paruh baya itu tersenyum simpul. "Kunci ini silakan mas pegang, barangkali suatu saat mas Arsyad membutuhkan"
Ia menyerahkan sebuah kunci rumah kepada Arsyad. Arsyad terlihat berpikir sejenak, pada akhirnya, Arsyad menerima kunci itu.
"Baiklah pak, terima kasih banyak", ucap Arsyad.
Senyum simpul masih tersungging di bibir lelaki paruh baya itu. "Kalau begitu saya pamit pak. Semoga proyek di Jogja berjalan lancar di tangan mas Arsyad".
Arsyad mengangguk. "Aamiin, terima kasih untuk doanya ya pak".
Lelaki paruh baya itu mengangguk kemudian melenggang meninggalkan ruangan Arsyad. Setelahnya, Arsyad kembali menyandarkan punggungnya di kursi sambil menikmati jus jambu yang ada di hadapannya.
***
"Sayang kamu kok terlihat tidak begitu bersemangat sih mau pindah ke Jogja?", tanya ibu Risma kepada anak bungsunya itu sambil menyusun pakaian ke dalam koper.
Arsyad tidak menjawab pertanyaan sang ibu, dan malah sibuk dengan ponsel di tangannya.
Ibu Risma terlihat jengah. Ia kemudian melirik ke arah suaminya. "Pa, anak kamu itu kenapa gak biasanya dia diem kayak gitu?"
Yang di ajak bicara yang ternyata bernama pak Hendra itu hanya tersenyum. "Biasa lah ma, paling lagi dibikin galau sama pacarnya".
Ibu Risma kemudian mendekati anak bungsunya itu. "Sayang, kamu itu sebenernya kenapa?, cerita dong sama mama!"
Arsyad hanya tersenyum kecut. "Tidak apa-apa ma, mungkin capek aja, karena beberapa hari ini kerjaan menumpuk".
Ibu Risma memindai ekspresi wajah Arsyad dan benar saja, ia terlihat sedikit pucat. "Apa kita batalkan saja berangkatnya, sayang?"
Arsyad menggeleng. "Tidak perlu ma, kita berangkat besok tidak apa-apa".
Pak Hendra pun turut mendekati anaknya. "Besok biar papa yang nyetir Syad!".
Arsyad mengangguk. Ia kembali menyusun beberapa berkas masuk ke dalam sebuah tas. Setelah itu ia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan memejamkan matanya. Sedangkan ibu Risma dan pak Hendra terlihat keluar dari kamar Arsyad.
"Pa, papa yakin tidak terjadi sesuatu sama Arsyad? Dia terlihat beda sekali loh pa, seperti memikul beban pikiran gitu", tanya ibu Risma.
Pak Hendra hanya mengendikkan pundaknya. "Papa juga tidak begitu paham ma, tahu sendiri kan Arsyad itu orangnya tertutup".
Ibu Risma terlihat bersungut-sungut. "Iya juga sih pa, tapi apa Arsyad masih berhubungan sama pacarnya itu, emmmm siapa namanya? Linda ya?"
"Papa juga tidak paham ma. Sudahlah ayo kita tidur. Besok kita akan melakukan perjalanan jauh loh", ucap pak Hendra mengingatkan.
"Iya ya pa. Waaahhh jadi makin tidak sabar sebentar lagi kita akan berkumpul dengan Afif juga Aisya pa", ucap ibu Risma berbinar. Pak Hendra pun juga terlihat sedikit mengulas senyum.
***
Arsyad mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia mencoba untuk terlelap namun matanya seolah tidak mau dipejamkan. Ia kemudian beranjak, dan memilih berdiri di depan jendela kamarnya. Ia memandangi suasana sekitar rumahnya di balik jendela kamarnya yang berada di lantai dua. Ia menarik nafas dalam, mengingat kejadian yang tiga hari yang lalu terjadi padanya.
Flashback on..
Tiga hari yang lalu, saat Arsyad sedang mengawasi proyek yang ia kerjakan, seorang wanita dengan mengenakan dress selutut, high heels, dan rambutnya yang tergerai terlihat menghampirinya.
Arsyad terkejut, tidak biasanya sang kekasih menemuinya di saat jam kerja seperti ini. Arsyad meninggalkan pekerjaannya sejenak, kemudian menemui wanita itu.
"Sayang, kok tumben kamu nyusul aku ke sini?", tanya Arsyad.
"Aku perlu bicara Syad", jawab wanita itu.
Arsyad tersenyum. "Ada apa sih sayang, kamu kangen ya. Kalau kangen kita kan bisa ke________"
"Aku mau kita putus Syad!!", timpal wanita itu memotong ucapan Arsyad.
Arsyad tersentak. "Ma-maksud kamu apa sayang?",
Wanita itu hanya menyunggingkan senyum masamnya. "Aku masih ingin mengejar mimpi-mimpiku untuk menjadi seorang model terkenal, Syad.
"Lalu?", tanya Arsyad.
Wanita itu menghela nafas dalam. "Aku rasa jika saat ini aku menikah denganmu, aku tidak bisa mewujudkan mimpiku itu".
Arsyad menunduk lemas. Ia tidak percaya jika mimpinya untuk menikahi sang kekasih, kini kandas di tengah jalan. Sebuah acara lamaran dan pernikahan yang sudah ia rencanakan dari beberapa bulan yang lalu, akhirnya gagal total.
Padahal ia sudah merencanakan semuanya dengan matang dan sempurna. Berharap sang kekasih akan berbahagia dengan semua usahanya yang dipersiapkannya secara diam-diam, namun ternyata pupus semuanya.
"Tapi kamu bisa tetap jadi model meski kita sudah menikah Lin, aku sama sekali tidak akan pernah mengganggu profesi mu", ucap Arsyad mencoba bernegosiasi.
Wanita yang bernama Linda itu seketika menggeleng. "Tidak bisa Syad, aku tidak mau jika pernikahan kita justru membebani langkahku untuk mengejar karier ku".
Arsyad tidak bisa berkata apa-apa lagi. Lidahnya terasa kelu. Sekuat apapun ia mencoba menahan wanita yang ada di hadapannya ini, akan percuma karena ia merupakan seorang wanita yang teguh dalam pilihannya apalagi itu menyangkut mimpi dan karier nya.
"Besok aku akan pergi ke Jakarta, dan di sanalah aku akan mengawali mimpi-mimpiku Syad", sambung Linda pula.
Arsyad hanya tersenyum getir. "Baiklah jika memang itu yang menjadi keputusan juga pilihanmu Lin. Aku doakan semoga mimpi-mimpimu dapat segera terwujud".
"Terima kasih Syad", jawab Linda sembari melenggang pergi meninggalkan Arsyad.
Arsyad hanya bisa memandang punggung kekasihnya itu dengan tatapan nanar. Dadanya terasa sesak, mimpi-mimpi yang sempat ia bangun saat berpacaran dengan Linda kini seolah terbang melayang terhempas angin. Sejenak ia terdiam, terpaku melihat kepergian sang kekasih yang semakin lama hilang dari pandangannya.
"Mas Arsyad!", panggil pak Budi yang merupakan atasannya sambil menepuk bahu Arsyad.
Arsyad terkejut dan seketika lamunannya buyar. "Iya pak, ada yang bisa saya bantu?".
Pak Budi menyunggingkan senyumnya. "Mas Arsyad siap-siap ke Jogja ya, mas akan saya tugaskan untuk mengawasi proyek kita yang ada di Jogja"
Arsyad membelalakkan matanya. "Saya pak?", tanyanya tidak percaya.
"Iya mas, keputusan kami sudah final. Mas Arsyad lah yang akan mengambil alih proyek yang ada di Jogja" jelas pak Budi.
"A-apa tidak ada yang lain, pak?", tanyanya pula.
Pak Budi menggeleng. "Tidak mas, kami sudah sangat yakin, jika proyek di Jogja akan sukses besar di tangan mas Arsyad".
"T-tapi pak____"
Pak Budi tersenyum tipis. "Tidak ada tapi-tapian mas. Mas Arsyad harus segera pindah ke Jogja, untuk menjalankan proyek ini".
Arsyad hanya mengangguk pasrah dan tersenyum simpul. "Baik pak, saya akan menjalankan amanah ini dengan baik".
Flashback off
Arsyad terbangun dari lamunan panjangnya. Ia kembali menghembuskan nafas kasar berupaya mengatasi gejolak yang ada di dalam dadanya.
Mungkin memang benar aku harus meninggalkan kota ini. Tentunya untuk mengubur dalam- dalam kenangan yang pernah tercipta antara aku bersama Linda.
.
.
. bersambung....
Hai- hai para pembaca tersayang. Terima kasih banyak ya sudah berkenan mampir ke novel keduaku ini. Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak like juga komentar kalian semua di setiap episodenya ya... terima kasih..
Salam love, love, love💗💗💗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Rahmadina
Salam kenal Arsyad 😁😁🙂
2021-06-06
0
candra rahma
like dan vote ya kak😊
2021-03-23
0
zien
aku hadir disini dan memberimu like 👍😘
mampir juga di novelku JODOHKU YANG LUAR BIASA 🙏😘
mari kita saling mendukung karya kita 🙏❤️🥰
2021-03-08
0