Kebanggaan tersendiri

Seiring berjalannya waktu aku mulai terbiasa dengan kegagalan yang aku rasakan, aku benar-benar mencoba membiasakan diri untuk tidak merenungi nasib buruku dengan banyak hal

Setelah kejadian itu berlalu kini aku kembali sekolah, aku kembali dengan versi diriku yang beda, kini tidak lagi aku yang aktif dalam kelas, aku sudah mengubur mimpiku dengan masalalu buruk itu, aku berpikir pendek jika mereka tidak aktif tapi bisa menjadi juara kelas, aku pun akan berubah lebih mengutamakan nilai ulanganku ketimbang aktif dalam kelas

Pelajaran pun berlangsung dengan baik, namun kendala pasti tetap ada, salah satu guru memarahi kami karena tidak bisa mengerjakan soal yang diberikan, aku yang sudah bertekad untuk tidak aktif dalam kelas tentu saja hanya diam meskipun aku bisa menjawab soal itu

Aku diam saja sambil mencoret-coret bukuku tidak memperdulikan apa yang terjadi, aku fokus pada kegiatanku mencoba mengerjakan soal yang ada di buku, kebetulan juga aku memilih pindah duduk di belakang sehingga kegiatan yang aku lakukan tidak di perhatikan oleh pak Daniel guru matematika yang sedang membedakan kelas kami dengan kelas lain

Ari akhirnya menyenggol lenganku dan berbisik menyuruhku mengerjakan soal itu, dia juga memberikan aku isyarat untuk melihat teman-teman yang lain ternyata menatapku dengan pandangan memohon

Rasa iba seketika menguat dalam hati, sejenak aku memandangi Indra dan temanku yang mendapat juara kelas lainnya, mereka seolah-olah mengatakan mereka tidak bisa, dengan terpaksa aku mengalah dan mengerjakan soal yang di berikan oleh guru itu

Dia nampak kaget karena aku berani maju untuk menjawab, padahal selama dalam kelasnya aku tidak pernah aktif, hanya saja memang nilai ulanganku cukup memuaskan, namun bukankah itu akan meragukan kemampuanku? Aku sama sekali tidak perduli akan hal itu, yang aku lakukan hanya semata-mata agar nama kelasku terselamatkan tidak lebih

Guru yang satu ini memang sangat suka membandingkan hampir satu semester kami habiskan bersamanya dan dia terus saja membandingkan kelas kami dengan kelas lain sehingga teman-teman sekelasku semua merasa jengah di bandingkan secara terus menerus olehnya, maka dari itu aku menurunkan sedikit egoku untuk menolong kelasku ini

"Baiklah! Saya akui kelas ini memang kelas yang paling berprestasi! Hm nama kamu Dea kan? Lain kali belajarlah lebih aktif dalam kelas! Baiklah bapak pergi dulu!" Pamitnya langsung keluar saat aku berhasil mengerjakan tugasnya, tadi saat tidak ada yang bisa mengerjakan dia bilang kelas ku adalah kelas terbodoh dan apa katanya sekarang? Kelas paling berprestasi? Benar-benar guru yang aneh batinku

"Hufth terimakasih Dea! Kamu benar-benar penolong kami!!" Pekik salah satu teman sekelasku dengan senang, dan ada beberapa orang mengatakan aku keren, aku pintar dan lainnya, aku hanya membalas perkataan mereka dengan tersenyum ramah

Satu hal yang pasti, meskipun aku bukanlah juara kelas tapi mereka benar-benar menghargaiku, bahkan lebih segan padaku daripada yang mendapat juara, terkecuali Indra tentunya

Sampai saat ini aku masih merasa posisiku sejajar dengannya bahkan aku tanpa sadar kembali bersaing dengannya dalam kelas, ketimbang juara kelas yang lainnnya seperti target Indra dalam bersaing adalah aku sendiri, kami bersaing secara sehat dan sesekali memang ada saja yang kami perdebatan tentang pelajaran sehingga terlihat aku lebih berambisi daripada teman yang mendapat juara kelas

Ketimbang minta di ajari oleh mereka yang mendapatkan juara, teman sekelasku malah lebih nyaman belajar denganku, bahkan aku sering mengajar mereka jika mereka kesusahan terutama dalam pelajaran matematika, jujur aku senang dalam kondisi ini namun juga malu karena peringkatku dalam kelas membuat aku merasa berkecil hati

"Kalian sudah mengerti kan?" Tanyaku setelah mengajari merek secara perlahan-lahan tentang soal yang tadi aku kerjakan

"Harusnya kamu aja jadi gurunya De aku jadi paham, saat pak Daniel yang menjelaskan aku malah dibuat bingung sama tuh guru botak" Ceplos Ari yang disetujui oleh teman-teman yang lainnya

"Sudahlah, aku bukan guru!" Kekehku pelan mendengar gerutuan mereka

Hari benar dengan cepat berlalu kini aku sudah masuk kelas 8 di kelas sebelumnya aku kembali gagal dalam meraih juara kelas, namun aku sudah tabah, ini adalah ketiga kalinya aku mengalami fase yang sama, yaitu saat SD sekali dan SMP 2 kali dan mungkin di kelas selanjutnya akan sama, aku bahkan sudah tidak bersemangat lagi akan mengejar juara kelas

Aku cukup bersyukur aku mendapat peringkat 4 di kelas, bukankah itu lumayan bagus, setidaknya aku sudah menunjukan perubahan, aku benar-benar menjalani proses belajar dengan tanpa keaktifan namun berusaha segiat mungkin untuk mengejar nilai ulangan yang lebih baik

"Dea kau sudah selesai tugas yang kemarin?" Tanya Indra padaku

"Sudah!" jawabku seadanya karena aku tahu ujung-ujungnya dia minta di diajari, dia sudah sering meminta bantuanku dalam mengerjakan soal jadi aku dengan yakin bisa menebak dia akan meminta tolong padaku saat ini

"Boleh ajarin aku?" ucapnya dengan nada memohon, aku yang mendengar itu seketika tersenyum, tebakanku tidak salah bukan, namun masalahnya aku sedang tidak membawa buku tugasnya jadi tidak mungkin aku bisa mengerjakan tugas itu kalau soalnya saja aku tidak ingat

"Maaf tapi aku tidak membawa buku tugas yang kemarin!" ucapku pelan

"Aku ada bukunya! bisa ajarin aku kan? mumpung istirahat!" ucapannya memohon, tentu saja aku mengiyakan permintaannya

Penampakan aku dan Indra beaja bersama memang sering terjadi, aku memang tidak pelit ilmu selalu mengajari teman-teman sekelasku jika mereka meminta, satu hal yang aku suka dari Indra adalah dia tidak malu ataupun gengsi belajar denganku yang tidak mendapatkan juara, padahal dia adalah juara pertama, tapi tetap saja aku yang selalu di cari untuk mengajarinya tentang tugas yang tidak dia mengerti, karena hal ini lah aku tidak pernah bisa mengabaikannya terlalu lama

Pernah aku mengabaikan nya dengan hanya menyodorkan buku tugasku langsung padanya, aku beralasan sibuk membaca buku makanya tidak bisa mengajarinya, dan dia akhirnya marah, mendiamkan aku selama 3 hari, aku yang memang sengaja ingin membuat dia menjauh tentu saja senang dengan hal itu, namun juga sedih karena dia bahkan tidak lagi tersenyum padaku seperti biasanya

Namun itu tidak berlangsung lama, kami akhirnya berbaikan, entah mengapa aku sering terlibat dengan urusan dengannya seperti berkelompok dan aktivitas sekolah lainnya membuat kami tidak pernah bisa marah lama-lama, kendati demikian aku tetap menjaga hati agar tidak terlalu mencintainya

Hatiku hancur saat dia secara terang-terangan mendekati Tania, teman sekelas kami, bahkan mereka nampak sangat mesra, aku berusaha untuk tidak peduli, namun tidak dengan hatiku yang rasa sakit mengetahuinya, aku pikir dia menyukaiku, perlakukan membuat aku baper selama ini, ternyata aku salah, meskipun kami sering belajar bersama, berdebat pada hal-hal yang tidak penting, nampaknya dia tidak menyukaiku dia ternyata hanya menganggap aku teman tidak lebih, dan sejak itu aku paham diriku mencintai secara sepihak dan aku berusaha lebih menjaga jarak dengannya

Terpopuler

Comments

Bilqies

Bilqies

Aaach ceritanya keren banget kaaak....

jadi baper niiich 🥺

2024-04-15

0

Phoenix Ikki

Phoenix Ikki

Thor, jangan biarin kami kelaparan. Update secepatnya 🥺

2024-03-20

1

lihat semua
Episodes
1 Awal perencanaan
2 Awal pertemuan
3 Kegagalan
4 Kebanggaan tersendiri
5 Pernyataan cinta yang sia-sia
6 Patah hati berulangkali
7 Memastikan perasaan
8 Penyesalan
9 Fakta tersembunyi
10 Dia juga kembali
11 Guru les piano
12 Semakin terpesona
13 Pindah kamar
14 Mulai memanas
15 Memanas 2
16 Egois
17 Rencana ibu
18 cinta tidak harus memiliki
19 Cerita diary
20 Melancarkan aksi
21 Ohh ini orangnya
22 Hanya calon
23 Musuh
24 Rakus?
25 Perdebatan tentang Nathan
26 Mencintai atau tidak
27 Tidak perlu ikut campur
28 Siapa?
29 Menyerah
30 Tidak ada bukti
31 Siapapun asalkan baik hati
32 Desakan menikah dengan anak majikan
33 Sekacau ayam berkokok
34 Tidak terkontrol
35 Pertemuan yang tidak disengaja
36 Bertemu tente Cici
37 Pilihan sulit
38 Kemalangan Dea
39 Tidak pernah merasa puas
40 Bersikap layaknya orang dewasa
41 Perempuan penggoda
42 Pria brengsek
43 Pengecut
44 Tidak menemukan titik terang
45 Menghabiskan waktu
46 Yang terjebak siapa? Yang menolong siapa?
47 Berbicara dari hati ke hati
48 Keberuntungan Nathan
49 Sakit
50 Deni panik
51 Tidak selamanya teman bisa jadi teman
52 Bukan salah kamu
53 Nathan berulah
54 Menjaga kepercayaan
55 Mulai terbongkar
56 kemarahan Deni
57 Penolakan
58 Terungkap
59 Terbongkar
60 Kecewa
61 Perawan tua
62 Kalah saing
63 kabar bahagia
64 Berikan aku kesempatan itu
65 Kembali terluka untuk kesekian kalinya
66 Teman terbaikku adalah benda mati
67 Keputusan untuk pergi
68 telah pergi
69 Ketemu
70 Salah tingkah
71 Sakit perut
72 Musuh dalam selimut?
73 Mencari celah
74 Perut begah
75 Jangan meremehkan pekerjaan apapun
76 Apakah Dea selingkuh?
77 Calon istri
78 Tania
79 Rencana Marga
80 Gagal total
81 Jika terjadi
82 pemenang hati
83 Ending
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Awal perencanaan
2
Awal pertemuan
3
Kegagalan
4
Kebanggaan tersendiri
5
Pernyataan cinta yang sia-sia
6
Patah hati berulangkali
7
Memastikan perasaan
8
Penyesalan
9
Fakta tersembunyi
10
Dia juga kembali
11
Guru les piano
12
Semakin terpesona
13
Pindah kamar
14
Mulai memanas
15
Memanas 2
16
Egois
17
Rencana ibu
18
cinta tidak harus memiliki
19
Cerita diary
20
Melancarkan aksi
21
Ohh ini orangnya
22
Hanya calon
23
Musuh
24
Rakus?
25
Perdebatan tentang Nathan
26
Mencintai atau tidak
27
Tidak perlu ikut campur
28
Siapa?
29
Menyerah
30
Tidak ada bukti
31
Siapapun asalkan baik hati
32
Desakan menikah dengan anak majikan
33
Sekacau ayam berkokok
34
Tidak terkontrol
35
Pertemuan yang tidak disengaja
36
Bertemu tente Cici
37
Pilihan sulit
38
Kemalangan Dea
39
Tidak pernah merasa puas
40
Bersikap layaknya orang dewasa
41
Perempuan penggoda
42
Pria brengsek
43
Pengecut
44
Tidak menemukan titik terang
45
Menghabiskan waktu
46
Yang terjebak siapa? Yang menolong siapa?
47
Berbicara dari hati ke hati
48
Keberuntungan Nathan
49
Sakit
50
Deni panik
51
Tidak selamanya teman bisa jadi teman
52
Bukan salah kamu
53
Nathan berulah
54
Menjaga kepercayaan
55
Mulai terbongkar
56
kemarahan Deni
57
Penolakan
58
Terungkap
59
Terbongkar
60
Kecewa
61
Perawan tua
62
Kalah saing
63
kabar bahagia
64
Berikan aku kesempatan itu
65
Kembali terluka untuk kesekian kalinya
66
Teman terbaikku adalah benda mati
67
Keputusan untuk pergi
68
telah pergi
69
Ketemu
70
Salah tingkah
71
Sakit perut
72
Musuh dalam selimut?
73
Mencari celah
74
Perut begah
75
Jangan meremehkan pekerjaan apapun
76
Apakah Dea selingkuh?
77
Calon istri
78
Tania
79
Rencana Marga
80
Gagal total
81
Jika terjadi
82
pemenang hati
83
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!