Tiba-Tiba Cinta
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh anak-anak ibu yang sholeh dan solehah"
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wa barakatuh bu guru"
"Sebelum kita memulai belajar di pagi hari ini, kita awali dengan berdoa terlebih dahulu ya anak-anak", ucap seorang guru di salah satu PAUD yang berada di kota Jogja.
"Iya bu guru", jawab anak-anak serentak.
"Bismillahirrahmanirrahim.. Alhamdulillahi rabbil 'alaamiin__________________"
Arumi Nasha Razeta. Seorang perempuan muda berusia 25 tahun. Sejak dulu Arum (panggilan Arumi) memang menyukai dunia anak-anak, oleh karenanya setelah lulus dari sekolah menengah atas, ia memilih untuk melanjutkan studi di Fakultas Ilmu Pendidikan, prodi Pendidikan Guru Anak Usia Dini (PG. Paud). Dan kini setelah meraih gelar S1 nya ia kemudian menjadi salah satu staf pengajar di salah satu PAUD yang ada di kota Jogja.
Meski hanya sebagai guru honorer, namun tidak menyurutkan semangat Arum untuk membagikan ilmu yang telah ia peroleh selama mengenyam pendidikan di bangku kuliah. Karena bagaimanapun juga menurut Arum, ilmu yang berkah itu adalah ilmu yang bisa bermanfaat untuk orang lain.
Dan di sini, di tempat ia bekerja, merupakan ladang bagi Arum untuk bisa lebih bermanfaat bagi orang lain. Tentunya untuk anak-anak yang masih sangat polos dan menggemaskan yang belum banyak mengerti tentang kehidupan seperti anak-anak yang ada di depannya saat ini.
Setelah berdoa, Arum mengabsen murid-murid kecilnya. Kemudian dilanjutkan dengan belajar mewarnai.
Seorang anak laki-laki kecil, dengan postur tubuh yang sedikit tambun dan berambut sedikit ikal, nampak gelisah. "Bu guru?",
Sembari menghampiri anak laki-laki itu. "Ya Rafa sayang"
"Rafa pengen pipis bu", ucap anak kecil itu polos.
Arum tersenyum. "Mari sayang, ibu antar ke kamar mandi".
Sebelum meninggalkan ruang kelas, Arum menghampiri ibu paruh baya yang sedang duduk di kursi yang berada di pojok. "Ibu Ziah, saya mengantar Rafa ke kamar mandi dulu ya" ucap Arum. Ibu Ziah pun mengangguk.
Di sekolah tempat Arum bekerja, di setiap kelas memang diisi oleh dua orang guru pendamping. Mengingat yang menjadi murid mereka masih berusia kanak-kanak, maka diperlukan pengawasan ekstra, dan tidak mungkin jika hanya di handle oleh satu orang guru.
Seperti inilah pekerjaan Arum, di samping memiliki tanggung jawab mendidik anak-anak menjadi manusia cerdas dan berakhlak mulia, ia juga memiliki tanggung jawab untuk mendidik murid-muridnya menjadi manusia yang mandiri.
Dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, Arum menjalankan peran sebagai orang tua kedua untuk anak-anak didiknya. Dengan telaten, Arum mendampingi mereka, dari belajar hingga urusan-urusan di kamar mandi seperti ini.
Anak laki-laki kecil itu keluar dari dalam kamar mandi. Arum menyunggingkan senyumnya. "Sudah dibersihkan sayang?"
Anak laki-laki kecil itu hanya tersenyum malu sambil menundukkan wajahnya dan menggeleng. "R-Rafa lupa bu guru"
Arum menyetarakan tinggi badannya dengan anak kecil yang bernama Rafa itu. "Sayang, setelah pipis maupun pup, sebaiknya segera dibersihkan ya nak, biar tidak menjadi tempat yang disukai oleh setan"
Rafa memutar kedua bola matanya. "Memang setan menyukai tempat-tempat yang kotor ya bu guru?"
Arum mengangguk pelan dan tersenyum. "Maka dari itu, coba sekarang ibu guru ingin lihat, bagaimana Rafa membuat kamar mandi ini agar tidak menjadi tempat yang disukai oleh setan"
Rafa pun mengangguk dan kembali masuk kamar mandi. Tangan kecil itu mengambil gayung kemudian ia guyurkan di atas closet.
"Sudah bu guru!", seru Rafa.
Arum kembali tersenyum. "Nah pintar anak ibu, mulai sekarang jangan lupa setelah pipis ataupun pup harus_______?"
"Di siram, bu guru!", jawab Rafa mantap
"Ya sudah, ayo kita kembali ke kelas", ajak Arum.
***
Arum membuka kotak bekal makannya di saat jam istirahat. Di jam istirahat seperti ini, biasanya murid-murid kecilnya menyantap bekal makanan yang di bawakan oleh orang tua mereka dari rumah.
Sebelum menyantap bekal makanannya, Arum kembali berdiri di depan kelas. "Nah, anak-anak semua, sebelum kita makan, jangan lupa kita membaca doa terlebih dahulu ya"
"Iya bu guru, jawab mereka serentak.
Allahumma bariklana fiima razaqtana waqina adzabannar...
Pandangan Arum berhenti pada seorang gadis kecil dengan kerudung putih di kepalanya. Ia terlihat mencari-cari sesuatu di dalam tas nya. Tak lama setelah itu...
Hiks.. hiks.. hiks...
Arum yang melihat gadis kecil yang tiba-tiba menangis itu kemudian menghampirinya.
"Sayang, ada apa?", tanya Arumi sambil mengusap kepala gadis kecil itu.
"Ais tidak bawa bekal bu guru, hiks.. hiks... hiks.", jawab gadis kecil yang bernama Aisya itu sambil terisak.
Arum tersenyum. "Mari ikut ibu sayang"
Aisya memandang wajah Arum. "Mau ke mana bu guru?"
Aisya pun mengikuti langkah Arum. Sampai di meja Arum, ia membuka kotak bekal makanannya, kemudian menyerahkannya kepada Aisya. "Nah, sekarang Aisya bisa makan ini"
Aisya terlihat malu-malu. "Ta-tapi bu guru bagaimana?"
Arum tersenyum sambil mengusap kepala Aisya. "Ibu masih kenyang sayang. Ayo sekarang di makan"
Aisya pun mengangguk gembira. Ia terlihat begitu lahap menikmati makanan yang dibawa oleh Arum. Arum hanya memperhatikannya dengan gemas.
"Waahh masakan ibu guru enak sekali", puji Aisya sambil melahap jagung manis yang ada di kotak bekal makan itu.
Arum tersenyum. "Aisya suka?"
Aisya mengangguk dengan mantap. "Suka sekali bu guru"
Arum kembali mengusap kepala Aisya. "Ya sudah, kalau suka segera di habiskan ya sayang". Aisya pun mengangguk.
***
Jarum jam menunjukkan pukul sebelas siang. Lima belas menit yang lalu aktivitas di kelas Arum berakhir. Dan kini ruang kelas Arum pun sudah terlihat sepi. Arum membereskan barang-barang bawaannya.
"Ibu Ziah, saya pamit pulang dulu ya bu", ucap Arum berpamitan kepada bu Ziah yang merupakan partner di kelasnya.
Ibu Ziah tersenyum ramah. "Oh iya silakan mbak Arum, terima kasih untuk hari ini ya, hati-hati di jalan, semoga sampai di rumah dengan selamat"
Arum membalas senyuman ibu Ziah. "Iya bu, terima kasih banyak. Saya pamit ya bu, assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam", jawab ibu Ziah.
Arum melangkahkan kakinya ke luar ruang kelas. Tiba-tiba ia melihat Aisya masih duduk di bangku yang terbuat dari beton yang ada di area taman bermain. Arum menghampiri Aisya.
"Sayang, kok masih ada di sini?", tanya Arum
"Papa belum jemput bu guru", jawab Aisya.
Arum mengangguk. Ia merasa khawatir jika meninggalkan Aisya sendirian di tempat ini. Arum mengulas senyum. "Ibu temani ya nak"
Aisya tersenyum gembira. "Iya bu guru, Aisya seneng sekali kalau bisa di temani bu guru"
Tiba-tiba Aisya memeluk tubuh Arum. Arum pun terkejut. Ia kemudian mengusap belakang kepala Aisya yang masih berbalut hijab itu dengan lembut.
"Kalau saja Aisya punya mama secantik dan sebaik ibu guru, Aisya pasti senang sekali", ucap Aisya tiba-tiba.
Arum makin terkejut. Ia memang tidak banyak tahu tentang kehidupan anak-anak didiknya. Tapi dari kata-kata yang di ucapkan oleh Aisya ia bisa menyimpulkan bahwa ia tidak hidup bersama mamanya.
Tak lama kemudian sebuah mobil sedan berwarna hitam mengkilap berhenti di depan pintu gerbang sekolah. Setelah itu keluarlah seorang laki-laki berumur sekitar 30 tahun dengan kemeja berwarna navy, celana warna hitam dan dengan sepatu loafers yang membungkus kakinya.
"Papa!!", teriak Aisya saat melihat laki-laki itu masuk ke halaman sekolah.
Laki-laki itu tersenyum kemudian mendekati Aisya yang masih ada di samping Arum. "Maafkan papa ya sayang, papa terlambat"
Aisya sedikit memanyunkan bibirnya. "Untung ada bu guru cantik yang nemenin Ais, kalau tidak, Ais bakal sendirian nungguin papa"
Lelaki itu kemudian mengarahkan pandangannya ke arah Arum. "Maafkan saya ya bu, saya sudah merepotkan anda"
Arum tersenyum. "Tidak apa-apa pak, saya kebetulan juga belum pulang jadi masih bisa menemani Ais"
Lelaki itu memperhatikan dengan seksama wanita yang merupakan guru anaknya itu. Senyum tipis tersungging di bibirnya.
"Oh iya nama saya Afif bu", ucap lelaki itu memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya ke arah Arum.
"Saya Arum pak", jawab Arum sambil membalas jabatan tangan Afif.
Lenggang suasana yang tercipta. Hanya hembusan angin yang terdengar di sekitar mereka.
"Papa ayo pulang, Ais udah ngantuk", ucap Aisya memecah keheningan.
Afif pun tersadar. "Kalau begitu saya pamit undur diri ya bu, sekali lagi terima kasih banyak sudah menemani Ais, assalamualaikum"
Arum tersenyum. "Sama-sama pak. Wa'alaikumsalam"
Afif dan Aisya pun meninggalkan halaman sekolah itu kemudian terlihat mobil sedan itu pun melaju perlahan hingga tak nampak lagi di pandangan Arum. Arum menuju tempat parkir kemudian mengendarai skuter matic nya meninggalkan PAUD Yaa Bunayya ini.
.
.
. bersambung...
Hai-hai para pembaca tersayang.. terima kasih banyak ya sudah mampir ke novel keduaku ini. Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak like juga komentar di setiap episodenya yaahh... terima kasih...
Salam love, love, love💗💗💗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Ria dardiri
baru mampir😘😘😘seruuuu👍
2023-01-06
0
novi²
mampir thor
2022-02-17
1
Beby AMy
Nyimak dlu ya thor
2021-11-22
2